Kenapa Ada Benjolan di Leher Sebelah Kanan? Memahami Berbagai Penyebab, Gejala, dan Tindakan yang Tepat
Munculnya benjolan di leher, terutama di sisi kanan, seringkali menimbulkan kekhawatiran yang besar. Area leher merupakan bagian tubuh yang kompleks, dihuni oleh berbagai struktur penting seperti kelenjar getah bening, kelenjar tiroid, kelenjar ludah, otot, saraf, dan pembuluh darah. Oleh karena itu, benjolan yang muncul di area ini dapat berasal dari berbagai sumber dan memiliki makna klinis yang sangat bervariasi, mulai dari kondisi yang sama sekali tidak berbahaya hingga indikasi masalah kesehatan yang lebih serius.
Penting untuk dipahami bahwa tidak semua benjolan menandakan sesuatu yang berbahaya. Faktanya, sebagian besar benjolan di leher bersifat jinak (non-kanker) dan seringkali berkaitan dengan infeksi umum. Namun, karena potensi adanya kondisi yang lebih serius, setiap benjolan yang baru muncul atau menunjukkan perubahan tertentu sebaiknya selalu dievaluasi oleh tenaga medis profesional. Artikel ini akan membahas secara mendalam berbagai penyebab benjolan di leher sebelah kanan, gejala yang mungkin menyertainya, kapan Anda harus mencari pertolongan medis, serta bagaimana proses diagnosis dan penanganannya.
Anatomi Leher: Mengapa Benjolan Sering Muncul di Area Ini?
Untuk memahami mengapa benjolan bisa muncul di leher, kita perlu mengenal sedikit tentang anatomi daerah ini. Leher adalah jembatan vital yang menghubungkan kepala dengan tubuh, dan di dalamnya terdapat banyak organ serta jaringan yang rentan mengalami perubahan. Struktur utama yang sering menjadi sumber benjolan antara lain:
Kelenjar Getah Bening (Limfonodus): Merupakan bagian integral dari sistem kekebalan tubuh, berfungsi menyaring cairan limfa dan memerangi infeksi. Banyak kelenjar getah bening yang terletak di sepanjang leher, di belakang telinga, di bawah rahang, dan di atas tulang selangka. Pembengkakannya adalah penyebab paling umum benjolan di leher.
Kelenjar Tiroid: Terletak di bagian depan leher, tepat di bawah jakun. Kelenjar ini menghasilkan hormon yang mengatur metabolisme tubuh. Nodul atau pembesaran tiroid dapat teraba sebagai benjolan.
Kelenjar Ludah (Saliva): Terdapat beberapa kelenjar ludah besar, termasuk kelenjar parotis (di depan dan di bawah telinga) dan kelenjar submandibula (di bawah rahang). Infeksi atau sumbatan pada kelenjar ini bisa menyebabkan benjolan.
Otot: Otot-otot leher, seperti sternocleidomastoid, bisa mengalami cedera, spasme, atau peradangan yang membentuk massa.
Pembuluh Darah: Arteri karotis dan vena jugularis adalah pembuluh darah besar di leher. Meskipun jarang, kelainan pada pembuluh darah dapat teraba sebagai benjolan.
Jaringan Lunak dan Kulit: Kista, lipoma, atau abses bisa berkembang di bawah kulit atau di jaringan lunak leher.
Struktur Lain: Seperti laring (kotak suara), trakea (tenggorokan), dan kerongkongan, meskipun benjolan langsung dari organ ini lebih jarang teraba dari luar.
Ilustrasi sederhana menunjukkan area leher dengan indikasi umum lokasi benjolan di sisi kanan.
