Pertanyaan apakah harga emas akan naik atau turun hari ini merupakan inti dari analisis ekonomi dan sentimen pasar global. Emas, sebagai aset komoditas dan mata uang tertua di dunia, tidak bergerak secara acak. Pergerakannya adalah cerminan kompleks dari ketakutan, harapan, kebijakan moneter, dan kondisi geopolitik yang saling terkait. Memahami dinamika ini memerlukan tinjauan yang jauh melampaui grafik harian, menelusuri interaksi antara kebijakan Bank Sentral, kekuatan Dolar Amerika Serikat (AS), dan respons investor terhadap ketidakpastian sistemik.
Emas memiliki peran ganda yang unik di pasar. Di satu sisi, ia adalah komoditas industri yang digunakan dalam perhiasan dan teknologi. Di sisi lain, ia adalah aset finansial utama, sering disebut "mata uang krisis" atau safe haven asset. Ketika pasar saham global bergejolak, obligasi tertekan, atau mata uang fiat menghadapi erosi nilai (inflasi), investor secara naluriah beralih ke emas sebagai penyimpan nilai yang andal, mendorong permintaannya, dan secara fundamental menaikkan harganya.
Inflasi adalah faktor pendorong terbesar harga emas dalam jangka panjang. Ketika biaya hidup meningkat dan daya beli mata uang domestik menurun, emas menjadi sangat menarik. Mata uang fiat dapat dicetak tanpa batas, tetapi pasokan emas di dunia terbatas (kelangkaan inheren). Dalam skenario inflasi tinggi yang persisten, investor melihat emas bukan hanya sebagai aset yang melindungi kekayaan mereka, tetapi juga sebagai aset yang dapat mempertahankan atau bahkan meningkatkan daya beli mereka di masa depan. Hubungan ini tidak selalu instan; mungkin ada jeda waktu antara lonjakan inflasi dan respons harga emas, tetapi korelasi jangka panjangnya sulit diabaikan. Ketika Bank Sentral mencetak uang dalam jumlah besar (kebijakan pelonggaran kuantitatif) yang berpotensi memicu inflasi, emas sering kali bergerak naik dengan antisipasi.
Mayoritas perdagangan emas global dihargai dalam Dolar AS (USD). Hubungan antara keduanya seringkali bersifat terbalik (invers). Ketika Dolar AS menguat (indeks DXY naik), harga emas cenderung turun, dan sebaliknya. Ada dua alasan utama untuk fenomena ini:
Oleh karena itu, salah satu indikator pertama yang harus diperhatikan untuk memprediksi pergerakan emas hari ini adalah kinerja Dolar AS di pasar valuta asing. Pelemahan USD yang signifikan seringkali menjadi pemicu utama kenaikan harga emas dalam sesi perdagangan yang sama.
Ilustrasi Keseimbangan Invers: Suku Bunga yang Naik seringkali memperkuat Dolar, yang menekan harga emas, kecuali jika ketidakpastian global sangat tinggi.
Kebijakan Bank Sentral, terutama Federal Reserve (The Fed) di AS, adalah penentu utama pergerakan harga emas. Instrumen yang paling kuat adalah suku bunga. Ketika suku bunga naik, biaya memegang aset yang tidak memberikan bunga, seperti emas, meningkat. Investor cenderung menjual emas untuk membeli aset berbasis bunga (seperti obligasi atau deposito) yang memberikan imbal hasil yang lebih tinggi. Sebaliknya, ketika suku bunga dipangkas, biaya peluang memegang emas berkurang, mendorong harga naik.
Namun, yang jauh lebih krusial daripada suku bunga nominal adalah Suku Bunga Riil. Suku Bunga Riil adalah suku bunga nominal dikurangi tingkat inflasi. Jika suku bunga nominal 5%, tetapi inflasi juga 5%, maka suku bunga riil adalah nol. Dalam skenario suku bunga riil negatif (misalnya, suku bunga 3% dan inflasi 7%), investor secara efektif kehilangan daya beli dengan menahan obligasi atau uang tunai, membuat emas, yang memiliki imbal hasil nol tetapi tidak tunduk pada erosi inflasi, menjadi aset yang sangat menarik.
