Perut yang berbunyi, atau dalam istilah medis disebut borborygmi, adalah fenomena yang sangat umum terjadi. Suara gemuruh, keroncongan, atau bahkan gelembung yang terdengar dari perut ini seringkali disertai dengan perasaan lapar. Namun, ketika bunyi perut ini datang bersamaan dengan diare atau cirit birit, ini bisa menjadi indikasi adanya masalah pencernaan yang perlu diperhatikan lebih serius. Memahami apa yang menyebabkan kombinasi gejala ini adalah langkah awal untuk menemukan solusinya.
Penyebab Perut Berbunyi dan Cirit Birit
Baik perut berbunyi maupun diare, keduanya terkait erat dengan pergerakan usus. Perut berbunyi terjadi ketika otot-otot di dinding usus berkontraksi untuk mendorong makanan, cairan, dan gas melewati saluran pencernaan. Saat ini terjadi, usus mengeluarkan suara karena adanya udara dan cairan yang bergerak. Ketika pergerakan usus ini menjadi lebih cepat atau lebih kuat dari biasanya, suara yang dihasilkan bisa lebih nyaring dan sering.
Diare, di sisi lain, adalah kondisi di mana frekuensi buang air besar meningkat dengan konsistensi tinja yang lebih encer dari biasanya. Ini seringkali disebabkan oleh peradangan atau iritasi pada lapisan usus, yang menyebabkan usus tidak dapat menyerap air secara efektif dari makanan yang dicerna. Kombinasi antara peningkatan pergerakan usus (yang menimbulkan suara) dan ketidakmampuan usus menyerap air (yang menyebabkan diare) bisa terjadi karena beberapa alasan:
1. Infeksi Saluran Pencernaan
Ini adalah penyebab paling umum dari diare akut yang seringkali disertai bunyi perut. Infeksi bisa disebabkan oleh bakteri (seperti Salmonella, E. coli, Shigella), virus (seperti norovirus, rotavirus), atau parasit. Patogen ini mengiritasi lapisan usus, menyebabkan peradangan, peningkatan produksi cairan, dan pergerakan usus yang lebih cepat untuk mengeluarkan racun atau mikroorganisme penyebab infeksi. Pergerakan usus yang dipercepat inilah yang menghasilkan suara gemuruh.
2. Intoleransi Makanan
Ketidakmampuan tubuh mencerna beberapa jenis makanan tertentu dapat memicu gejala ini. Contoh paling umum adalah intoleransi laktosa, di mana tubuh kekurangan enzim laktase untuk memecah laktosa (gula dalam susu dan produk susu). Ketika laktosa tidak tercerna, ia akan difermentasi oleh bakteri di usus besar, menghasilkan gas dan menarik air ke dalam usus, yang menyebabkan diare dan bunyi perut. Intoleransi terhadap gluten (penyakit celiac) atau fruktosa juga dapat memberikan efek serupa.
3. Sindrom Iritasi Usus (Irritable Bowel Syndrome - IBS)
IBS adalah gangguan kronis yang memengaruhi usus besar. Penderitanya sering mengalami kram perut, perut kembung, gas, dan perubahan pola buang air besar, termasuk diare atau konstipasi. Pergerakan usus yang tidak teratur pada IBS dapat menyebabkan suara-suara aneh di perut, dan periode diare bisa sangat umum terjadi pada beberapa subtipe IBS.
4. Keracunan Makanan
Mengonsumsi makanan yang terkontaminasi bakteri atau toksinnya dapat menyebabkan keracunan makanan. Gejalanya biasanya muncul tiba-tiba, termasuk mual, muntah, diare, kram perut, dan kadang-kadang bunyi perut yang kuat. Tubuh berusaha keras mengeluarkan zat berbahaya melalui muntah dan diare.
5. Stres dan Kecemasan
Usus dan otak memiliki hubungan yang erat, yang dikenal sebagai sumbu usus-otak. Stres dan kecemasan dapat memengaruhi fungsi pencernaan, mempercepat pergerakan usus, dan meningkatkan sensitivitas usus, yang dapat menyebabkan perut berbunyi dan diare.
6. Obat-obatan Tertentu
Beberapa jenis obat, seperti antibiotik, dapat mengganggu keseimbangan bakteri baik di usus, yang menyebabkan diare (dikenal sebagai diare terkait antibiotik) dan perubahan pada pergerakan usus yang menghasilkan suara. Obat pencahar juga secara langsung menyebabkan diare.
Kapan Harus Khawatir?
Meskipun perut berbunyi dan diare ringan terkadang bisa hilang dengan sendirinya, ada beberapa tanda yang menunjukkan Anda perlu segera mencari bantuan medis:
- Diare yang berlangsung lebih dari dua hari.
- Disertai demam tinggi.
- Ada darah atau lendir dalam tinja.
- Nyeri perut yang hebat.
- Tanda-tanda dehidrasi (mulut kering, jarang buang air kecil, pusing).
- Penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya.
Penanganan dan Pencegahan
Penanganan akan sangat bergantung pada penyebabnya. Untuk diare ringan, istirahat yang cukup, hidrasi dengan banyak cairan (air putih, oralit), dan konsumsi makanan hambar seperti bubur atau roti panggang seringkali sudah memadai. Hindari makanan pedas, berlemak, atau produk susu untuk sementara waktu. Jika disebabkan oleh infeksi, dokter mungkin meresepkan obat-obatan. Untuk kondisi kronis seperti IBS, penanganan melibatkan perubahan pola makan, manajemen stres, dan terkadang obat-obatan yang diresepkan.
Pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan diri, mencuci tangan secara teratur, memastikan makanan dimasak dengan matang, dan minum air yang bersih. Mengenali pemicu makanan dan mengelola stres juga dapat membantu mencegah episode perut berbunyi dan diare di masa mendatang.