Penyebab Umum Benjolan di Leher Sebelah Kanan (Kondisi Jinak)
Sebagian besar benjolan di leher bersifat jinak dan tidak mengancam jiwa. Berikut adalah beberapa penyebab paling umum:
Ini adalah penyebab benjolan leher paling sering. Kelenjar getah bening membengkak sebagai respons terhadap infeksi atau peradangan di tubuh. Karena banyak kelenjar getah bening di sisi kanan leher, pembengkakan di area ini sangat umum. Beberapa penyebab pembengkakan kelenjar getah bening meliputi:
Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA): Pilek, flu, radang tenggorokan (faringitis), tonsilitis, atau sinusitis adalah pemicu umum. Kelenjar getah bening akan membengkak di sisi yang sesuai dengan lokasi infeksi untuk membantu melawan patogen. Benjolan biasanya lunak, nyeri saat disentuh, dan bergerak.
Infeksi Gigi dan Mulut: Abses gigi, gusi bengkak (gingivitis), atau infeksi pada gusi bisa menyebabkan kelenjar getah bening di rahang bawah kanan atau di sepanjang sisi kanan leher membengkak.
Mononukleosis (Penyakit Kelenjar): Disebabkan oleh virus Epstein-Barr, kondisi ini sering menyebabkan pembengkakan kelenjar getah bening yang signifikan di leher, ketiak, dan selangkangan, disertai demam, kelelahan parah, dan sakit tenggorokan.
Infeksi Kulit: Luka, bisul, atau infeksi lainnya di area kepala, wajah, atau leher sebelah kanan bisa memicu pembengkakan kelenjar getah bening terdekat.
Tuberkulosis (TBC): Dalam beberapa kasus, TBC kelenjar (skrofula) dapat menyebabkan pembengkakan kelenjar getah bening yang kronis dan tidak nyeri di leher, yang bisa berlangsung lama.
Infeksi HIV: Infeksi awal HIV dapat menyebabkan limfadenopati umum, termasuk di leher.
Penyakit Autoimun: Kondisi seperti lupus eritematosus sistemik (SLE) atau rheumatoid arthritis (RA) dapat menyebabkan pembengkakan kelenjar getah bening yang tidak spesifik.
2. Kista
Kista adalah kantung berisi cairan, udara, atau zat semisolid. Beberapa jenis kista dapat muncul di leher:
Kista Sebaceous (Kista Epidermoid): Ini adalah kista jinak yang umum terbentuk ketika kelenjar minyak (sebaceous) atau folikel rambut tersumbat. Benjolan ini biasanya lunak, dapat digerakkan, dan sering muncul tepat di bawah kulit. Meskipun biasanya tidak nyeri, kista ini bisa terinfeksi dan menjadi merah, bengkak, dan nyeri.
Kista Brankial Celah (Branchial Cleft Cyst): Ini adalah kelainan bawaan yang terbentuk akibat kegagalan penutupan struktur embrio selama perkembangan janin. Kista ini biasanya muncul di sisi leher, seringkali di dekat bagian depan otot sternocleidomastoid, dan bisa teraba sebagai benjolan lunak atau kenyal. Kadang-kadang kista ini memiliki lubang kecil yang mengeluarkan cairan. Kista ini bisa membesar atau terinfeksi seiring waktu.
Kista Tiroglosus (Thyroglossal Duct Cyst): Ini juga merupakan kelainan bawaan yang terbentuk dari sisa saluran yang menghubungkan tiroid embrio ke lidah. Kista ini biasanya terletak di garis tengah leher, tetapi kadang bisa bergeser sedikit ke samping. Ciri khasnya adalah bergerak ke atas saat pasien menjulurkan lidah. Kista ini bisa terinfeksi dan menyebabkan nyeri serta kemerahan.
3. Lipoma
Lipoma adalah tumor jinak yang terdiri dari sel-sel lemak. Ini adalah salah satu jenis tumor jinak yang paling umum dan bisa muncul di mana saja di tubuh, termasuk leher sebelah kanan. Ciri-cirinya meliputi:
Tekstur: Lunak dan kenyal saat disentuh.
Mobilitas: Mudah digerakkan di bawah kulit.
Nyeri: Umumnya tidak nyeri, kecuali jika menekan saraf atau pembuluh darah.