Analisis harian harga emas selalu melibatkan pengawasan ketat terhadap data inflasi terbaru (CPI/PCE) dan pernyataan dari pejabat Bank Sentral mengenai prospek kenaikan atau penurunan suku bunga di masa mendatang. Ekspektasi pasar terhadap pergerakan suku bunga riil lah yang mendikte apakah harga emas hari ini akan bergerak naik atau turun.
Emas memperoleh status "safe haven" tertingginya pada saat krisis geopolitik, militer, atau ketidakpastian sistemik yang melampaui perhitungan ekonomi biasa. Ketika konflik regional meningkat, atau terjadi ketegangan antara kekuatan-kekuatan besar dunia, modal mengalir deras menuju emas. Hal ini terjadi karena dalam kondisi kekacauan global, instrumen finansial tradisional (saham, obligasi) menjadi tidak pasti, dan bahkan kepercayaan terhadap mata uang fiat tertentu bisa goyah. Emas adalah aset yang tidak memiliki risiko pihak lawan (counterparty risk) dan mudah dialihkan melintasi batas negara.
Contoh klasik dari pengaruh geopolitik adalah ketika konflik bersenjata pecah atau ketika krisis perbankan global (seperti yang terjadi di beberapa periode dalam sejarah modern) mengancam stabilitas finansial. Dalam situasi ini, bahkan jika Dolar AS menguat, emas dapat tetap naik karena dorongan dari permintaan safe haven yang melampaui semua faktor ekonomi lainnya.
Meskipun faktor finansial mendominasi pergerakan harian, permintaan dan pasokan fisik jangka panjang memberikan landasan bagi harga emas. World Gold Council membagi permintaan fisik menjadi empat kategori utama, yang masing-masing memiliki sensitivitas berbeda terhadap harga.
India dan Tiongkok secara historis merupakan konsumen perhiasan emas terbesar di dunia. Permintaan ini sensitif terhadap harga: jika harga emas naik terlalu cepat, permintaan perhiasan cenderung melambat, berfungsi sebagai penahan alami (headwind) terhadap lonjakan harga. Sebaliknya, ketika harga turun, permintaan perhiasan meningkat tajam, menciptakan support (dukungan harga) yang kuat. Di sektor industri (elektronik, kedokteran gigi), emas digunakan karena sifat konduktivitas dan ketahanannya, tetapi volume permintaan ini relatif kecil dibandingkan dengan perhiasan dan investasi.
Analisis permintaan fisik ini sangat penting untuk memahami mengapa penurunan harga emas mungkin tidak berlanjut terlalu lama. Begitu harga mencapai tingkat tertentu, pembeli besar di Asia (terutama pada musim festival) akan masuk ke pasar, membatasi penurunan lebih lanjut.
Bank Sentral berbagai negara adalah pemegang emas terbesar dan salah satu pemain paling berpengaruh dalam menentukan tren harga jangka panjang. Bank Sentral membeli emas sebagai bagian dari strategi diversifikasi cadangan devisa. Alasan mereka membeli emas sangat fundamental:
Dalam beberapa periode, jika sekelompok Bank Sentral mengumumkan pembelian emas dalam volume besar—seperti yang sering dilakukan oleh bank-bank sentral di pasar negara berkembang—ini dapat memberikan dorongan harga yang substansial, menunjukkan adanya kepercayaan institusional yang mendalam terhadap emas sebagai aset cadangan vital di masa depan yang tidak pasti.
Jaringan interkoneksi faktor-faktor fundamental yang menentukan pergerakan harga emas. Perhatikan kontradiksi antara Suku Bunga/Dolar dan Inflasi/Geopolitik.
Di luar faktor fundamental yang bersifat jangka panjang, pergerakan harga emas hari ini sangat dipengaruhi oleh sentimen, likuiditas, dan level-level kunci teknikal yang diperhatikan oleh pedagang jangka pendek (trader). Perdagangan emas (XAU/USD) di pasar berjangka adalah pasar yang sangat likuid, dan respons cepat terhadap berita seringkali menciptakan volatilitas yang signifikan.
Trader besar menggunakan analisis teknikal untuk menentukan titik masuk dan keluar. Level Resistance (batas atas) adalah harga historis di mana tekanan jual diperkirakan akan muncul, mendorong harga turun. Level Support (batas bawah) adalah harga di mana tekanan beli diperkirakan akan muncul, mencegah penurunan lebih lanjut. Jika harga emas berhasil menembus (breakout) level resistance penting, ini seringkali memicu pembelian masif dan mendorong harga naik tajam. Sebaliknya, penembusan level support bisa memicu gelombang aksi jual (sell-off).
