Bagi sebagian orang, pengalaman menjalani infus sering kali disertai dengan dorongan yang lebih sering untuk buang air kecil. Fenomena ini mungkin terasa sedikit mengganggu, terutama jika Anda sedang dalam proses pemulihan atau dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk bolak-balik ke kamar mandi. Namun, ada penjelasan medis yang cukup mendasar mengapa hal ini terjadi.
Alasan paling utama mengapa Anda lebih sering buang air kecil saat diinfus adalah karena tubuh Anda secara sengaja menerima asupan cairan dalam jumlah yang signifikan. Cairan infus, yang bisa berupa larutan saline, glukosa, atau elektrolit, adalah air dalam bentuk yang paling murni dan siap diserap oleh tubuh. Ketika cairan ini masuk ke dalam aliran darah Anda, volume total cairan dalam tubuh akan meningkat.
Ginjal, sebagai organ vital yang bertanggung jawab untuk menyaring darah dan memproduksi urin, akan merespons peningkatan volume cairan ini. Untuk menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh (homeostasis), ginjal akan bekerja lebih keras untuk mengeluarkan kelebihan cairan tersebut dalam bentuk urin.
Ginjal memiliki kemampuan luar biasa untuk mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Ketika volume darah meningkat karena cairan infus, ginjal akan meningkatkan laju filtrasi glomerulus (GFF) atau jumlah darah yang disaring per satuan waktu. Peningkatan ini bertujuan untuk mencegah terjadinya penumpukan cairan berlebih yang dapat membahayakan, seperti edema atau peningkatan tekanan darah.
Selain itu, beberapa jenis cairan infus mungkin juga mengandung elektrolit seperti natrium. Keberadaan elektrolit ini dapat memengaruhi osmolalitas (konsentrasi zat terlarut) dalam darah, yang pada gilirannya dapat memicu respons ginjal untuk mengeluarkan lebih banyak air demi menjaga keseimbangan osmotik.
Penting untuk dicatat bahwa tidak semua cairan infus akan menyebabkan frekuensi buang air kecil yang sama. Cairan infus yang bersifat hipertonik (memiliki konsentrasi zat terlarut lebih tinggi dari darah) atau yang mengandung banyak natrium cenderung mendorong tubuh untuk mengeluarkan lebih banyak cairan. Sebaliknya, cairan hipotonik (konsentrasi zat terlarut lebih rendah) mungkin tidak memicu peningkatan urinasi seekstrim cairan hipertonik.
Selain mekanisme fisiologis dasar terkait asupan cairan, ada beberapa faktor lain yang bisa berkontribusi pada peningkatan frekuensi buang air kecil saat diinfus:
Meskipun sering buang air kecil saat diinfus adalah respons normal, penting untuk tetap memperhatikan beberapa hal:
Jadi, lain kali Anda menjalani infus dan merasa lebih sering ingin buang air kecil, ingatlah bahwa ini adalah bagian dari cara tubuh Anda bekerja untuk menjaga keseimbangan. Ini adalah tanda bahwa ginjal Anda berfungsi dengan baik dalam mengelola asupan cairan yang masuk.
Ingin tahu lebih banyak tentang kesehatan dan perawatan tubuh? Baca artikel kesehatan lainnya!