Ukuran: Bisa bervariasi dari kecil (beberapa milimeter) hingga besar (beberapa sentimeter).
Lipoma tumbuh sangat lambat dan jarang menimbulkan masalah kesehatan, tetapi dapat diangkat melalui pembedahan jika mengganggu secara kosmetik atau menyebabkan ketidaknyamanan.
4. Nodul Tiroid atau Gondok
Kelenjar tiroid terletak di bagian depan leher, tetapi nodul (benjolan kecil) atau pembesaran tiroid (gondok) bisa bergeser ke salah satu sisi, termasuk kanan. Benjolan ini bisa tunggal (nodul soliter) atau banyak (multinodular goiter). Penyebabnya bisa bermacam-macam:
Kekurangan Yodium: Penyebab paling umum gondok di daerah dengan asupan yodium rendah.
Nodul Koloid: Benjolan berisi cairan atau koloid (protein) yang jinak.
Kista Tiroid: Nodul berisi cairan di dalam kelenjar tiroid.
Tiroiditis: Peradangan kelenjar tiroid, seperti tiroiditis Hashimoto (autoimun) atau tiroiditis subakut (pasca-infeksi), yang dapat menyebabkan pembengkakan tiroid yang nyeri atau tidak nyeri.
Penyakit Graves: Kondisi autoimun yang menyebabkan tiroid terlalu aktif (hipertiroidisme), seringkali disertai pembesaran tiroid.
Meskipun sebagian besar nodul tiroid jinak, sekitar 5-10% dapat bersifat kanker, sehingga evaluasi medis sangat penting.
5. Pembengkakan Kelenjar Ludah (Sialadenitis)
Jika benjolan berada di dekat rahang bawah atau di depan telinga kanan, mungkin terkait dengan kelenjar ludah submandibula atau parotis. Penyebabnya meliputi:
Sialadenitis: Infeksi bakteri pada kelenjar ludah, seringkali akibat dehidrasi atau sumbatan saluran. Gejala termasuk nyeri, pembengkakan, demam, dan kemerahan.
Batu Saluran Ludah (Sialolithiasis): Batu kecil dapat menyumbat saluran kelenjar ludah, menyebabkan pembengkakan yang memburuk saat makan dan berkurang setelahnya.
Gondongan (Mumps): Infeksi virus yang menyebabkan pembengkakan kelenjar parotis, seringkali di kedua sisi, tetapi bisa dimulai di satu sisi.
6. Abses
Abses adalah kumpulan nanah yang terbentuk akibat infeksi bakteri. Abses di leher bisa sangat nyeri, merah, hangat saat disentuh, dan kadang disertai demam. Abses bisa terbentuk di kelenjar getah bening, kelenjar ludah, atau di bawah kulit karena infeksi.
7. Hematoma
Hematoma adalah kumpulan darah di luar pembuluh darah, biasanya akibat cedera atau trauma pada leher. Ini bisa terasa seperti benjolan yang nyeri dan membengkak, seringkali disertai memar.
8. Benjolan Otot (Torticollis)
Pada bayi, benjolan di otot sternocleidomastoid (otot leher yang besar) bisa terjadi akibat tortikolis kongenital, di mana otot tersebut memendek atau menebal. Benjolan ini biasanya tidak nyeri dan seringkali memerlukan terapi fisik.
Ilustrasi lokasi umum kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid di area leher, yang sering menjadi sumber benjolan.
Penyebab Benjolan di Leher Sebelah Kanan yang Lebih Serius (Kondisi Maligna/Kanker)
Meskipun jarang, benjolan di leher juga bisa menjadi tanda kanker. Penting untuk mengetahui jenis-jenis kanker yang dapat bermanifestasi sebagai benjolan di leher:
1. Kanker Kelenjar Getah Bening (Limfoma)
Limfoma adalah jenis kanker yang berasal dari sel-sel sistem kekebalan tubuh, disebut limfosit, yang terutama ditemukan di kelenjar getah bening. Ada dua jenis utama:
Limfoma Hodgkin: Seringkali dimulai di kelenjar getah bening di leher, ketiak, atau selangkangan. Biasanya lebih mudah diobati.