Sebagai contoh, jika emas telah gagal menembus $2000 per ons selama beberapa bulan, $2000 menjadi resistance yang kuat. Jika akhirnya ditembus, pasar mungkin menginterpretasikannya sebagai sinyal kuat untuk tren naik yang berkelanjutan.
Untuk mengukur sentimen pasar riil, investor memantau Laporan COT mingguan yang dikeluarkan oleh Commodity Futures Trading Commission (CFTC). Laporan ini menunjukkan posisi beli (long) dan posisi jual (short) yang dipegang oleh tiga kategori utama pelaku pasar: Produsen (Hedgers), Pedagang Komersial, dan Spekulator Non-Komersial (Hedge Funds). Ketika spekulator non-komersial menimbun posisi beli dalam jumlah besar, ini sering menunjukkan bahwa pasar menjadi terlalu "optimis" (overbought), yang dapat menjadi sinyal peringatan bahwa koreksi harga ke bawah (turun) mungkin akan segera terjadi.
Pergerakan harga yang disertai dengan volume perdagangan yang tinggi menunjukkan validitas tren tersebut. Jika harga emas naik tanpa volume yang signifikan, kenaikan tersebut mungkin dianggap rapuh dan mudah dibalik. Likuiditas yang tinggi (banyak pembeli dan penjual) memastikan bahwa pergerakan harga mencerminkan konsensus pasar yang sebenarnya, bukan sekadar manipulasi atau pergerakan yang didorong oleh likuiditas yang tipis (thin trading).
Harga emas bergerak dalam siklus yang panjang, seringkali berlawanan dengan siklus pasar ekuitas (saham). Memahami posisinya dalam siklus ekonomi global membantu investor menentukan tren jangka panjang, terlepas dari volatilitas harian.
Emas cenderung berkinerja buruk dalam periode deflasi (penurunan harga barang dan jasa) karena uang tunai menjadi raja, dan daya beli Dolar meningkat. Namun, di lingkungan ekonomi modern, banyak ekonom khawatir bahwa intervensi Bank Sentral yang agresif selama krisis global telah menciptakan fondasi untuk inflasi struktural yang persisten—sebuah kondisi yang sangat bullish untuk emas. Jika Bank Sentral kehilangan kontrol atas inflasi, emas akan menjadi aset yang dominan, mencerminkan hilangnya kepercayaan terhadap manajemen moneter.
Salah satu narasi jangka panjang yang paling berpengaruh adalah pergeseran menuju dunia multipolar di mana dominasi Dolar AS mulai dipertanyakan. Sejumlah negara, terutama melalui aliansi ekonomi, mulai melakukan perdagangan dalam mata uang lokal dan meningkatkan kepemilikan emas mereka. Proses "de-dolarisasi" ini tidak terjadi dalam semalam, tetapi setiap langkah menjauh dari USD sebagai mata uang cadangan global memberikan dorongan fundamental yang sangat kuat bagi harga emas. Ketika negara-negara melihat emas sebagai alternatif nyata terhadap obligasi pemerintah AS, permintaan Bank Sentral akan terus meningkat, memberikan fondasi harga yang semakin solid.
Berbeda dengan mata uang fiat, pasokan emas terbatas. Biaya penambangan (All-in Sustaining Costs - AISC) juga terus meningkat karena cadangan emas yang mudah dijangkau semakin menipis. Biaya penambangan berfungsi sebagai batas bawah alami untuk harga emas. Jika harga turun terlalu jauh di bawah biaya produksi rata-rata, perusahaan tambang akan mengurangi produksi, yang pada akhirnya akan memperketat pasokan dan mendorong harga kembali naik. Batasan fisik ini memastikan bahwa harga emas sulit untuk jatuh ke tingkat yang sangat rendah secara permanen.
Ketika menganalisis apakah harga emas hari ini akan naik atau turun, para investor berpengalaman selalu mempertimbangkan batas-batas fisik dan biaya penambangan sebagai jangkar harga jangka panjang.
