Lagu "Bismillah Lino Ahera" adalah salah satu karya musik tradisional Bugis yang sangat dikenal dan dicintai. Liriknya yang kaya makna, dibalut dengan melodi yang khas, mampu menyentuh hati pendengarnya. Lagu ini seringkali dinyanyikan dalam berbagai acara kebudayaan maupun momen-momen keagamaan, memperkuat nilai-nilai luhur dan ajaran Islam dalam masyarakat Bugis. Keindahan bahasa Bugis dalam liriknya, dipadukan dengan pesan moral yang dalam, menjadikan lagu ini relevan lintas generasi.
Dalam konteks budaya Bugis, mengucapkan "Bismillah" di awal segala aktivitas adalah sebuah keharusan yang mendalam, mencerminkan keyakinan bahwa segala sesuatu harus dimulai dengan nama Allah SWT. Frasa "Lino Ahera" sendiri dapat diartikan sebagai dunia akhirat atau akhir zaman, memberikan dimensi spiritual yang kuat pada lagu ini. Kombinasi kedua elemen tersebut menciptakan sebuah renungan tentang kehidupan dunia dan pertanggungjawaban di kehidupan setelahnya.
"Bismillah Lino Ahera" bukan sekadar lagu pengantar tidur atau tembang hiburan semata. Di balik setiap petikan nada dan setiap untaian kata, tersimpan ajaran-ajaran moral dan spiritual yang sangat penting. Lagu ini mengajak pendengarnya untuk selalu mengingat Allah dalam setiap langkah, menyadari bahwa setiap perbuatan di dunia ini akan mendapatkan balasan di akhirat kelak. Ini adalah pengingat konstan akan pentingnya menjaga keimanan dan amal perbuatan baik.
Pesan ini sangat kental terasa dalam penggalan-penggalan liriknya. Lagu ini seringkali mengingatkan tentang kefanaan dunia dan keabadian akhirat. Keindahan dunia seringkali menipu, namun kesadaran akan "Lino Ahera" membawa kita pada fokus yang lebih hakiki, yaitu bagaimana mempersiapkan diri untuk kehidupan abadi. Dalam banyak versi lirik, akan ditemukan pula ajakan untuk bersyukur atas segala nikmat yang diberikan, memohon ampunan, serta memperkuat ikatan dengan Sang Pencipta.
Setiap bait dalam lirik "Bismillah Lino Ahera" mengandung nilai-nilai ajaran Islam yang mendalam. "Bismilla riyolo mappalili'" yang berarti "dengan menyebut nama Allah memulai setiap perjalanan/usaha" adalah esensi dari tawakal dan niat yang ikhlas. Kalimat ini menjadi landasan spiritual bagi setiap tindakan. "Engka padana puang Allahu" menegaskan keesaan Allah SWT sebagai sumber segala sesuatu.
Selanjutnya, "Tadala' ta'pawe'na lino ahera" (Kita menabur untuk dunia akhirat) dan "Uppe'na tau riolona" (Harapan/cita-cita manusia di masa depan) mengingatkan kita akan pentingnya mempersiapkan bekal untuk kehidupan setelah kematian. Lagu ini mengajak untuk tidak hanya fokus pada kesenangan duniawi yang sementara, tetapi juga berinvestasi pada amal kebaikan yang akan berbuah pahala di akhirat.
Bait-bait yang menggambarkan dunia sebagai tempat persinggahan sementara, seperti "Linoé pura padana tengnga" (Dunia ini bagaikan setengah perjalanan) dan "Pura padana tana mariri'" (Bagaikan tanah yang lapang), menekankan kefanaan dunia. Ini adalah pengingat agar tidak terbuai oleh kemilau dunia yang semu. "Puangnge pura paddengngengi / Tau riase'na lino" (Allah telah mengatur / Manusia di akhir dunia) menunjukkan adanya ketetapan ilahi dan siklus kehidupan yang telah digariskan.
Pesan tentang pertanggungjawaban di akhirat juga sangat kuat. "Sikamma tau aléwaé / Pétté léwa riolo puangnge" (Orang-orang yang lalai / Berjalan menuju Tuhannya) dan "Naméssi' paimeng dénrengnga / Pura padana tana riolo" (Menyadari kembali kekurangan mereka / Seperti tanah di masa lalu) menggambarkan penyesalan bagi mereka yang terlambat menyadari kesalahannya. "Élla puang aléwa lé' / Makkekkoé laleng pakkalabbiri'" (Janganlah wahai Tuhanku / Lalai dalam kehinaan) adalah sebuah doa permohonan agar dijauhkan dari kelalaian.
Secara keseluruhan, "Bismillah Lino Ahera" adalah sebuah lantunan spiritual yang indah, mengingatkan umat manusia untuk selalu berada di jalan yang benar, berpegang teguh pada ajaran agama, dan mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk kehidupan abadi. Lirik lagu ini menjadi cermin nilai-nilai budaya Bugis yang sarat dengan kearifan lokal dan ajaran Islam.