Limfoma Non-Hodgkin: Lebih umum dan bisa berkembang di mana saja di tubuh, termasuk kelenjar getah bening di leher.
Benjolan limfoma seringkali tidak nyeri, keras, dan terus membesar. Gejala lain yang menyertai bisa meliputi:
Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.
Demam yang tidak bisa dijelaskan.
Keringat malam yang berlebihan.
Gatal-gatal di seluruh tubuh.
Kelelahan ekstrem.
2. Kanker Tiroid
Kanker tiroid adalah kanker yang tumbuh dari sel-sel di kelenjar tiroid. Ini adalah jenis kanker endokrin yang paling umum. Meskipun sebagian besar nodul tiroid jinak, beberapa dapat bersifat ganas. Jenis-jenis kanker tiroid meliputi:
Kanker Tiroid Papiler: Jenis yang paling umum dan tumbuh lambat. Seringkali prognosisnya sangat baik.
Kanker Tiroid Folikuler: Jenis kedua yang paling umum, juga tumbuh lambat.
Kanker Tiroid Meduler: Lebih jarang, berasal dari sel C parafollicular yang menghasilkan hormon kalsitonin.
Kanker Tiroid Anaplastik: Jenis yang paling agresif dan jarang terjadi, tumbuh sangat cepat dan sulit diobati.
Benjolan kanker tiroid cenderung keras, tidak bergerak, dan biasanya tidak nyeri. Gejala lain mungkin termasuk suara serak, kesulitan menelan, atau nyeri leher.
3. Kanker yang Menyebar (Metastasis)
Kelenjar getah bening di leher adalah "stasiun" umum bagi sel kanker untuk menyebar dari organ lain (metastasis). Jika ada kanker di kepala dan leher (misalnya kanker mulut, kanker tenggorokan, kanker laring, kanker kulit), atau bahkan dari organ yang lebih jauh seperti paru-paru, payudara, ginjal, atau saluran pencernaan, sel kanker dapat menyebar ke kelenjar getah bening di leher. Benjolan metastasis seringkali keras, tidak nyeri, dan tidak bergerak.
Kanker Kepala dan Leher: Kanker pada lidah, amandel, faring, laring, atau kelenjar ludah seringkali bermetastasis ke kelenjar getah bening di leher. Merokok, konsumsi alkohol berlebihan, dan infeksi HPV adalah faktor risiko utama.
Kanker Kulit: Melanoma atau karsinoma sel skuamosa yang muncul di wajah atau kulit kepala dapat menyebar ke kelenjar getah bening leher.
4. Kanker Kelenjar Ludah
Kanker kelenjar ludah jarang terjadi, tetapi dapat muncul sebagai benjolan di area kelenjar parotis (depan telinga) atau submandibula (bawah rahang). Benjolan ini cenderung keras, tidak nyeri, dan seringkali tumbuh lambat. Gejala lain bisa termasuk kelemahan wajah, nyeri yang persisten, atau kesulitan menelan.
5. Kanker Laring atau Faring
Meskipun benjolan langsung dari laring (kotak suara) atau faring (tenggorokan) jarang teraba dari luar, kanker di area ini bisa menyebabkan benjolan pada kelenjar getah bening leher sebagai tanda metastasis. Gejala kanker laring/faring meliputi suara serak yang tidak membaik, kesulitan menelan, nyeri tenggorokan persisten, atau batuk kronis.
Benjolan di leher kanan bisa disebabkan oleh berbagai kondisi, baik jinak maupun serius.
