Fenomena suara yang berasal dari perut, yang dikenal secara medis sebagai borborygmi, seringkali diasosiasikan dengan rasa lapar yang mendesak. Dalam budaya populer, perut berbunyi adalah sinyal yang jelas bahwa tubuh membutuhkan asupan energi. Namun, bagi sebagian besar individu, pengalaman ini terjadi secara rutin bahkan setelah makan besar, di tengah malam, atau ketika tidak ada sedikit pun rasa lapar. Paradoks ini menimbulkan pertanyaan mendalam: mengapa sistem pencernaan menghasilkan kebisingan yang begitu mencolok padahal tugas utamanya (mencerna makanan baru) sedang istirahat atau sudah selesai?
Artikel ini akan membawa Anda melampaui mitos sederhana "perut kosong" dan menyelami mekanisme fisiologis, neurologis, dan patologis kompleks yang bertanggung jawab atas borborygmi non-laparis. Kita akan mengurai peran gerakan pembersihan usus, interaksi gas dan cairan, serta pengaruh faktor psikologis dan kondisi medis tertentu yang mungkin menjadi pemicu.
Borborygmi adalah istilah teknis yang merujuk pada gemuruh, erangan, atau suara lain yang dihasilkan oleh usus dan lambung. Suara ini merupakan hasil langsung dari gerakan peristalsis—kontraksi otot ritmis yang mendorong isi saluran pencernaan (makanan, cairan, dan gas) dari satu ujung ke ujung lainnya. Usus adalah sebuah tabung berongga yang dilapisi otot-otot halus, dan ketika cairan dan gas dipaksa bergerak melalui ruang sempit oleh kontraksi otot, getaran dan turbulensi yang terjadi menciptakan gelombang suara.
Peristalsis dikendalikan oleh Sistem Saraf Enterik (SSE), sering dijuluki "otak kedua." SSE beroperasi sebagian besar secara independen dari otak pusat, meskipun ia menerima input signifikan. Kontraksi ini tidak selalu stabil; mereka bersifat bergelombang dan berubah intensitas tergantung pada status saluran pencernaan—apakah sedang mencerna makanan (status makan) atau sedang membersihkan diri (status puasa).
Ketika lambung dan usus dipenuhi makanan (kimus), kontraksi otot biasanya lebih kuat dan teratur, tetapi suara yang dihasilkan sering kali diredam oleh massa makanan padat. Sebaliknya, ketika saluran pencernaan kosong atau hanya mengandung sedikit sisa dan banyak udara atau cairan, tidak ada peredam suara. Akibatnya, gerakan peristalsis yang normal pun dapat menghasilkan resonansi yang keras dan mudah terdengar. Inilah alasan mendasar mengapa suara perut terdengar paling keras ketika isinya paling cair atau bergas.
Penyebab paling umum dan paling penting dari perut berbunyi terus-menerus padahal tidak lapar adalah aktivitas Kompleks Motorik Migrasi (Migrating Motor Complex - MMC). MMC adalah program pembersihan yang terjadi di usus kecil ketika tidak ada makanan yang masuk, biasanya selama masa puasa atau jeda antar waktu makan (sekitar 90 menit hingga 2 jam setelah makanan terakhir meninggalkan lambung).
Tujuan utama MMC adalah menyapu bersih sisa-sisa makanan yang tidak tercerna, sel-sel mati, dan yang paling penting, bakteri yang mungkin mencoba naik kembali dari usus besar. Ini adalah mekanisme penting untuk mencegah pertumbuhan bakteri berlebihan di usus kecil (Small Intestinal Bacterial Overgrowth - SIBO).
MMC beroperasi dalam siklus tiga fase yang berulang:
Ketika Anda mendengar perut berbunyi terus menerus, kemungkinan besar usus Anda sedang berada dalam Fase II atau Fase III dari siklus MMC. Meskipun perut Anda tidak lapar dalam arti kebutuhan energi, sistem pencernaan Anda aktif melakukan tugas pembersihan rutin. Suara ini berhenti segera setelah Anda mengonsumsi makanan, karena masuknya makanan memicu sinyal untuk menghentikan MMC dan memulai kembali proses pencernaan normal.
Borborygmi adalah hasil tabrakan antara komponen yang berbeda dalam usus. Dua komponen yang paling sering menimbulkan suara adalah gas (udara) dan cairan. Jika perut Anda terus berbunyi, sering kali itu menunjukkan adanya volume gas atau cairan yang signifikan di usus kecil, bahkan tanpa adanya makanan padat.
