Ilustrasi bunga sandat, simbol keindahan dan keanggunan.
Lagu "Bungan Sandat" adalah sebuah permata dalam khazanah musik tradisional Bali, yang seringkali dinyanyikan dalam berbagai acara adat maupun sebagai hiburan. Lagu ini tidak hanya indah didengar, tetapi juga sarat akan makna yang mendalam, menggambarkan keanggunan, kesucian, dan keindahan alam pulau dewata. Nama "Bungan Sandat" sendiri merujuk pada jenis bunga yang memiliki aroma khas dan sering digunakan dalam upacara keagamaan di Bali. Keindahan bunga ini menjadi metafora utama dalam lirik lagu, mewakili sesuatu yang murni, memesona, dan dihormati.
Kearifan lokal Bali sering kali diungkapkan melalui seni, termasuk lagu. "Bungan Sandat" adalah contoh sempurna bagaimana alam dan budaya berpadu harmonis. Melodi yang syahdu dan lirik yang puitis menciptakan suasana yang menenangkan sekaligus membangkitkan rasa bangga akan warisan leluhur. Lagu ini seringkali dibawakan dengan iringan gamelan Bali yang khas, menambah kekayaan nuansa musikalnya.
Setiap bait dalam lirik "Bungan Sandat" memiliki interpretasi yang kaya.
Bait 1 memperkenalkan keindahan dan keunikan bunga sandat. Frasa "tan pasaja" berarti tidak biasa atau istimewa. "Luir rupa teganing lara" menggambarkan kecantikan yang mampu meredakan kesedihan atau rasa sakit. Aroma bunga yang "wangi niri" (sangat harum) disebut dapat memabukkan dan menghilangkan kendali diri, ini bisa diartikan sebagai pesona yang sangat kuat.
Bait 2 beralih ke ungkapan perasaan cinta. "Tresnan tiang ring nunas sida dadosang sahasa" mengekspresikan harapan untuk dapat bersatu dalam cinta. "Ragané merika tan pired" berarti bahwa kekasihnya hadir tanpa cela atau kesempurnaan. Cinta ini digambarkan "masari" atau mewangi, seolah-olah cinta itu sendiri memiliki aroma harum seperti bunga.
Bait 3 menyamakan bunga sandat dengan Dewi Laksmi, dewi kemakmuran dan kecantikan dalam kepercayaan Hindu. Ini menekankan betapa agungnya dan memesonanya bunga tersebut. Ungkapan "Sumpah tiang tan lali" menunjukkan kesetiaan yang tak tergoyahkan dalam cinta, seolah bersumpah untuk tidak melupakan kekasihnya.
Bait 4 kembali menghubungkan cinta sang penyanyi dengan aroma bunga sandat. "Mekelodang tresnan tiang kadi wangi bungan sandat" berarti cinta yang terus tumbuh atau berkembang, sama seperti harumnya bunga sandat yang menyebar. Cinta ini begitu kuat hingga membuat hati "nglahlahang kayun masari" (berkembang indah dan harum) dan berjanji "Sareng ragané ngantos pati" (bersama kekasih hingga akhir hayat).
Secara keseluruhan, "Bungan Sandat" adalah lagu yang menggambarkan keindahan alam Bali, pesona spiritual, dan ungkapan cinta yang tulus. Lagu ini menjadi simbol keanggunan, kesetiaan, dan keharmonisan yang menjadi ciri khas budaya Bali. Keindahan bunga sandat yang memikat menjadi metafora sempurna untuk cinta yang murni, suci, dan abadi. Mendengarkan lagu ini seolah membawa kita terbang ke pulau dewata, merasakan kedamaian dan keindahan budayanya.
Lagu ini sering menjadi pengantar dalam pementasan tari-tarian tradisional Bali, menambahkan nuansa romantis dan anggun pada setiap gerakan penari. Keberadaannya dalam repertoar musik Bali menunjukkan betapa pentingnya alam dan simbol-simbolnya dalam merefleksikan nilai-nilai kehidupan dan cinta. "Bungan Sandat" terus hidup dan dicintai oleh generasi ke generasi, menjadi pengingat akan kekayaan seni dan budaya Indonesia, khususnya Bali.