Bagi investor ritel, mengetahui apakah harga emas naik atau turun hari ini adalah penting, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana mengintegrasikan emas ke dalam strategi kekayaan jangka panjang mereka. Emas tidak selalu dimaksudkan untuk menghasilkan pengembalian yang tinggi secara cepat, melainkan sebagai asuransi portofolio.
Kebanyakan penasihat keuangan menyarankan alokasi emas antara 5% hingga 15% dari total portofolio investasi. Proporsi ini cukup untuk memberikan perlindungan yang signifikan terhadap penurunan pasar saham atau krisis inflasi tanpa terlalu menekan pengembalian total portofolio ketika pasar saham sedang dalam fase bullish. Emas adalah aset yang secara historis memiliki korelasi negatif atau nol dengan saham dan obligasi, menjadikannya alat diversifikasi yang unggul.
Ada beberapa cara untuk berinvestasi dalam emas, masing-masing dengan risiko dan manfaatnya:
Pilihan metode investasi harus selaras dengan tujuan investor—apakah itu untuk perdagangan harian (cocok untuk ETF/kontrak berjangka) atau untuk konservasi kekayaan jangka panjang (cocok untuk emas fisik).
Bagi mereka yang memilih berinvestasi melalui saham penambangan, penting untuk melihat metrik seperti AISC (All-in Sustaining Cost), tingkat produksi tahunan, dan lindung nilai (hedging) yang digunakan perusahaan. Perusahaan dengan AISC rendah akan lebih tahan banting terhadap penurunan harga emas dibandingkan dengan perusahaan yang biaya produksinya tinggi. Lebih lanjut, eksposur geografis lokasi tambang (risiko geopolitik lokal) juga menjadi pertimbangan penting yang dapat mempengaruhi valuasi saham terlepas dari harga komoditas utama.
Pergerakan harga emas dalam periode 24 jam ditentukan oleh serangkaian peristiwa yang cepat, likuiditas, dan rilis data ekonomi yang mengejutkan. Apakah harga emas hari ini naik atau turun seringkali tergantung pada bagaimana data terbaru memengaruhi tiga pilar utama: Dolar AS, Suku Bunga AS, dan Sentimen Risiko Global.
Harga emas menunjukkan sensitivitas ekstrem terhadap data ekonomi yang dirilis dari Amerika Serikat, karena data ini langsung mempengaruhi ekspektasi The Fed:
Pergerakan emas sering kali terjadi dalam hitungan menit setelah data ini diumumkan, karena algoritma perdagangan bereaksi lebih cepat daripada manusia.
Perdagangan emas berlangsung 24 jam. Sentimen risiko yang muncul di sesi Asia atau Eropa dapat menentukan arah pergerakan saat sesi New York (AS) dibuka. Misalnya, jika pasar saham Tiongkok mengalami penurunan tajam di sesi Asia karena kekhawatiran properti, likuiditas akan mengalir ke emas. Demikian pula, komentar dari para pemimpin Eropa mengenai stabilitas Eurozone dapat memicu pembelian emas. Emas berfungsi sebagai termometer risiko global, mencerminkan ketakutan atau kepercayaan investor di seluruh zona waktu.
Kadang-kadang, penurunan harga emas yang tiba-tiba (dan seringkali misterius) tidak didorong oleh berita fundamental, melainkan oleh faktor teknis. Dalam situasi di mana pasar saham mengalami koreksi yang sangat tajam, beberapa institusi besar mungkin terpaksa menjual aset likuid mereka, termasuk emas (atau kontrak berjangka emas), untuk memenuhi kewajiban margin (margin call). Penjualan paksa ini dapat menyebabkan harga turun tajam, meskipun faktor fundamental jangka panjang masih mendukung emas.
Menganalisis pergerakan hari ini harus selalu diletakkan dalam konteks tren multi-tahun. Sejak awal milenium, emas telah mengalami beberapa periode bull market yang signifikan, dan pertanyaan kuncinya adalah: apakah momentum ini akan terus berlanjut ataukah pasar telah mencapai kejenuhannya?
Meskipun narasi inflasi dan ketidakpastian mendukung emas, ada beberapa hambatan yang harus diperhatikan:
Sebaliknya, ada argumen kuat bahwa harga emas memiliki ruang substansial untuk naik lebih lanjut (Bullish):
Keputusan apakah harga emas hari ini bergerak naik atau turun adalah kombinasi dari rilis data ekonomi yang mendesak dan bagaimana data tersebut diposisikan dalam narasi jangka panjang mengenai kekhawatiran utang global dan degradasi nilai mata uang fiat.
