Pernahkah Anda merasakan telinga berdenging, bahkan saat tidak ada suara di sekitar? Fenomena ini dikenal sebagai tinnitus. Bagi sebagian orang, suara berdenging ini hanya muncul sesekali dan singkat. Namun, bagi sebagian lainnya, telinga berdenging bisa berlangsung lama, mengganggu, dan bahkan melemahkan kualitas hidup. Lantas, kenapa telinga berdenging lama bisa terjadi?
Tinnitus bukanlah sebuah penyakit itu sendiri, melainkan sebuah gejala dari kondisi medis lain yang mendasarinya. Suara yang dirasakan bisa bervariasi, mulai dari desisan, gemuruh, klik, siulan, hingga nada tinggi. Tingkat keparahan dan karakteristik suara ini bisa berbeda-beda pada setiap individu.
Ada berbagai faktor yang dapat menyebabkan telinga berdenging bertahan dalam jangka waktu lama. Memahami akar permasalahannya adalah langkah awal untuk mencari solusi yang tepat.
Ini adalah salah satu penyebab paling umum dari tinnitus, terutama yang bersifat permanen. Paparan suara keras yang terus-menerus, seperti di lingkungan kerja yang bising (pabrik, konstruksi), mendengarkan musik dengan volume tinggi melalui headphone, atau sering menghadiri konser tanpa pelindung telinga, dapat merusak sel-sel rambut halus di koklea (rumah siput) telinga bagian dalam. Kerusakan ini seringkali tidak dapat diperbaiki dan dapat menyebabkan telinga berdenging yang persisten.
Seiring bertambahnya usia, pendengaran secara alami akan mengalami penurunan. Kerusakan pada koklea akibat penuaan dapat memicu terjadinya tinnitus. Ini adalah kondisi yang sangat umum terjadi pada lansia.
Berbagai kondisi yang mempengaruhi telinga bagian dalam dapat menyebabkan tinnitus. Ini termasuk:
Tinnitus yang bersifat berdenyut (pulsatile tinnitus) seringkali berhubungan dengan masalah sirkulasi darah. Kondisi seperti tekanan darah tinggi, penyempitan pembuluh darah di leher atau dekat telinga, atau kelainan pembuluh darah dapat menyebabkan suara yang terdengar selaras dengan detak jantung.
Beberapa jenis obat-obatan, terutama yang digunakan dalam dosis tinggi atau dalam jangka panjang, dikenal sebagai obat ototoksik. Obat-obatan ini dapat merusak telinga bagian dalam dan menyebabkan tinnitus. Contohnya termasuk beberapa antibiotik, obat kemoterapi, obat diuretik, dan aspirin dalam dosis tinggi.
Beberapa kondisi medis yang lebih serius juga dapat bermanifestasi sebagai tinnitus, di antaranya:
Meskipun stres dan kecemasan bukanlah penyebab langsung tinnitus, keduanya dapat memperburuk gejala yang sudah ada atau bahkan memicu episode tinnitus pada individu yang rentan. Keadaan emosional yang intens dapat meningkatkan persepsi terhadap suara berdenging.
Jika telinga berdenging Anda berlangsung lama, mengganggu aktivitas sehari-hari, disertai dengan penurunan pendengaran, pusing, atau rasa sakit di telinga, sangat penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter spesialis THT (Telinga, Hidung, Tenggorokan) atau audiolog. Diagnosis yang akurat akan membantu menentukan penyebabnya dan merencanakan penanganan yang paling efektif.
Penanganan tinnitus sangat bergantung pada penyebabnya. Beberapa strategi yang dapat dilakukan meliputi:
Meskipun belum ada obat yang bisa menyembuhkan semua jenis tinnitus, namun dengan penanganan yang tepat, gejalanya dapat dikelola sehingga tidak lagi mengganggu kehidupan Anda secara signifikan.
Punya pertanyaan lain tentang kesehatan telinga?
Konsultasikan dengan Ahli