Gambar 1: Ilustrasi yang menekankan urgensi nyeri dada.
Nyeri dada, atau chest pain, adalah salah satu keluhan yang paling sering membawa pasien ke unit gawat darurat. Sensasinya bisa sangat bervariasi—mulai dari rasa sakit tajam yang menusuk, tekanan yang menghimpit, hingga rasa panas yang membakar. Karena letak anatomi dada yang menaungi organ vital seperti jantung, paru-paru, dan esofagus, nyeri di area ini sering kali memicu kecemasan yang mendalam, terutama ketakutan akan serangan jantung.
Namun, penting untuk dipahami bahwa tidak semua nyeri dada berasal dari jantung. Spektrum penyebabnya sangat luas, mencakup gangguan muskuloskeletal (otot dan tulang), masalah sistem pencernaan (gastrointestinal), hingga kondisi psikologis. Artikel komprehensif ini akan mengupas tuntas berbagai penyebab nyeri dada, membantu Anda membedakan gejala yang relatif ringan dari kondisi medis yang mengancam jiwa.
Penyebab nyeri dada yang paling serius dan memerlukan penanganan segera adalah yang berkaitan dengan sistem kardiovaskular. Kondisi ini umumnya berhubungan dengan iskemia (kurangnya aliran darah dan oksigen) ke otot jantung.
Sindrom Koroner Akut adalah istilah umum yang mencakup Infark Miokard (serangan jantung) dan angina tidak stabil. Kondisi ini terjadi ketika pembuluh darah koroner (yang memasok darah ke otot jantung) mengalami penyumbatan, biasanya karena ruptur plak aterosklerosis.
Angina terjadi ketika suplai darah tidak mencukupi kebutuhan oksigen otot jantung, seringkali dipicu oleh aktivitas fisik atau stres emosional. Nyeri angina dibagi menjadi dua kategori utama, masing-masing memiliki implikasi prognostik yang berbeda:
Deskripsi nyeri: Sering digambarkan sebagai tekanan, himpitan, atau rasa berat yang menindih di tengah dada. Rasa sakit ini sering menjalar (radiasi) ke rahang, leher, bahu kiri, atau lengan kiri.
Serangan jantung terjadi ketika penyumbatan total atau hampir total pada arteri koroner menyebabkan kematian permanen (nekrosis) sebagian dari otot jantung. Gejala yang menyertai serangan jantung seringkali lebih intens dan berlangsung lebih lama (lebih dari 20 menit) daripada angina:
Perikarditis adalah peradangan pada perikardium, kantung tipis berisi cairan yang mengelilingi jantung. Penyebabnya seringkali adalah infeksi virus, autoimun, atau setelah prosedur bedah.
Ini adalah kondisi medis yang sangat langka namun mematikan, di mana lapisan dalam aorta (pembuluh darah terbesar tubuh) robek, menyebabkan darah memisahkan lapisan-lapisan dinding pembuluh. Ini adalah urgensi vaskular tertinggi.
Miokarditis adalah peradangan otot jantung, sering disebabkan oleh infeksi virus. Kardiomiopati adalah penyakit otot jantung yang membuatnya sulit memompa darah. Keduanya dapat menyebabkan nyeri dada, biasanya disertai aritmia (gangguan irama jantung) atau gejala gagal jantung (edema, sesak napas). Penanganannya membutuhkan monitoring intensif di rumah sakit.
Ketika arteri koroner menyempit (stenosis) akibat aterosklerosis, aliran darah berkurang. Dalam keadaan istirahat, sirkulasi mungkin cukup (aliran darah minimal 40-50%). Namun, saat tubuh membutuhkan oksigen lebih (misalnya, saat lari, emosi, atau makan besar), jantung harus bekerja lebih keras (peningkatan denyut dan kontraktilitas). Karena pembuluh yang sakit tidak bisa melebar (vasodilatasi) secara efektif, terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen (demand) dan suplai oksigen (supply). Hasil dari ketidakseimbangan ini adalah pelepasan zat-zat kimia (seperti laktat) yang merangsang ujung saraf nyeri, yang kita rasakan sebagai Angina. Dalam kasus serangan jantung, plak yang rapuh pecah, memicu pembentukan bekuan darah (trombus) yang menyumbat total aliran darah, menyebabkan kematian sel dalam hitungan menit.
