Diare adalah kondisi umum yang sering kali disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri pada saluran pencernaan. Namun, ketika diare disertai dengan ciri khas seperti busa (atau buih), hal ini seringkali menjadi perhatian khusus. Pertanyaannya, kapan antibiotik untuk diare berbusa diperlukan dan apa penyebab utama gejala ini?
Diare berbusa atau bergelembung secara teknis disebabkan oleh adanya gas berlebih yang terperangkap dalam tinja cair. Busa ini biasanya merupakan hasil dari fermentasi karbohidrat kompleks yang tidak tercerna dengan baik oleh usus. Jika kondisi ini terjadi sesekali, mungkin terkait dengan makanan tertentu yang Anda konsumsi, seperti minuman bersoda, bir, atau makanan tinggi serat yang baru diperkenalkan.
Namun, jika diare berbusa berlangsung lama, disertai dengan nyeri perut hebat, demam, atau darah dalam tinja, ini bisa mengindikasikan infeksi atau kondisi medis serius lainnya, seperti:
Prinsip utama dalam pengobatan diare adalah: tidak semua diare membutuhkan antibiotik. Faktanya, sekitar 90% kasus diare akut disebabkan oleh virus (seperti Rotavirus atau Norovirus), yang mana antibiotik sama sekali tidak efektif dan bahkan dapat memperburuk keadaan.
Antibiotik hanya diindikasikan jika dokter mendiagnosis bahwa diare berbusa tersebut disebabkan oleh infeksi bakteri spesifik yang terkonfirmasi. Indikasi penggunaan antibiotik untuk diare umumnya meliputi:
Jika diare berbusa Anda berlangsung lebih dari 48 jam, disertai gejala dehidrasi (mulut kering, jarang buang air kecil), atau terdapat tanda bahaya lainnya, langkah pertama adalah mencari bantuan medis. Dokter akan menentukan penyebabnya melalui riwayat kesehatan dan, jika perlu, pemeriksaan sampel tinja (kultur feses).
Jika diagnosis mengarah pada etiologi bakteri, jenis antibiotik untuk diare berbusa akan sangat bergantung pada bakteri penyebabnya. Beberapa golongan antibiotik yang sering dipertimbangkan meliputi golongan Quinolone (seperti Ciprofloxacin) atau Macrolide (seperti Azithromycin), terutama untuk diare perjalanan. Namun, pemilihan obat ini harus selalu disesuaikan dengan pola resistensi bakteri lokal dan kondisi pasien.
Terlepas dari penyebabnya, penanganan utama diare adalah mencegah dehidrasi. Konsumsi cairan yang mengandung elektrolit sangat krusial. Selain itu, sementara menunggu diagnosis pasti, pasien disarankan untuk menerapkan diet BRAT (Pisang, Nasi, Apel, Roti panggang) atau makanan hambar lainnya yang mudah dicerna, sambil menghindari makanan yang memicu gas dan busa, seperti produk susu (jika dicurigai intoleransi) dan pemanis buatan.
Kesimpulannya, diare berbusa adalah gejala yang memerlukan perhatian. Jangan mendiagnosis diri sendiri atau langsung mengonsumsi antibiotik untuk diare berbusa. Konsultasi profesional diperlukan untuk memastikan bahwa pengobatan yang diberikan tepat sasaran dan aman bagi mikrobioma usus Anda.