Banyak orang mungkin bertanya-tanya, "Jika air laut terasa asin, mengapa daging ikan yang hidup di dalamnya tidak ikut terasa asin?" Pertanyaan ini sangat umum dan seringkali membuat penasaran. Kelihatannya memang paradoks, bukan? Namun, ada penjelasan ilmiah yang sangat menarik di balik fenomena ini, yang melibatkan adaptasi biologis luar biasa dari ikan dan sifat osmosis.
Air laut mengandung konsentrasi garam yang tinggi, terutama natrium klorida (NaCl), yang berkontribusi pada rasa asinnya. Rata-rata, air laut memiliki kadar garam sekitar 35 bagian per seribu (ppt), yang berarti ada sekitar 35 gram garam dalam setiap liter air laut. Kadar ini bervariasi tergantung lokasi, namun secara umum, air laut jauh lebih asin dibandingkan dengan cairan tubuh ikan.
Untuk memahami bagaimana ikan air laut mengatasi kadar garam yang tinggi, kita perlu memahami konsep dasar biologi yang disebut osmosis. Osmosis adalah pergerakan air melintasi membran semipermeabel dari area dengan konsentrasi zat terlarut rendah ke area dengan konsentrasi zat terlarut tinggi. Dalam konteks ini, membran semipermeabel adalah sel-sel tubuh ikan, termasuk kulit dan insangnya.
Cairan di dalam tubuh ikan air laut memiliki konsentrasi garam yang lebih rendah dibandingkan dengan air laut di sekitarnya. Akibatnya, secara alami, air dari dalam tubuh ikan cenderung keluar menuju lingkungan yang lebih asin (air laut) melalui proses osmosis. Jika ikan tidak memiliki mekanisme adaptasi, ia akan terus kehilangan air dan mengalami dehidrasi, yang tentu saja fatal.
Untungnya, ikan air laut telah berevolusi dengan sistem yang sangat efisien untuk mengatasi masalah kehilangan air dan penyerapan garam berlebih. Adaptasi ini berpusat pada cara mereka minum, bernapas, dan mengeluarkan kelebihan garam.
Berbeda dengan ikan air tawar yang jarang minum, ikan air laut justru harus minum untuk menjaga keseimbangan cairan tubuhnya. Namun, mereka tidak minum air laut secara sembarangan. Mereka minum dalam jumlah yang terkontrol. Saat minum air laut, garam yang larut di dalamnya ikut masuk ke dalam sistem pencernaan ikan.
Ginjal ikan air laut memiliki peran penting dalam mengeluarkan kelebihan garam. Ginjal mereka dirancang untuk menyerap kembali air sebanyak mungkin ke dalam tubuh, sambil mengeluarkan kelebihan garam dalam bentuk urin yang sangat pekat. Ini berbeda dengan ginjal ikan air tawar yang lebih berfokus pada pengeluaran air berlebih.
Peran paling krusial dalam mengatasi kelebihan garam terletak pada insang ikan air laut. Insang tidak hanya berfungsi untuk mengambil oksigen dari air, tetapi juga memiliki sel-sel khusus yang disebut sel kelenjar garam (salt-secreting cells). Sel-sel ini secara aktif memompa kelebihan ion garam keluar dari darah ikan ke dalam air laut. Proses ini membutuhkan energi, tetapi sangat vital untuk kelangsungan hidup ikan di lingkungan yang asin.
Setelah air laut diminum dan garamnya sebagian terserap di usus, ikan air laut memiliki kemampuan untuk menyerap kembali air dari sisa makanan dan garam tersebut. Hal ini membantu mengurangi kehilangan air bersih.
Fenomena ini semakin jelas jika dibandingkan dengan ikan air tawar. Ikan air tawar hidup di lingkungan yang kadar garamnya jauh lebih rendah daripada cairan tubuh mereka. Akibatnya, air cenderung masuk ke dalam tubuh ikan air tawar melalui osmosis. Untuk mengatasi ini, ikan air tawar jarang minum, dan ginjal mereka sangat efisien dalam mengeluarkan air berlebih dalam bentuk urin yang encer. Sementara itu, insang mereka lebih fokus pada penyerapan garam dari lingkungan.
Jadi, jawaban sederhana untuk pertanyaan "kenapa ikan air laut tidak asin" adalah karena mereka memiliki mekanisme biologis yang luar biasa untuk menjaga keseimbangan garam dan air dalam tubuh mereka. Melalui peran aktif insang dalam mengeluarkan garam, fungsi ginjal yang efisien, dan kontrol dalam minum air laut, ikan air laut berhasil beradaptasi dan bertahan hidup di salah satu lingkungan paling asin di planet ini. Daging ikan yang kita konsumsi sebagian besar terdiri dari protein, lemak, dan air yang sudah diatur konsentrasinya agar tidak menyerap rasa asin dari lingkungan sekitarnya secara langsung. Kematangan evolusi inilah yang membuat ikan air laut menjadi makanan yang lezat tanpa harus terasa seperti sedang menggigit sekerat garam.