Organ paru-paru dan pleura (membran yang melapisi paru-paru) dapat menjadi sumber nyeri dada yang signifikan. Nyeri jenis ini seringkali memiliki karakteristik yang berhubungan erat dengan siklus pernapasan.
Pleuritis adalah peradangan pada pleura, yang menyebabkan lapisan-lapisan ini bergesekan saat bernapas. Ini adalah salah satu penyebab nyeri dada yang paling sering terasa saat bernapas.
Emboli paru adalah kondisi yang mengancam jiwa di mana bekuan darah (trombus), biasanya dari kaki (DVT), berjalan ke paru-paru dan menyumbat salah satu arteri pulmonalis. Ini menghambat pertukaran gas dan dapat menyebabkan kegagalan jantung sisi kanan.
Infeksi pada paru-paru (pneumonia) atau saluran pernapasan utama (bronkitis) dapat menyebabkan nyeri. Pada pneumonia, nyeri dada pleuritik sering muncul bersamaan dengan demam tinggi, menggigil, dan batuk produktif.
Kondisi ini terjadi ketika udara masuk ke ruang antara paru-paru dan dinding dada (rongga pleura), menyebabkan paru-paru kolaps sebagian atau seluruhnya. Ini bisa terjadi spontan (pada perokok atau penderita penyakit paru) atau akibat trauma (misalnya, kecelakaan).
Penyebab pencernaan adalah kelompok penyebab nyeri dada yang paling sering disalahartikan sebagai masalah jantung. Hal ini karena esofagus (kerongkongan) terletak persis di belakang jantung dan berbagi jaringan saraf yang sama, yang menyebabkan otak kesulitan membedakan sumber rasa sakit (fenomena yang dikenal sebagai referred pain).
Gambar 2: Lokalisasi nyeri dada bervariasi tergantung sumber masalah.
GERD terjadi ketika sfingter esofagus bagian bawah (LES) melemah, memungkinkan asam lambung naik kembali ke kerongkongan. Asam ini mengiritasi lapisan esofagus, menyebabkan rasa sakit yang khas.
Ketika asam lambung memasuki esofagus, ia menyebabkan peradangan yang disebut esofagitis. Sensasi terbakar ini dapat menyebar luas dan meniru rasa himpitan angina. Dalam beberapa kasus GERD berat, iritasi asam dapat memicu spasme esofagus, yang secara fisiologis menyerupai iskemia (kurangnya aliran darah) dan menghasilkan nyeri yang sangat mirip dengan serangan jantung, memerlukan EKG untuk membedakannya.
Spasme esofagus adalah kontraksi abnormal pada otot-otot di dinding kerongkongan. Ada dua jenis utama: spasme esofagus difus dan esofagus kacang (nutcracker esophagus).
Luka terbuka (ulkus) pada lapisan lambung atau duodenum, serta peradangan lambung (gastritis), dapat menyebabkan nyeri ulu hati yang menjalar ke dada bagian bawah. Nyeri ini sering membaik atau memburuk tergantung pada waktu makan.
Kondisi seperti kolesistitis (peradangan kantong empedu) atau kolik bilier dapat menyebabkan nyeri yang menjalar dari perut kanan atas ke dada bagian kanan atau bahkan bahu kanan. Nyeri ini biasanya sangat intens dan terjadi setelah mengonsumsi makanan berlemak.
Banyak kasus nyeri dada disebabkan oleh masalah pada otot, tulang rusuk, atau sendi yang membentuk dinding dada. Nyeri jenis ini umumnya tidak berbahaya tetapi bisa sangat mengganggu.
Kostokondritis adalah peradangan pada tulang rawan yang menghubungkan tulang rusuk ke tulang dada (sternum). Ini adalah salah satu penyebab nyeri dada non-kardiak yang paling umum, terutama pada orang dewasa muda dan atlet.
Otot-otot interkostal (di antara tulang rusuk) atau otot pektoralis (otot dada) dapat tegang atau robek akibat aktivitas fisik yang berlebihan, batuk yang intens, atau postur tubuh yang buruk. Nyeri ini terasa nyeri dan kaku, dan seringkali memburuk saat bergerak atau diregangkan.
Patah atau retak pada tulang rusuk akibat trauma dapat menyebabkan nyeri hebat yang memburuk secara dramatis saat bernapas, batuk, atau ditekan.