Seiring dengan semakin terfragmentasinya geopolitik dan meningkatnya intervensi Bank Sentral yang tidak terduga, volatilitas harga emas kemungkinan akan meningkat. Investor harus siap menghadapi ayunan harga yang besar. Harga emas mungkin turun tajam satu hari karena Dolar menguat, namun dapat melompat kembali keesokan harinya akibat ketegangan geopolitik baru. Manajemen ekspektasi adalah kunci: emas adalah aset perlindungan kekayaan jangka panjang, bukan alat untuk memperkaya diri secara instan. Kesabaran dan fokus pada tren makro adalah yang memisahkan investor emas yang sukses dari spekulan jangka pendek.
Untuk benar-benar memahami mengapa harga emas bergerak saat ini, kita harus melacak pergerakan modal di pasar keuangan. Lima aliran dana utama ini secara simultan menarik atau mendorong harga emas:
Obligasi pemerintah AS, khususnya Treasury Notes 10-tahun, adalah salah satu musuh utama emas. Imbal hasil (yield) obligasi ini merepresentasikan bunga yang bisa didapatkan investor tanpa risiko kredit (dianggap bebas risiko). Ketika imbal hasil obligasi 10-tahun naik, biaya peluang memegang emas juga naik, mendorong investor keluar dari emas dan masuk ke obligasi, sehingga emas mengalami tekanan jual. Sebaliknya, ketika imbal hasil obligasi anjlok—seringkali karena kekhawatiran resesi atau pembelian masif oleh Bank Sentral—modal mencari perlindungan di emas, mendorong harganya naik. Pergerakan imbal hasil obligasi riil (yang telah disesuaikan dengan inflasi) adalah barometer terpenting untuk memprediksi tren harga emas saat ini.
Ketika sistem perbankan global berada di bawah tekanan, yang diindikasikan oleh melonjaknya Credit Default Swaps (CDS) atau masalah likuiditas antar bank, permintaan untuk aset yang dianggap paling murni, yaitu emas, akan melonjak. Investor institusional tahu bahwa dalam krisis sistemik, janji-janji utang bisa diabaikan. Emas adalah satu-satunya aset finansial utama yang merupakan aset fisik dan tidak mewakili kewajiban orang lain. Ini adalah alasan mengapa pada saat-saat kejatuhan bank atau krisis utang, harga emas sering bergerak secara parabolik (naik sangat cepat), mengabaikan sinyal negatif dari Dolar atau suku bunga.
Meskipun emas sering bertindak berbeda dari komoditas industri (seperti minyak mentah atau tembaga), emas merupakan komponen vital dari indeks komoditas yang diperdagangkan secara luas. Lonjakan harga komoditas secara keseluruhan (yang sering disebabkan oleh inflasi bahan baku atau masalah rantai pasokan) dapat menarik perhatian spekulator komoditas yang lebih luas ke sektor ini, termasuk emas, yang dapat memberikan dorongan likuiditas tambahan, walaupun dasar fundamentalnya mungkin berbeda dari komoditas energi atau pertanian.
Dalam kondisi ketidakpastian pasar, dana keluar dari saham. Ada dua tujuan utama dana ini: uang tunai (Dolar AS) atau aset safe haven (Emas). Jika kepindahan ini didorong oleh kekhawatiran tentang devaluasi mata uang (inflasi), dana akan menuju emas. Jika kepindahan ini didorong oleh kebutuhan likuiditas (penjualan panik), dana akan menuju Dolar. Ketika pasar saham global mengalami tekanan jual yang persisten dan mendalam, emas sering menjadi penerima manfaat utama, menyebabkan harga emas hari ini cenderung naik dalam korelasi terbalik yang jelas dengan indeks saham utama seperti S&P 500 atau NASDAQ.
Perubahan regulasi perbankan, seperti Basel III yang menetapkan aturan permodalan yang lebih ketat, secara bertahap telah meningkatkan daya tarik emas di neraca bank komersial. Dalam beberapa interpretasi peraturan, kepemilikan emas batangan fisik di Bank Sentral dapat diperlakukan sebagai aset bebas risiko. Perlakuan istimewa ini telah mendorong beberapa bank untuk meningkatkan kepemilikan emas mereka, bukan hanya sebagai lindung nilai, tetapi juga sebagai alat optimasi modal. Meskipun dampaknya tidak terlihat setiap hari, tren regulasi ini menambah permintaan institusional yang mendasari dan mendukung kenaikan harga emas dalam jangka waktu yang sangat panjang.