Salah satu sumber gas terbesar dalam saluran pencernaan bukanlah produk sampingan dari bakteri, melainkan udara yang tertelan. Aktivitas sehari-hari seperti berbicara sambil makan, mengunyah permen karet, merokok, atau minum minuman berkarbonasi memasukkan udara ke dalam lambung dan usus. Udara ini (yang sebagian besar adalah nitrogen dan oksigen) harus dikeluarkan, baik melalui sendawa atau dengan didorong melalui usus. Jika dorongan ini terjadi dengan cepat (seperti saat MMC aktif), suara keras tak terhindarkan.
Perilaku tertentu, terutama pada individu yang cemas atau tertekan, dapat meningkatkan aerofagia. Mereka mungkin tanpa sadar menelan udara dalam jumlah besar sebagai respons terhadap stres, yang kemudian dilepaskan dalam serangkaian borborygmi yang mengganggu.
Minum air dalam jumlah besar, terutama dengan cepat atau di antara waktu makan, akan menambah volume cairan di usus. Ketika gelombang peristalsis (MMC) melanda, cairan ini akan ‘terguyur’ melewati udara, menciptakan suara yang mirip ‘gemericik’ atau ‘gemuruh’ air di pipa saluran pembuangan. Walaupun hidrasi penting, asupan cairan yang cepat dapat memperburuk suara usus non-laparis.
Meskipun Anda mungkin tidak lapar, makanan yang Anda konsumsi beberapa jam sebelumnya dapat terus memicu aktivitas gas dan suara. Makanan yang membutuhkan waktu lama untuk dicerna, atau yang mengandung komponen yang sulit diabsorpsi, akan menjadi makanan bagi bakteri di usus besar, menghasilkan gas yang kemudian menyebabkan borborygmi sekunder.
Serat, khususnya serat larut dan tidak larut tertentu (seperti yang ditemukan dalam kacang-kacangan, biji-bijian utuh, dan beberapa sayuran), tidak dapat dipecah oleh enzim manusia. Serat ini mencapai usus besar dalam keadaan utuh, di mana ia difermentasi secara intensif oleh flora usus. Proses fermentasi ini menghasilkan gas (hidrogen, karbon dioksida, dan kadang-kadang metana) dalam volume besar. Gas yang dihasilkan ini kemudian didorong kembali atau melalui usus kecil, memperkuat suara usus.
Salah satu pemicu utama suara usus yang persisten adalah malabsorpsi karbohidrat tertentu, yang dikenal sebagai FODMAPs (Fermentable Oligosaccharides, Disaccharides, Monosaccharides, and Polyols). Individu yang sensitif terhadap ini mungkin tidak mampu sepenuhnya menyerap gula sederhana atau rantai gula pendek di usus kecil.
Ketika FODMAP yang tidak terserap mencapai usus besar, mereka tidak hanya difermentasi menjadi gas, tetapi mereka juga memiliki efek osmotik, yaitu menarik air ke dalam usus. Kombinasi gas yang melimpah dan volume cairan yang meningkat adalah resep sempurna untuk borborygmi yang sangat keras dan sering.
Sistem pencernaan sangat sensitif terhadap kondisi emosional kita. Aksis Usus-Otak (Gut-Brain Axis) adalah komunikasi dua arah yang konstan antara sistem saraf pusat dan Sistem Saraf Enterik (SSE). Stres dan kecemasan adalah pemicu kuat yang dapat mengubah pola peristalsis dan meningkatkan sensitivitas usus.
Stres akut atau kronis mengaktifkan sistem saraf simpatik (respon ‘lawan atau lari’) dan memengaruhi saraf vagus, jalur komunikasi utama antara otak dan usus. Ketika tubuh dalam keadaan waspada, seringkali terjadi dua reaksi di usus:
Dalam situasi sosial yang membuat stres, seseorang mungkin secara neurologis memicu gelombang peristalsis yang cepat, dan kemudian menjadi sadar diri terhadap suara tersebut, menciptakan lingkaran umpan balik negatif di mana kecemasan memicu suara, dan suara memicu kecemasan lebih lanjut.
Serotonin, meskipun terkenal sebagai neurotransmiter otak, sekitar 90% diproduksi di usus. Serotonin (5-HT) memainkan peran krusial dalam mengatur motilitas. Perubahan dalam tingkat serotonin, yang dapat dipengaruhi oleh diet, stres, atau kondisi psikologis, dapat secara drastis mengubah kecepatan peristalsis. Kelebihan serotonin di usus sering kali dikaitkan dengan peningkatan motilitas dan diare, yang juga berarti peningkatan borborygmi yang lebih keras.
