Dalam beberapa tahun terakhir, isu mengenai penyalahgunaan antibiotik menjadi perhatian serius dunia kesehatan, terutama ketika zat aktif ini dihadirkan dalam bentuk yang menarik bagi anak-anak, yaitu permen antibiotik. Meskipun tampak praktis dan memudahkan pemberian obat, praktik ini menyimpan risiko kesehatan jangka panjang yang signifikan dan harus dihindari sepenuhnya.
Antibiotik adalah obat penyelamat nyawa yang dirancang khusus untuk melawan infeksi bakteri. Obat ini bekerja dengan membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri penyebab penyakit. Namun, antibiotik sama sekali tidak efektif melawan virus, penyebab umum seperti flu atau pilek. Ketika antibiotik diberikan secara tidak tepat, misalnya untuk mengobati kondisi yang bukan disebabkan bakteri, atau dalam dosis yang tidak standar seperti pada permen, dampaknya sangat merugikan.
Mengapa Permen Antibiotik Berbahaya?
Permen antibiotik, baik yang dijual bebas maupun yang dibuat secara informal, jarang sekali memenuhi standar farmasi yang ketat. Ada beberapa alasan mendasar mengapa konsumsi obat dalam format ini sangat tidak disarankan oleh para profesional medis.
1. Dosis yang Tidak Akurat dan Tidak Tentu
Dosis antibiotik harus dihitung secara cermat berdasarkan berat badan, usia, dan tingkat keparahan infeksi pasien. Permen, secara desain, memiliki variasi kandungan zat aktif dari satu unit ke unit lainnya. Jika permen tersebut mengandung dosis yang terlalu rendah, bakteri mungkin tidak terbunuh seluruhnya. Kondisi ini justru akan mendorong bakteri untuk mengembangkan mekanisme pertahanan diri, yang kita kenal sebagai resistensi antibiotik.
2. Memicu Resistensi Antibiotik
Resistensi antibiotik adalah salah satu ancaman kesehatan global terbesar saat ini. Ketika seseorang mengonsumsi antibiotik yang dosisnya tidak cukup kuat (sub-terapeutik), bakteri "tersisa" yang terpapar dosis rendah tersebut akan belajar cara melawan obat tersebut. Bakteri yang resisten ini dapat menyebar ke orang lain, membuat pengobatan infeksi di masa depan menjadi jauh lebih sulit dan mahal, bahkan dapat mengakibatkan kematian.
3. Risiko Penggunaan yang Tidak Perlu (Viral vs. Bakteri)
Banyak orang tua memberikan permen ketika anak menunjukkan gejala sakit tenggorokan atau batuk. Jika kondisi tersebut disebabkan oleh virus, pemberian antibiotik dalam bentuk permen adalah tindakan sia-sia dan berbahaya. Ini bukan hanya membuang-buang sumber daya obat, tetapi juga meningkatkan paparan tubuh terhadap zat kimia yang seharusnya hanya digunakan saat benar-benar dibutuhkan.
4. Kandungan Aditif dan Zat Tambahan
Untuk membuat antibiotik terasa seperti permen, produsen sering menambahkan pemanis tinggi, pewarna, dan perasa buatan. Pada anak-anak, terutama yang sensitif, aditif ini dapat memicu reaksi alergi atau masalah pencernaan. Selain itu, gula berlebihan jelas tidak baik untuk kesehatan gigi dan metabolisme umum.
Alternatif yang Aman untuk Mengatasi Masalah Tenggorokan Anak
Jika anak mengalami sakit tenggorokan atau batuk ringan, ada banyak cara aman untuk memberikan kenyamanan sambil menunggu kondisi membaik atau memastikan diagnosis yang tepat:
- Cairan Hangat: Berikan air hangat, kaldu ayam, atau teh herbal tanpa kafein. Cairan hangat dapat membantu meredakan iritasi tenggorokan.
- Madu (Untuk Usia di Atas 1 Tahun): Madu memiliki sifat antimikroba ringan alami dan sangat baik untuk melapisi tenggorokan yang gatal.
- Lozenges Non-Medis: Untuk anak yang lebih besar, gunakan permen pelega tenggorokan (lozenges) yang mengandung mint atau madu murni, bukan yang mengandung zat aktif obat.
- Istirahat Cukup: Istirahat membantu sistem kekebalan tubuh bekerja optimal dalam melawan infeksi, baik bakteri maupun virus.
Kesimpulannya, meskipun konsep permen antibiotik dirancang untuk memudahkan kepatuhan minum obat, bahaya yang ditimbulkan—terutama terkait resistensi antimikroba dan dosis yang tidak akurat—jauh lebih besar daripada manfaatnya. Selalu konsultasikan dengan dokter anak Anda untuk mendapatkan resep antibiotik yang benar dan sediaan yang aman jika memang diperlukan.