Gejala yang Menyertai Benjolan di Leher Sebelah Kanan
Selain keberadaan benjolan itu sendiri, gejala lain yang menyertainya dapat memberikan petunjuk penting tentang penyebabnya. Perhatikan hal-hal berikut:
Karakteristik Benjolan:
Ukuran dan Perubahan Ukuran: Apakah benjolan kecil atau besar? Apakah ukurannya bertambah secara signifikan atau tetap sama? Benjolan yang membesar dengan cepat lebih mengkhawatirkan.
Nyeri: Apakah benjolan terasa nyeri saat disentuh atau nyeri secara spontan? Benjolan yang nyeri seringkali menunjukkan peradangan atau infeksi (jinak), sementara benjolan kanker seringkali tidak nyeri.
Konsistensi: Apakah benjolan lunak, kenyal, atau keras? Benjolan lunak dan kenyal cenderung jinak (misalnya lipoma, kista), sedangkan benjolan yang sangat keras dan padat mungkin mengindikasikan keganasan.
Mobilitas: Apakah benjolan dapat digerakkan dengan mudah di bawah kulit atau terasa melekat pada jaringan di sekitarnya? Benjolan yang bergerak bebas umumnya jinak, sementara yang melekat dan tidak bergerak bisa menjadi tanda kanker.
Permukaan: Apakah permukaan benjolan halus atau tidak rata/berbenjol-benjol? Permukaan yang tidak beraturan bisa mengkhawatirkan.
Perubahan Kulit: Adakah kemerahan, kehangatan, luka terbuka, atau perubahan warna kulit di atas benjolan? Ini bisa menunjukkan infeksi atau peradangan.
Gejala Umum Lainnya:
Demam dan Menggigil: Seringkali menyertai infeksi. Demam yang berkepanjangan dan tidak bisa dijelaskan, terutama dengan keringat malam, bisa menjadi tanda limfoma atau infeksi kronis.
Penurunan Berat Badan Tanpa Sebab: Penurunan berat badan lebih dari 5-10% dalam 6-12 bulan tanpa diet atau perubahan gaya hidup bisa menjadi tanda kanker.
Keringat Malam: Keringat berlebihan di malam hari yang membasahi pakaian atau seprai, sering dikaitkan dengan limfoma.
Kelelahan Ekstrem: Kelelahan yang tidak membaik dengan istirahat, bisa menjadi gejala berbagai kondisi serius, termasuk kanker atau penyakit autoimun.
Perubahan Suara (Suara Serak): Jika benjolan menekan saraf laringeal rekuren atau jika ada kanker di laring, dapat menyebabkan suara serak yang persisten.
Kesulitan Menelan (Disfagia): Benjolan yang besar atau kanker yang menyerang struktur di dekat kerongkongan dapat menyebabkan kesulitan atau nyeri saat menelan.
Kesulitan Bernapas (Dispnea): Sangat jarang, tetapi benjolan yang sangat besar atau tumor yang menekan trakea bisa menyebabkan sesak napas.
Nyeri Telinga atau Rahang: Terutama jika benjolan terkait dengan kelenjar ludah atau kelenjar getah bening di area tersebut.
Sakit Tenggorokan Persisten: Jika benjolan terkait dengan infeksi atau kanker di tenggorokan.
Kesemutan atau Mati Rasa: Jika benjolan menekan saraf di leher.
Kapan Harus Segera Mencari Pertolongan Medis?
Meskipun banyak benjolan di leher bersifat jinak, penting untuk tidak mengabaikannya. Konsultasi dengan dokter adalah langkah terbaik untuk mendapatkan diagnosis yang akurat. Anda harus segera mencari pertolongan medis jika benjolan Anda memiliki salah satu karakteristik atau disertai gejala berikut:
Benjolan Baru Muncul dan Tidak Hilang dalam 2 Minggu: Terutama jika tidak ada tanda-tanda infeksi yang jelas (seperti pilek atau flu).
Benjolan Terus Membesar: Peningkatan ukuran benjolan secara progresif harus dievaluasi.
Benjolan Terasa Keras dan Tidak Bergerak: Karakteristik ini lebih sering dikaitkan dengan keganasan.
