Simbol musik dan emosi hati yang terjalin.
Lagu "Perayaan Mati Rasa" yang dibawakan oleh Umay Shahab telah menyita perhatian banyak pendengar, terutama kaum muda. Lagu ini membawa nuansa melankolis namun dibalut dengan melodi yang cukup catchy. Tema yang diangkat cukup dalam, yakni tentang perasaan mati rasa yang seringkali muncul ketika seseorang merasa terlalu banyak terluka atau kecewa. Ini adalah sebuah perayaan, namun bukan perayaan kebahagiaan, melainkan semacam penerimaan terhadap kehampaan emosi.
Umay Shahab, dengan vokalnya yang khas, berhasil menyampaikan emosi dalam lagu ini dengan baik. Liriknya yang puitis menggambarkan sebuah kondisi di mana perasaan yang seharusnya aktif, baik itu sakit maupun senang, justru seolah telah tertidur lelap. Ini bukanlah akhir dari segalanya, melainkan sebuah fase di mana seseorang memilih untuk tidak lagi merasakan, sebagai bentuk perlindungan diri dari rasa sakit yang berulang.
"Perayaan Mati Rasa" bukan sekadar lagu cinta biasa. Ia menjelajahi kompleksitas emosi manusia yang kerap tertekan dan akhirnya memilih untuk 'mati rasa'. Lagu ini mengajak pendengar untuk merenungkan apa artinya terus-menerus merasakan sakit, dan apakah ada kalanya kehati-hatian emosional itu justru menjadi sebuah bentuk 'perayaan' atas diri sendiri. Dalam kesendirian dan keheningan, ia menemukan kedamaian yang semu, yang justru merupakan tanda dari luka yang mendalam.
Liriknya mencerminkan perjalanan batin seseorang yang mencoba memahami posisinya di tengah badai emosi. Ketika rasa sakit terlalu sering datang, atau harapan terlalu sering hancur, respons alami tubuh dan jiwa bisa jadi adalah menekan semua perasaan. Mati rasa bukanlah hilangnya kemampuan untuk merasa, tetapi lebih kepada mekanisme pertahanan diri. Lagu ini mencoba merayakan momen penerimaan terhadap keadaan ini, bahkan jika itu adalah keadaan yang sepi dan hampa.
Dulu ada tawa kini sunyi
Dulu ada bahagia kini sepi
Semua janji manis kini pergi
Tinggalkan luka yang tak terperi
Aku coba tuk mengerti
Mengapa semua ini terjadi
Namun tak ada jawaban pasti
Hanya kehampaan menemani
Chorus:
Ini perayaan mati rasa
Di mana hati tak lagi bicara
Tak ada tangis, tak ada tawa
Hanya sunyi yang meraja lela
Aku tak lagi merasakan sakit
Aku tak lagi merasakan perih
Semua emosi telah terhapus
Dalam diam aku terlarut
Verse 2:
Mungkin ini cara 'tuk bertahan
Dari dunia yang penuh cobaan
Menutup diri, tak lagi berharap
Dalam kehampaan aku bertempat
Chorus:
Ini perayaan mati rasa
Di mana hati tak lagi bicara
Tak ada tangis, tak ada tawa
Hanya sunyi yang meraja lela
Bridge:
Apakah ini kebebasan sejati?
Atau hanya ilusi pelipur hati?
Tak peduli, aku terima saja
Perayaan mati rasa
Outro:
Mati rasa...
Tak lagi terasa...
Sunyi...
Perayaan mati rasa...
Makna di balik lirik "Perayaan Mati Rasa" ini sangat kuat. Ia berbicara tentang proses penyembuhan yang berbeda bagi setiap orang. Bagi sebagian, menerima keadaan mati rasa adalah langkah awal untuk menemukan kembali pijakan. Lagu ini menjadi semacam hymne bagi mereka yang sedang dalam fase tersebut, memberikan pengakuan bahwa perasaan hampa pun adalah sebuah pengalaman emosional yang valid dan patut dipahami.
Pendengar seringkali merasa terhubung dengan lagu-lagu yang jujur dan apa adanya. "Perayaan Mati Rasa" berhasil menangkap esensi dari kelelahan emosional yang dialami banyak orang di era modern ini. Dengan mendengarkan lagu ini, diharapkan pendengar dapat merasa tidak sendirian dalam pergulatan batin mereka, dan mungkin menemukan secercah pemahaman atau bahkan kekuatan dalam kesunyian yang mereka rasakan.
Oleh: Umay Shahab