Sementara sebagian besar borborygmi non-laparis adalah normal (akibat MMC atau gas biasa), suara perut yang sangat keras, sering, dan disertai gejala lain (nyeri, kembung, perubahan pola buang air besar) dapat menjadi indikasi kondisi medis yang memerlukan perhatian. Kebisingan usus yang abnormal adalah tanda adanya gangguan pada pergerakan normal usus.
IBS adalah salah satu penyebab paling umum dari borborygmi persisten. IBS bukanlah penyakit struktural, melainkan gangguan interaksi usus-otak yang menyebabkan sensitivitas visceral berlebihan dan motilitas usus yang tidak teratur. Pada penderita IBS, kontraksi peristalsis bisa terlalu kuat, terlalu lambat, atau tidak sinkron. Ketidakteraturan ini memperkuat suara usus, terutama jika IBS didominasi oleh diare (IBS-D) atau motilitas yang sangat cepat.
SIBO adalah kondisi di mana terjadi peningkatan jumlah bakteri di usus kecil, yang seharusnya relatif steril. Bakteri yang seharusnya berada di usus besar ini kemudian mulai mencerna karbohidrat yang baru masuk ke usus kecil.
Proses ini menyebabkan fermentasi makanan terjadi terlalu dini dalam sistem pencernaan. Fermentasi yang terjadi di usus kecil menghasilkan volume gas yang sangat besar, dan ini terjadi bersamaan dengan aktivitas MMC. Borborygmi akibat SIBO sering digambarkan sebagai suara ‘gemuruh’ yang terus menerus dan berulang, sering disertai dengan kembung parah dan nyeri. Karena SIBO secara fundamental mengganggu fungsi MMC, suara usus akan menjadi sangat tidak teratur dan keras, tidak peduli apakah pasien lapar atau tidak.
Pada penyakit celiac, konsumsi gluten memicu respons autoimun yang merusak lapisan usus kecil (villi). Kerusakan ini menyebabkan malabsorpsi nutrisi. Ketika nutrisi (seperti karbohidrat dan lemak) tidak diserap dengan benar, mereka diteruskan ke usus besar untuk difermentasi. Malabsorpsi lemak sangat memicu borborygmi karena lemak yang tidak tercerna memperlambat gerakan usus sambil menarik air, menciptakan kondisi ideal untuk suara usus yang keras dan berlebihan.
Meskipun lebih jarang dan lebih serius, borborygmi yang sangat kuat, disertai kram perut hebat, muntah, atau ketidakmampuan buang gas, dapat mengindikasikan obstruksi usus parsial. Obstruksi adalah penyumbatan fisik (misalnya, karena jaringan parut atau tumor) yang menghalangi aliran isi usus. Ketika usus mencoba mendorong isinya melewati penyumbatan, kontraksi otot di atas penyumbatan menjadi hiperaktif (hiperperistaltik) untuk mengatasi resistensi, menghasilkan suara gemuruh yang sangat intens dan bernada tinggi yang dapat didengar bahkan tanpa stetoskop.
Mengelola borborygmi non-laparis berfokus pada dua area utama: mengendalikan volume gas dan cairan, serta menenangkan sistem saraf enterik. Strategi yang efektif seringkali bersifat individual dan membutuhkan uji coba diet dan gaya hidup.
Mengidentifikasi dan menghilangkan makanan pemicu adalah langkah krusial, terutama bagi mereka yang diduga memiliki intoleransi karbohidrat atau IBS.
Diet Rendah FODMAP adalah alat diagnostik yang sangat efektif. Ini melibatkan penghilangan semua FODMAP dari diet selama periode 4-8 minggu (fase eliminasi), diikuti dengan pengenalan kembali makanan secara bertahap. Dengan membatasi karbohidrat yang mudah difermentasi, volume gas yang dihasilkan bakteri akan berkurang drastis, sehingga mengurangi borborygmi. Contoh makanan yang dihindari dalam fase eliminasi meliputi bawang putih, bawang bombay, gandum, apel, dan madu.
Meningkatkan asupan serat secara tiba-tiba dapat menyebabkan peningkatan gas dan suara yang signifikan. Serat harus ditambahkan ke dalam diet secara bertahap. Jika borborygmi disebabkan oleh terlalu banyak serat yang difermentasi, mungkin perlu untuk memilih jenis serat yang kurang menghasilkan gas, seperti serat larut yang ditemukan dalam psyllium, yang cenderung lebih lembut pada usus daripada serat yang ditemukan pada kacang-kacangan.
Mengingat peran kuat Aksis Usus-Otak, manajemen stres adalah terapi yang sangat efektif untuk meredakan borborygmi persisten.