Benjolan Tidak Nyeri: Meskipun benjolan nyeri bisa mengkhawatirkan, benjolan kanker seringkali tidak nyeri, sehingga tidak adanya nyeri bukan berarti benjolan tersebut aman.
Disertai Penurunan Berat Badan Tanpa Sebab yang Jelas: Ini adalah "red flag" penting untuk kemungkinan kanker.
Disertai Demam yang Tidak Kunjung Sembuh atau Keringat Malam Berlebihan: Terutama tanpa gejala infeksi lainnya.
Disertai Perubahan Suara (Serak Persisten) atau Kesulitan Menelan/Bernapas: Ini menunjukkan potensi tekanan pada struktur vital.
Benjolan dengan Perubahan Kulit: Seperti luka terbuka, kemerahan yang tidak biasa, atau ulserasi.
Benjolan pada Anak-anak: Semua benjolan pada anak-anak harus dievaluasi oleh dokter anak.
Benjolan pada Orang Dewasa dengan Riwayat Merokok Berat atau Konsumsi Alkohol: Ini meningkatkan risiko kanker kepala dan leher.
Benjolan pada Orang Dewasa dengan Riwayat Kanker Sebelumnya: Peningkatan risiko metastasis.
Jangan menunda pemeriksaan. Deteksi dini sangat penting untuk keberhasilan pengobatan, terutama jika benjolan ternyata bersifat ganas.
Proses Diagnosis Benjolan di Leher Sebelah Kanan
Ketika Anda mengunjungi dokter untuk benjolan di leher, dokter akan melakukan serangkaian langkah diagnostik untuk menentukan penyebabnya:
1. Anamnesis (Wawancara Medis)
Dokter akan bertanya secara rinci tentang:
Kapan benjolan pertama kali muncul?
Apakah ukurannya berubah? Bagaimana kecepatan perubahannya?
Apakah benjolan nyeri?
Gejala lain yang menyertai (demam, penurunan berat badan, keringat malam, sulit menelan, perubahan suara).
Riwayat kesehatan sebelumnya, termasuk infeksi, cedera, atau penyakit kronis.
Riwayat keluarga dengan kanker.
Gaya hidup (merokok, konsumsi alkohol, paparan lingkungan).
Obat-obatan yang sedang dikonsumsi.
2. Pemeriksaan Fisik
Dokter akan memeriksa leher dengan teliti, termasuk palpasi (meraba) benjolan. Dokter akan mengevaluasi:
Lokasi: Tepatnya di mana benjolan berada.
Ukuran: Estimasi dimensi benjolan.
Bentuk: Bulat, oval, tidak beraturan.
Konsistensi: Lunak, kenyal, keras, kistik.
Mobilitas: Apakah dapat digerakkan atau melekat.
Nyeri Tekan: Apakah nyeri saat diraba.
Kemerahan atau Kehangatan: Tanda-tanda peradangan atau infeksi.
Dokter juga akan memeriksa kelenjar getah bening lain di leher, ketiak, dan selangkangan, serta memeriksa area kepala dan leher lainnya (misalnya mulut, tenggorokan, telinga) untuk mencari sumber infeksi atau potensi kanker primer.
3. Pemeriksaan Penunjang
Bergantung pada temuan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dokter mungkin merekomendasikan pemeriksaan tambahan:
Ultrasonografi (USG) Leher: Ini adalah pemeriksaan pencitraan awal yang sering digunakan. USG dapat membedakan apakah benjolan padat atau berisi cairan (kistik), serta memberikan informasi tentang ukuran, bentuk, dan karakteristik lainnya. Ini non-invasif dan tidak menggunakan radiasi.
Tes Darah:
Hitung Darah Lengkap (CBC): Untuk mencari tanda-tanda infeksi atau masalah darah lainnya.
Tes Fungsi Tiroid (TSH, FT3, FT4): Jika dicurigai masalah tiroid.
