Pada akhir abad ke-20, dunia fotografi analog mengalami sebuah inovasi yang cukup radikal, meskipun kini telah banyak dilupakan: Advanced Photo System, atau yang lebih populer dikenal sebagai **Kodak APS**. Diluncurkan pada pertengahan 1990-an sebagai upaya untuk memodernisasi format film 35mm yang sudah mapan, APS menawarkan fitur-fitur baru yang dirancang untuk menarik konsumen yang semakin tertarik pada kemudahan fotografi digital.
Format APS bukanlah sekadar perubahan ukuran film; ini adalah sistem terintegrasi yang dikembangkan bersama oleh beberapa raksasa industri fotografi, termasuk Kodak, Canon, Nikon, dan Fuji. Tujuannya jelas: mengatasi beberapa kekurangan utama film 35mm tradisional sambil menjembatani kesenjangan menuju era digital. Film APS menggunakan pita film yang lebih sempit, berukuran sekitar 24mm, dan disimpan dalam kartrid plastik tertutup rapat.
Keuntungan utama dari penggunaan kartrid tertutup adalah perlindungan total terhadap cahaya. Pengguna tidak perlu khawatir lagi mengenai paparan cahaya saat memuat atau mengeluarkan film dari kamera, sebuah keunggulan kecil namun signifikan bagi fotografer amatir. Selain itu, sistem ini memungkinkan pemrosesan yang lebih cepat dan konsisten di laboratorium.
Salah satu daya tarik terbesar dari sistem **Kodak APS** adalah kemampuannya untuk mencetak foto dalam tiga rasio aspek (format) berbeda tanpa harus mengganti kaset film. Ini adalah fitur yang sangat dipromosikan pada masanya:
Selain format cetak, kartrid APS juga menyimpan informasi magnetik di sepanjang tepinya. Informasi ini—seperti tanggal pengambilan, eksposur, dan pilihan format yang dipilih pengguna—dapat dibaca oleh mesin pemroses otomatis. Hal ini memungkinkan fotografer untuk memilih pengaturan cetak (seperti tanggal dicetak di sudut atau daftar format yang digunakan) setelah pengambilan gambar dilakukan.
Banyak produsen kamera merilis lini produk khusus untuk APS, termasuk kamera saku otomatis hingga beberapa kamera SLR kelas menengah. Kodak sendiri merilis beberapa kamera APS yang populer di pasaran konsumen. Selama beberapa tahun, APS menikmati popularitas yang cukup baik di segmen pasar kasual karena kemudahan penggunaan dan kemampuan format yang fleksibel. Kamera-kamera ini sering kali lebih ringkas dibandingkan kamera 35mm, menjadikannya pilihan ideal untuk perjalanan dan kegiatan sehari-hari.
Meskipun sukses sementara, nasib **Kodak APS** terikat erat dengan perkembangan teknologi yang lebih cepat: fotografi digital. Ketika kamera digital mulai menawarkan resolusi yang memadai dan menghilangkan biaya film serta biaya pemrosesan, keunggulan utama film APS (kemudahan pemuatan dan format) mulai kehilangan daya tariknya.
Pada awal tahun 2000-an, peralihan konsumen ke media digital menjadi tidak terbendung. Laboratorium pemrosesan film mulai menarik diri dari layanan APS karena volume permintaan yang menurun drastis. Kodak secara bertahap menghentikan produksi film APS, dan sistem ini pun perlahan menghilang dari rak-rak toko.
Saat ini, Kodak APS dikenang sebagai contoh menarik dari upaya industri untuk memperpanjang umur format film dalam menghadapi revolusi digital. Meskipun tidak sukses secara jangka panjang, inovasi format yang dapat dipilih dan penggunaan informasi digital pada media analog adalah langkah penting yang menunjukkan bagaimana industri berusaha beradaptasi. Bagi para kolektor, kamera APS kini menjadi barang antik yang menarik, mengingatkan kita pada masa ketika pilihan format cetak adalah kemewahan di era film. Meskipun era APS telah berakhir, kenangan akan film berukuran 24mm ini tetap menjadi bagian penting dari sejarah fotografi modern.