Simbol keagungan dan pencerahan.
Sholawat "Assalamualaik Zainal Anbiya" merupakan salah satu lantunan pujian yang sangat populer di kalangan umat Islam, khususnya di Indonesia, dan sering dikumandangkan di berbagai majelis taklim, pengajian, maupun acara keagamaan. Liriknya yang penuh makna dan melodi yang indah menjadikannya sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mensyukuri nikmat kehadiran junjungan alam, Nabi Muhammad SAW.
Secara umum, sholawat ini adalah ungkapan salam dan hormat kepada Baginda Nabi Muhammad SAW yang merupakan sebaik-baiknya manusia dan penutup para nabi. Kata "Assalamualaik" sendiri berarti "salam sejahtera bagimu", sebuah sapaan penuh penghormatan. Sementara "Zainal Anbiya" berarti "perhiasan para nabi". Kombinasi kedua frasa ini langsung menggambarkan kemuliaan dan keutamaan Nabi Muhammad SAW di antara seluruh nabi dan rasul.
Sholawat ini memiliki ikatan emosional yang kuat dengan Pondok Pesantren Darussalam, Sekumpul, Martapura, Kalimantan Selatan, yang didirikan oleh KH. Zaini Abdul Ghani (Abah Guru Sekumpul). Beliau dikenal sebagai ulama besar yang kharismatik dan sangat dicintai masyarakat. Kebiasaan dan tradisi beliau dalam menggemakan sholawat, termasuk "Assalamualaik Zainal Anbiya", menjadi salah satu ciri khas yang melekat pada ajaran dan suasana spiritual di Sekumpul. Banyak jamaah yang merasa terbawa dalam suasana khusyuk dan penuh cinta ketika mendengarkan sholawat ini dilantunkan, seolah-olah sedang berada di hadapan Sang Nabi.
Setiap bait dalam lirik sholawat "Assalamualaik Zainal Anbiya" sarat akan pengakuan atas kebesaran Allah SWT dan pujian setinggi-tingginya kepada Rasulullah SAW. Liriknya sering kali diawali dengan puji-pujian kepada Allah, pengakuan dosa, permohonan ampun, dan kemudian memanjatkan salam serta shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Ada pula bagian-bagian yang berisi rindu, harapan untuk dapat bersua di dunia maupun akhirat, serta doa agar senantiasa mendapatkan syafaat beliau.
Penyebutan nama "Sekumpul" dalam konteks sholawat ini lebih merujuk pada tradisi pengamalan dan penyebaran sholawat tersebut yang begitu kuat berkembang di lingkungan pondok pesantren dan para pengikut Abah Guru Sekumpul. Hal ini menunjukkan bagaimana sebuah karya spiritual dapat tumbuh dan memiliki identitas lokal yang kuat berkat bimbingan seorang guru yang dihormati.
Meskipun liriknya terkadang memiliki variasi, inti dari sholawat ini tetap sama: memohon rahmat dan keberkahan Allah dengan cara bersholawat kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW. Kehadiran lirik ini menjadi pengingat akan pentingnya mencintai dan meneladani akhlak Rasulullah, serta harapan agar kita senantiasa mendapatkan curahan rahmat dan syafaat dari beliau. Keberadaan sholawat ini, khususnya yang lekat dengan nama Sekumpul, menegaskan peran ulama dalam menjaga dan melestarikan tradisi-tradisi keagamaan yang menyejukkan hati dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.