Penanda Inflamasi (CRP, LED): Untuk menilai tingkat peradangan.
Tes Antibodi: Untuk infeksi tertentu seperti mononukleosis.
CT Scan atau MRI Leher: Memberikan gambaran yang lebih detail tentang benjolan dan hubungannya dengan struktur di sekitarnya. Dapat membantu dalam perencanaan operasi atau identifikasi metastasis.
Biopsi: Ini adalah metode diagnostik paling definitif untuk menentukan apakah benjolan bersifat ganas atau jinak. Ada beberapa jenis biopsi:
Fine Needle Aspiration (FNA): Menggunakan jarum tipis untuk mengambil sampel sel dari benjolan. Sampel kemudian diperiksa di bawah mikroskop oleh ahli patologi. Ini adalah prosedur yang relatif cepat dan minimal invasif.
Core Needle Biopsy (CNB): Menggunakan jarum yang sedikit lebih besar untuk mengambil sampel jaringan yang lebih besar.
Biopsi Eksisi: Seluruh benjolan diangkat melalui operasi untuk pemeriksaan patologi. Ini sering dilakukan jika hasil FNA tidak konklusif atau jika ada kecurigaan tinggi terhadap keganasan.
Endoskopi: Jika dicurigai kanker pada saluran napas atau pencernaan atas (mulut, tenggorokan, laring), dokter mungkin melakukan nasofaringoskopi atau laringoskopi untuk melihat area tersebut secara langsung.
Pilihan Pengobatan Benjolan di Leher Sebelah Kanan
Pengobatan benjolan di leher sangat bergantung pada penyebab yang mendasarinya:
1. Pengobatan untuk Benjolan Jinak:
Observasi: Untuk benjolan jinak yang kecil dan tidak menimbulkan gejala (misalnya lipoma kecil, kelenjar getah bening yang sedikit membesar setelah infeksi yang sembuh), dokter mungkin hanya merekomendasikan pemantauan.
Antibiotik: Jika benjolan disebabkan oleh infeksi bakteri (misalnya, limfadenitis bakteri, sialadenitis, abses), antibiotik akan diresepkan. Abses mungkin memerlukan drainase bedah.
Antivirus: Untuk infeksi virus tertentu (misalnya mononukleosis), pengobatan bersifat suportif (istirahat, cairan) karena antibiotik tidak efektif.
Anti-inflamasi: Untuk benjolan yang disebabkan oleh peradangan (misalnya tiroiditis), obat anti-inflamasi dapat diberikan.
Pembedahan:
Pengangkatan Kista: Kista brankial celah, kista tiroglosus, atau kista sebaceous yang mengganggu atau sering terinfeksi dapat diangkat melalui operasi.
Pengangkatan Lipoma: Jika lipoma besar, tumbuh, atau mengganggu secara kosmetik, dapat diangkat.
Tiroidektomi: Pengangkatan sebagian atau seluruh kelenjar tiroid jika ada nodul tiroid yang besar, menyebabkan gejala, atau dicurigai kanker (meskipun jinak).
Drainase Abses: Jika ada abses, mungkin perlu disayat dan didrainase.
Terapi Hormon: Untuk masalah tiroid seperti hipotiroidisme, terapi penggantian hormon tiroid mungkin diperlukan.
2. Pengobatan untuk Benjolan Kanker:
Pengobatan kanker leher biasanya melibatkan pendekatan multimodal yang disesuaikan dengan jenis kanker, stadium, dan kondisi kesehatan pasien. Tim multidisiplin (onkolog, ahli bedah, radioterapis) akan bekerja sama.
Pembedahan: Seringkali merupakan pilihan pengobatan utama untuk mengangkat tumor dan kelenjar getah bening yang terkena di sekitarnya. Ini bisa berkisar dari pengangkatan nodul tiroid hingga diseksi leher radikal.
