Perut yang berbunyi, seringkali disertai dengan perasaan geli atau gemuruh, adalah fenomena yang umum dialami oleh banyak orang. Fenomena ini dikenal dalam istilah medis sebagai borborygmi. Meskipun seringkali tidak berbahaya dan hanya merupakan bagian normal dari proses pencernaan, ketika disertai dengan bab cair (diare), hal ini bisa menjadi indikasi adanya masalah yang perlu diperhatikan lebih lanjut. Memahami penyebab di balik kedua kondisi ini sangat penting untuk penanganan yang tepat.
Bunyi pada perut terjadi karena pergerakan usus, yang dikenal sebagai peristaltik. Otot-otot di dinding usus berkontraksi dan merelaksasi untuk mendorong makanan, cairan, dan gas melalui saluran pencernaan. Pergerakan ini, yang mirip dengan meremas tabung, dapat menghasilkan suara gemuruh. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan aktivitas peristaltik dan menyebabkan perut berbunyi lebih keras antara lain:
Ketika perut berbunyi disertai dengan bab cair atau diare, ini seringkali menandakan adanya gangguan pada proses pencernaan yang lebih signifikan. Diare adalah kondisi di mana buang air besar menjadi lebih sering, lebih encer, dan kadang-kadang disertai dengan kram perut yang hebat. Kombinasi kedua gejala ini bisa disebabkan oleh beberapa hal:
Ini adalah penyebab paling umum dari diare akut. Infeksi bisa disebabkan oleh virus (seperti norovirus atau rotavirus), bakteri (seperti Salmonella atau E. coli), atau parasit. Patogen ini mengiritasi lapisan usus, menyebabkan peradangan, peningkatan produksi cairan, dan peningkatan motilitas usus. Peningkatan motilitas inilah yang menyebabkan perut berbunyi lebih keras dan cepat, sementara iritasi dan cairan berlebih menghasilkan bab cair.
Mengonsumsi makanan yang terkontaminasi bakteri atau toksinnya dapat menyebabkan gejala yang muncul mendadak, termasuk mual, muntah, kram perut, perut berbunyi keras, dan diare. Tubuh berusaha mengeluarkan racun secepat mungkin, sehingga mempercepat pergerakan usus.
Beberapa orang mengalami diare dan bunyi perut setelah mengonsumsi makanan tertentu yang tidak dapat mereka toleransi, seperti intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna gula susu) atau gluten (pada penyakit celiac). Dalam kasus ini, tubuh tidak dapat memecah komponen makanan tersebut dengan baik, menyebabkan fermentasi oleh bakteri, penumpukan gas, dan peningkatan pergerakan usus.
IBS adalah gangguan pencernaan kronis yang memengaruhi usus besar. Gejalanya bervariasi, namun umum meliputi sakit perut, kembung, gas berlebih, dan perubahan pola buang air besar, termasuk diare atau sembelit. Bunyi perut yang keras seringkali menyertai episode diare pada penderita IBS karena peningkatan sensitivitas dan aktivitas usus.
Antibiotik yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri dapat membunuh tidak hanya bakteri jahat, tetapi juga bakteri baik yang hidup di usus. Ketidakseimbangan flora usus ini dapat mengganggu proses pencernaan normal, menyebabkan diare dan terkadang bunyi perut yang berlebihan.
Meskipun bunyi perut dan diare ringan seringkali dapat diatasi di rumah dengan istirahat dan hidrasi yang cukup, ada beberapa kondisi yang memerlukan perhatian medis segera:
Memahami gejala dan kemungkinan penyebabnya dapat membantu Anda mengambil langkah yang tepat untuk meredakan ketidaknyamanan dan memastikan kesehatan pencernaan Anda terjaga.