Indonesia kaya akan keberagaman budaya, dan salah satu permata terpendamnya dapat ditemukan dalam kekayaan bahasa dan seni masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan. Di antara berbagai bentuk ekspresi budaya, lagu-lagu daerah memegang peranan penting dalam menjaga warisan leluhur. Salah satu tema yang sering diangkat dan sangat menyentuh hati adalah tentang sosok "Uma" (Ibu) dan "Abah" (Ayah), yang terangkum dalam lirik lagu berbahasa Banjar. Lagu-lagu ini bukan sekadar hiburan, melainkan cerminan nilai-nilai luhur, rasa hormat, dan kasih sayang kepada orang tua yang menjadi pondasi dalam masyarakat Banjar.
Bahasa Banjar sendiri memiliki keunikan tersendiri, dengan dialek dan perbendaharaan kata yang khas. Ketika lirik lagu mengangkat tema keluarga, terutama Uma dan Abah, keindahan bahasa ini semakin terasa. Penggunaan kata-kata seperti "Uma," "Abah," "rindu," "sayang," "doa," dan "bakti" dalam konteks Banjar membangkitkan nuansa yang akrab dan penuh emosi. Lagu-lagu ini sering kali dibawakan dengan irama yang syahdu, melodi yang menghanyutkan, dan lirik yang sederhana namun sarat makna, sehingga mudah diterima oleh berbagai kalangan usia.
Kasih sayang orang tua adalah tema universal yang selalu relevan. Namun, dalam konteks budaya Banjar, pengungkapan rasa terima kasih dan cinta kepada Uma dan Abah memiliki kedalaman tersendiri. Lagu-lagu ini sering kali menggambarkan pengorbanan orang tua yang tiada henti demi membesarkan anak, nasihat-nasihat bijak yang diberikan, serta harapan agar anak-anak menjadi pribadi yang berguna. Liriknya bisa bercerita tentang kerinduan anak yang telah merantau, permintaan maaf atas segala salah dan khilaf, serta doa tulus untuk kebahagiaan dan kesehatan orang tua.
Melalui lagu-lagu ini, nilai-nilai seperti bakti, hormat, dan kasih sayang ditanamkan secara kuat. Dalam masyarakat Banjar, berbakti kepada orang tua dianggap sebagai kewajiban mulia yang akan mendatangkan keberkahan. Lagu-lagu ini menjadi media edukasi informal yang efektif, mengingatkan generasi muda akan pentingnya menjaga hubungan baik dengan keluarga, terutama kedua orang tua, meskipun jarak memisahkan atau kesibukan mendera.
Meskipun setiap lagu memiliki gaya dan nuansa berbeda, berikut adalah contoh interpretasi lirik yang sering dijumpai dalam lagu-lagu bertema "Uma Abah" berbahasa Banjar, mencerminkan esensi dan emosi yang terkandung di dalamnya. Perlu dicatat bahwa ini adalah interpretasi umum, dan lirik sebenarnya bisa bervariasi.
Terjemahan bebas dari contoh lirik di atas kira-kira akan berbunyi seperti ini dalam Bahasa Indonesia:
Di hati ini tidak ada yang terlupakan
Ibu Ayah, juga rasa rindu yang terpendam
Bertahun-tahun, sampai terhalang jalan (kesempatan bertemu)
Ibu Ayah, kalianlah yang menjadi panutan
Ingat masa kecil, kalian begadang
Susah payah, tidak dihiraukan
Kalian menjaga, saya dirawat
Memberi penghidupan, dengan kasih sayang
Ibu Ayah, mohon maafkan segala salah
Saya anak kalian, yang sering lalai
Niat di hati, ingin membalas jasa
Tidak akan lupa, berbakti setiap masa
Tidak bisa berhadapan, saya di rantau jauh
Tapi doa kalian, tetap di lubuk hati
Semoga Ibu Ayah, sehat walafiat selalu
Tuhan menjaga, di dunia fana ini
Saya bercerita, kalian mendengarkan
Suara kalian, tidak bisa dilupakan
Rindu keluarga, rindu kampung halaman
Ibu Ayah, cinta kalian saya bawaan (selalu)
Lagu-lagu dengan lirik "Uma Abah" dalam bahasa Banjar merupakan aset budaya yang tak ternilai. Melalui penyebaran lirik dan melodi lagu-lagu ini, generasi muda dapat lebih mengenal, mencintai, dan menghargai warisan budaya nenek moyang mereka. Selain itu, pesan universal tentang kasih sayang dan bakti kepada orang tua yang terkandung di dalamnya akan terus relevan dan menginspirasi, menjadikan lagu-lagu ini abadi dalam ingatan dan hati masyarakat Banjar, serta bagi siapa saja yang mendengarkannya.
Keindahan bahasa Banjar yang dipadukan dengan tema keluarga yang menyentuh menjadikan lagu-lagu ini lebih dari sekadar karya seni, melainkan sebuah pengingat akan akar budaya, nilai-nilai luhur, dan kehangatan keluarga yang menjadi penopang kehidupan.