Terapi Radiasi: Menggunakan sinar energi tinggi untuk membunuh sel kanker. Dapat digunakan setelah operasi untuk membunuh sel kanker yang tersisa, atau sebagai pengobatan utama untuk tumor yang tidak dapat dioperasi.
Kemoterapi: Penggunaan obat-obatan untuk membunuh sel kanker di seluruh tubuh. Sering digunakan bersama dengan radiasi atau sebelum/sesudah operasi.
Terapi Target: Obat-obatan yang dirancang untuk menargetkan gen, protein, atau lingkungan jaringan tertentu yang berkontribusi pada pertumbuhan dan kelangsungan hidup sel kanker.
Imunoterapi: Jenis pengobatan yang membantu sistem kekebalan tubuh pasien sendiri untuk melawan kanker.
Terapi Ablasi: Untuk kanker tiroid, yodium radioaktif (RAI) dapat digunakan untuk menghancurkan sel tiroid yang tersisa setelah operasi.
Setelah pengobatan kanker, pasien akan menjalani pemantauan rutin yang ketat untuk mendeteksi kekambuhan atau metastasis dini.
Pencegahan Benjolan di Leher (Secara Umum)
Meskipun tidak semua benjolan dapat dicegah, beberapa tindakan dapat mengurangi risiko munculnya jenis-jenis benjolan tertentu atau membantu menjaga kesehatan leher secara keseluruhan:
Menjaga Kebersihan Mulut dan Gigi: Sikat gigi dua kali sehari, gunakan benang gigi, dan lakukan pemeriksaan gigi rutin untuk mencegah infeksi gigi yang dapat menyebabkan pembengkakan kelenjar getah bening.
Vaksinasi: Pastikan vaksinasi lengkap, terutama untuk penyakit seperti gondongan (MMR) yang dapat menyebabkan pembengkakan kelenjar ludah.
Menghindari Rokok dan Alkohol Berlebihan: Ini adalah faktor risiko utama untuk kanker kepala dan leher, termasuk kanker tenggorokan, laring, dan kelenjar ludah.
Menerapkan Diet Sehat: Pastikan asupan yodium yang cukup melalui garam beryodium atau makanan laut untuk mencegah gondok terkait kekurangan yodium.
Hidrasi yang Cukup: Minum air yang cukup untuk menjaga fungsi kelenjar ludah dan mencegah pembentukan batu saluran ludah.
Melindungi Diri dari Infeksi: Cuci tangan secara teratur, hindari kontak dekat dengan orang sakit untuk mengurangi risiko infeksi saluran pernapasan atas.
Pemeriksaan Diri Berkala: Biasakan untuk sesekali meraba leher Anda sendiri untuk mendeteksi benjolan baru secara dini.
Penanganan Cedera Leher dengan Hati-hati: Hindari trauma yang tidak perlu pada leher.
Kesimpulan
Benjolan di leher sebelah kanan adalah keluhan umum yang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, mulai dari infeksi ringan yang jinak hingga keganasan yang serius. Memahami karakteristik benjolan, gejala yang menyertainya, serta faktor risiko pribadi sangat penting. Meskipun sebagian besar benjolan bersifat jinak, tidak ada cara pasti untuk membedakan antara benjolan jinak dan ganas tanpa evaluasi medis profesional.
Oleh karena itu, setiap benjolan baru yang muncul di leher, terutama jika disertai dengan gejala yang mengkhawatirkan seperti nyeri persisten, pembesaran cepat, kekerasan, imobilitas, penurunan berat badan yang tidak disengaja, demam berkepanjangan, atau kesulitan menelan/bernapas, harus segera diperiksakan ke dokter. Deteksi dini dan diagnosis yang akurat adalah kunci untuk pengobatan yang efektif, terlepas dari apakah penyebabnya jinak atau ganas.
Jangan pernah mendiagnosis diri sendiri atau menunda mencari bantuan medis. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh dan mungkin merekomendasikan tes tambahan untuk mencapai diagnosis yang tepat dan merencanakan langkah penanganan terbaik untuk kondisi Anda.