Karena banyak persendian dan otot di dada, gerakan dada saat bernapas dapat memicu rasa sakit yang konstan. Pasien sering menduga masalah jantung karena rasa sakit yang terasa seperti di dalam, padahal sumbernya adalah peradangan jaringan superfisial. Kunci untuk membedakannya adalah sifatnya yang reproducible—jika Anda bisa menekan atau menggerakkan tubuh untuk memicu rasa sakit persis di tempat itu, kemungkinan besar masalahnya adalah muskuloskeletal.
Disebabkan oleh reaktivasi virus cacar air (Varicella-Zoster), herpes zoster dapat menyebabkan nyeri dada yang parah dan sensasi terbakar yang biasanya mendahului munculnya ruam kulit yang khas.
Serangan panik adalah salah satu penyebab nyeri dada non-kardiak yang paling umum, sering meniru gejala serangan jantung dengan detail yang mengejutkan. Serangan panik dapat dipicu oleh stres ekstrem atau terjadi tanpa alasan yang jelas.
Saat panik, tubuh memicu respons "lawan atau lari" (fight or flight). Pelepasan adrenalin menyebabkan peningkatan denyut jantung (takikardia) dan kontraksi otot dada yang tegang. Hiperventilasi menyebabkan ketidakseimbangan karbon dioksida/oksigen, yang menghasilkan kesemutan dan pusing, menambah keyakinan bahwa ada masalah serius pada jantung, menciptakan lingkaran setan kecemasan dan nyeri.
Karena risiko tinggi yang terkait dengan penyebab kardiak, evaluasi nyeri dada selalu dimulai dengan menyingkirkan kondisi yang mengancam jiwa. Dokter akan melakukan serangkaian langkah terstruktur, dimulai dari anamnesis yang mendetail hingga pemeriksaan diagnostik invasif.
Gambar 3: Diagnosis medis yang cepat sangat penting.
Dokter akan menggunakan serangkaian pertanyaan sistematis untuk mengkarakterisasi nyeri (PQRST):
Informasi mengenai faktor risiko (riwayat merokok, diabetes, hipertensi, kolesterol tinggi, riwayat keluarga penyakit jantung) juga sangat penting dalam mengarahkan diagnosis.
Dokter akan memeriksa tanda vital (tekanan darah, denyut nadi, laju napas), mendengarkan suara jantung dan paru-paru (untuk mencari gesekan perikardial, murmur, atau suara napas abnormal), dan menekan area dada untuk mencari nyeri tekan lokal (indikasi kostokondritis).
Dalam kasus nyeri dada akut, beberapa tes harus dilakukan dalam 10 menit pertama kedatangan:
Jika tes awal tidak meyakinkan, atau pasien memiliki risiko tinggi, mungkin diperlukan tes lanjutan:
Meskipun sebagian besar nyeri dada tidak mengancam jiwa, membedakannya sendiri di rumah adalah tindakan yang sangat berbahaya. Jika Anda mengalami salah satu dari gejala berikut, jangan menunda dan segera hubungi layanan darurat medis (118/119 di Indonesia) atau pergi ke unit gawat darurat terdekat:
Dalam konteks serangan jantung, istilah "time is muscle" (waktu adalah otot) sangat relevan. Semakin lama penyumbatan koroner berlangsung, semakin banyak otot jantung yang rusak. Penanganan yang cepat (biasanya dalam 60-90 menit sejak kedatangan di rumah sakit) sangat penting untuk meminimalkan kerusakan permanen dan menyelamatkan nyawa.
Mengingat bahwa penyebab paling berbahaya dari nyeri dada adalah penyakit kardiovaskular, pencegahan primer harus berfokus pada modifikasi gaya hidup dan pengelolaan faktor risiko.
Pengendalian faktor risiko klasik adalah kunci pencegahan aterosklerosis dan penyakit arteri koroner:
Nyeri dada adalah gejala yang sangat kompleks dan multifaktorial. Meskipun kemungkinan besar penyebabnya adalah sesuatu yang relatif jinak seperti GERD atau ketegangan otot, potensi adanya kondisi yang mengancam jiwa (jantung, aorta, atau emboli paru) berarti bahwa setiap episode nyeri dada yang signifikan harus dievaluasi secara profesional. Jangan pernah mencoba mendiagnosis diri sendiri. Mengambil tindakan cepat adalah langkah terpenting untuk memastikan hasil kesehatan yang optimal.