Investor sering membuat kesalahan saat menganalisis pergerakan harga emas, terutama ketika mencoba memprediksi apakah harga emas hari ini naik atau turun. Kesalahan ini berakar pada pandangan yang terlalu sempit atau emosional.
Kesalahan paling umum adalah terlalu fokus pada harga harian. Emas, seperti komoditas lainnya, sangat rentan terhadap kebisingan pasar (market noise) dan intervensi algoritma yang dapat menyebabkan ayunan harga $20-$30 per ons tanpa alasan fundamental yang jelas. Investor yang berinvestasi emas sebagai asuransi portofolio harus mengabaikan volatilitas harian dan fokus pada tren besar: arah inflasi, suku bunga riil, dan stabilitas geopolitik. Jika faktor-faktor makro ini masih mengarah pada ketidakpastian, fluktuasi harga hari ini hanyalah kebisingan belaka.
Banyak investor hanya melihat suku bunga nominal yang ditetapkan oleh Bank Sentral. Ketika suku bunga nominal naik, mereka secara keliru berasumsi bahwa emas harus turun. Padahal, jika inflasi melaju lebih cepat daripada kenaikan suku bunga, lingkungan suku bunga riil negatif tetap ada, dan emas akan terus mendapatkan dukungan kuat. Kegagalan membedakan antara suku bunga nominal dan riil adalah jebakan utama dalam analisis emas.
Meskipun emas sering memimpin pasar dalam memprediksi ketidakpastian, emas bukanlah indikator utama yang sempurna untuk kesehatan ekonomi. Emas bereaksi terhadap krisis kepercayaan dan ketidakpastian kebijakan, yang mungkin bertepatan dengan kesulitan ekonomi, tetapi tidak selalu. Emas lebih baik dilihat sebagai indikator stres dalam sistem moneter global daripada indikator resesi atau pertumbuhan ekonomi. Menggunakan emas untuk memprediksi PDB adalah kesalahan metodologis.
Pasar sering didorong oleh narasi yang kuat—misalnya, "Emas harus naik karena utang banyak." Namun, narasi harus selalu divalidasi oleh data keras: laporan CPI, data tenaga kerja, dan pergerakan Dolar. Terkadang, meskipun narasi jangka panjangnya bullish, data jangka pendek (misalnya, Dolar AS yang melonjak karena permintaan dana tunai global) dapat menekan harga emas selama berminggu-minggu. Investor harus menyeimbangkan antara keyakinan fundamental jangka panjang dan penghormatan terhadap realitas data jangka pendek.
Apakah harga emas hari ini naik atau turun adalah hasil dari pertarungan abadi antara kekuatan moneter (suku bunga dan Dolar) dan kekuatan ketidakpastian (inflasi dan geopolitik). Kenaikan harga emas didorong oleh ketakutan terhadap erosi nilai mata uang, ketidakstabilan sistemik, dan suku bunga riil negatif yang persisten. Sementara itu, penurunan harga dipicu oleh Dolar AS yang kuat, ekspektasi kenaikan suku bunga yang agresif, atau hilangnya permintaan safe haven saat stabilitas global kembali.
Bagi setiap investor, daripada mencoba menebak pergerakan harian yang volatil, pendekatan yang lebih bijaksana adalah memahami bahwa emas berfungsi sebagai pondasi pelindung kekayaan. Selama dunia masih menghadapi tantangan utang yang masif, ketegangan geopolitik yang mendalam, dan intervensi Bank Sentral yang belum pernah terjadi sebelumnya, peran emas sebagai penyimpan nilai utama akan tetap vital. Dengan memantau tiga pilar utama—Dolar AS, Suku Bunga Riil, dan tingkat risiko global—investor dapat memperoleh pemahaman yang jauh lebih dalam mengenai tren yang sesungguhnya, melampaui kebisingan pasar harian.
Emas akan terus menjadi aset yang relevan, bergerak naik atau turun sesuai dengan tingkat kepercayaan dan ketakutan yang merasuki sistem keuangan dunia.