Demam adalah respons alami tubuh terhadap infeksi atau peradangan. Saat suhu tubuh meningkat, berbagai proses fisiologis di dalam tubuh turut aktif. Salah satu gejala yang sering dialami ketika demam adalah meningkatnya frekuensi buang air kecil. Fenomena ini mungkin terasa mengganggu, terutama saat Anda sedang merasa tidak enak badan. Lantas, kenapa saat demam jadi sering buang air kecil? Mari kita telaah lebih dalam.
Alasan paling umum dan mendasar mengapa seseorang lebih sering buang air kecil saat demam adalah karena tubuh membutuhkan lebih banyak cairan. Demam menyebabkan peningkatan metabolisme tubuh. Proses-proses seluler yang bekerja lebih keras untuk melawan infeksi atau menyembuhkan peradangan membutuhkan energi, dan energi ini sebagian dihasilkan melalui reaksi kimia yang melepaskan panas dan membutuhkan air. Selain itu, tubuh juga akan kehilangan cairan melalui keringat yang berlebihan, bahkan ketika Anda tidak merasa berkeringat secara kasat mata.
Untuk menjaga keseimbangan cairan dan mencegah dehidrasi akibat peningkatan kehilangan cairan dan metabolisme, tubuh akan merespons dengan mendorong konsumsi air lebih banyak. Semakin banyak cairan yang masuk, semakin banyak pula cairan yang harus dikeluarkan oleh ginjal melalui urin. Inilah sebabnya, Anda akan merasa lebih sering ingin buang air kecil.
Hormon ADH atau vasopresin memiliki peran penting dalam mengatur keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini bekerja pada ginjal untuk mengurangi jumlah urin yang dikeluarkan, sehingga tubuh dapat mempertahankan lebih banyak air. Namun, ketika tubuh mengalami demam, keseimbangan hormon ini bisa sedikit terganggu.
Pada beberapa kondisi demam, terutama yang disebabkan oleh infeksi, pelepasan hormon ADH bisa sedikit terhambat. Hal ini membuat ginjal kurang efisien dalam menyerap kembali air, sehingga lebih banyak air yang difiltrasi dan dikeluarkan sebagai urin. Meskipun dampaknya tidak selalu drastis, penurunan efektivitas ADH ini dapat berkontribusi pada peningkatan frekuensi buang air kecil.
Saat tubuh melawan infeksi, sistem kekebalan tubuh akan melepaskan berbagai zat kimia yang disebut sitokin. Sitokin berperan dalam mengkoordinasikan respons imun, termasuk memicu demam. Namun, beberapa jenis sitokin juga diketahui dapat memengaruhi fungsi ginjal dan pengaturan cairan tubuh. Sitokin dapat menyebabkan vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) di sekitar ginjal, yang secara teori dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus, sehingga memproduksi lebih banyak urin.
Selain itu, pelepasan sitokin juga dapat memengaruhi rasa haus, mendorong Anda untuk minum lebih banyak. Peningkatan asupan cairan ini, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, secara langsung akan berujung pada peningkatan frekuensi buang air kecil.
Banyak obat pereda demam yang dijual bebas maupun resep dokter, seperti parasetamol atau ibuprofen, memiliki efek samping diuretik ringan. Artinya, obat-obatan ini dapat membantu tubuh mengeluarkan kelebihan cairan. Meskipun efek diuretik dari obat-obatan ini umumnya tidak sekuat obat diuretik yang diresepkan untuk kondisi medis tertentu, namun kombinasi dengan peningkatan kebutuhan hidrasi dan proses fisiologis saat demam dapat memperkuat dorongan untuk buang air kecil.
Meskipun sering buang air kecil saat demam mungkin membuat Anda sedikit khawatir, penting untuk diingat bahwa ini adalah mekanisme tubuh untuk menjaga kesehatan. Justru, yang paling penting adalah memastikan Anda tetap terhidrasi dengan baik. Minumlah air putih yang cukup, jus buah encer, atau kuah sup hangat. Hindari minuman berkafein dan beralkohol karena dapat mempercepat dehidrasi.
Jika frekuensi buang air kecil terasa sangat berlebihan, disertai rasa haus yang luar biasa, penurunan volume urin, atau gejala dehidrasi lainnya seperti mulut kering, lemas, atau pusing, segera konsultasikan dengan tenaga medis. Ini bisa menjadi tanda bahwa Anda mengalami dehidrasi atau kondisi lain yang memerlukan penanganan profesional.
Secara ringkas, kenapa saat demam jadi sering buang air kecil adalah kombinasi dari peningkatan kebutuhan cairan tubuh, potensi perubahan regulasi hormon ADH, respons peradangan yang melibatkan sitokin, dan efek samping ringan dari obat pereda demam. Memahami hal ini akan membantu Anda lebih tenang dan fokus pada pemulihan dengan menjaga asupan cairan yang optimal.