Untuk kasus yang melibatkan disbiosis (ketidakseimbangan flora usus) atau malabsorpsi:
Sebagian besar borborygmi, meskipun memalukan, adalah tanda kesehatan usus yang berfungsi normal (MMC). Namun, jika suara perut Anda disertai oleh tanda-tanda peringatan berikut, evaluasi medis profesional sangat dianjurkan:
Seorang dokter atau gastroenterolog dapat melakukan tes diagnostik untuk menyingkirkan kondisi yang lebih serius, seperti penyakit radang usus, penyakit celiac, atau SIBO, yang memerlukan pengobatan spesifik (seperti antibiotik untuk SIBO atau penghilangan gluten untuk celiac).
Mikrobioma usus, komunitas triliunan mikroorganisme yang hidup di usus besar, adalah faktor penentu utama dalam produksi gas dan, akibatnya, borborygmi. Keseimbangan ekosistem mikroba ini secara langsung memengaruhi seberapa keras atau sering perut kita bersuara.
Disbiosis, atau ketidakseimbangan mikrobioma (di mana bakteri berbahaya melebihi bakteri baik), dapat meningkatkan produksi gas. Bakteri fermentasi menghasilkan gas sebagai produk sampingan metabolisme mereka. Dalam disbiosis, jenis gas yang diproduksi mungkin bergeser. Misalnya, beberapa bakteri penghasil metana dapat memperlambat motilitas usus (terkait dengan konstipasi), yang kemudian memungkinkan lebih banyak waktu bagi gas dan cairan untuk menumpuk dan berinteraksi saat peristalsis terjadi, menghasilkan borborygmi yang lebih dalam dan lebih bergaung.
MMC bukan hanya gerakan fisik, tetapi juga dipengaruhi oleh sinyal kimia dari mikrobioma. Bakteri usus menghasilkan metabolit (termasuk Asam Lemak Rantai Pendek/SCFA) yang dapat memengaruhi saraf enterik dan kecepatan peristalsis. Ketidakseimbangan yang mengganggu sinyal-sinyal ini dapat menyebabkan siklus MMC menjadi tidak efisien atau terlalu agresif, berkontribusi pada suara usus yang tidak terduga, bahkan ketika perut secara teknis kosong.
Banyak orang melaporkan borborygmi yang mengganggu di malam hari atau pagi buta. Ada beberapa penjelasan fisiologis dan lingkungan untuk fenomena ini:
Tidur adalah periode puasa terpanjang bagi tubuh. Setelah menyelesaikan pencernaan makanan terakhir, usus secara otomatis memasuki siklus MMC. Karena siklus ini berulang setiap 90-120 menit saat Anda tidur, Anda secara rutin mengalami Fase III (fase sapuan keras) tanpa gangguan dari makanan baru. Ini adalah waktu puncak bagi borborygmi non-laparis.
Saat berbaring, distribusi gas dan cairan di usus berubah. Selain itu, otot-otot dinding perut mungkin lebih rileks, yang berarti bahwa pergerakan di dalam usus tidak diredam sebanyak saat Anda tegak atau sibuk bergerak. Perut yang rileks memungkinkan resonansi suara internal yang lebih baik.
Lingkungan yang tenang saat tidur menghilangkan kebisingan latar belakang yang biasanya menutupi borborygmi di siang hari. Di keheningan malam, suara-suara usus yang sebenarnya normal menjadi terdengar lebih jelas dan lebih mengganggu.
Suara perut yang terus berbunyi padahal tidak lapar, fenomena borborygmi non-laparis, adalah cerminan kompleksitas dan aktivitas tiada henti dari saluran pencernaan. Jauh dari sekadar sinyal lapar, suara-suara ini adalah bukti fisik dari pekerjaan pembersihan dan pemeliharaan yang penting—aktivitas MMC—atau bisa juga merupakan hasil dari interaksi gas, cairan, dan saraf yang sangat sensitif.
Pemahaman bahwa borborygmi sebagian besar adalah proses fisiologis normal—baik itu pembersihan usus saat puasa, atau penanganan udara dan karbohidrat yang sulit dicerna—dapat mengurangi kecemasan seputar kondisi tersebut. Namun, jika suara tersebut disertai dengan rasa sakit yang signifikan atau perubahan drastis pada fungsi usus, itu menjadi panggilan untuk penyelidikan lebih lanjut mengenai kondisi seperti SIBO atau IBS, yang memerlukan penanganan terstruktur. Dengan manajemen diet, pengendalian stres, dan pemahaman tentang siklus internal tubuh Anda, Anda dapat secara efektif mengelola dan meredakan borborygmi persisten, memungkinkan kehidupan yang lebih nyaman dan lebih tenang.