Fenomena buang air besar (BAB) yang disertai keluarnya darah menetes adalah sesuatu yang cukup sering dialami banyak orang, namun sayangnya, seringkali dianggap remeh atau bahkan diabaikan. Perdarahan rektal, terutama yang tampak sebagai tetesan darah merah segar, dapat menimbulkan kekhawatiran yang wajar. Meskipun dalam banyak kasus perdarahan ringan ini bisa disebabkan oleh kondisi yang tidak berbahaya dan mudah diobati, mengabaikannya adalah sebuah kesalahan besar. Darah yang menetes saat BAB bisa menjadi indikasi berbagai kondisi, mulai dari masalah minor yang mudah diatasi hingga penyakit serius yang memerlukan penanganan medis segera, seperti kanker kolorektal. Memahami penyebab di balik gejala ini, kapan harus khawatir, dan langkah-langkah apa yang perlu diambil sangatlah krusial untuk menjaga kesehatan saluran pencernaan Anda dan memastikan kesejahteraan jangka panjang.
Banyak individu merasa malu atau enggan untuk membicarakan masalah sensitif ini dengan dokter. Padahal, deteksi dini dan diagnosis yang akurat adalah kunci utama dalam menangani sebagian besar kondisi penyebab perdarahan secara efektif. Penundaan pencarian bantuan medis tidak hanya dapat memperburuk kondisi yang mendasari, tetapi juga berpotensi menunda penanganan penyakit serius hingga tahap yang lebih lanjut. Artikel ini akan membahas secara mendalam berbagai penyebab mengapa BAB bisa mengeluarkan darah menetes, gejala lain yang mungkin menyertai, bagaimana dokter mendiagnosisnya, pilihan pengobatan yang tersedia berdasarkan penyebab, serta langkah-langkah pencegahan yang bisa Anda lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Mari kita selami lebih jauh untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif agar Anda dapat membuat keputusan yang tepat tentang kesehatan Anda.
Anatomi Saluran Cerna Bawah dan Kaitannya dengan Perdarahan
Untuk memahami mengapa darah bisa keluar menetes saat BAB, penting untuk memiliki pemahaman dasar tentang anatomi saluran cerna bagian bawah, yang mencakup usus besar (kolon), rektum, dan anus. Setiap bagian ini memiliki peran spesifik dalam proses pencernaan dan eliminasi, serta dapat menjadi sumber perdarahan dengan karakteristik yang berbeda. Perdarahan dari area ini umumnya muncul sebagai darah merah terang karena tidak sempat dicerna oleh enzim pencernaan.
- Usus Besar (Kolon): Merupakan bagian terakhir dari saluran pencernaan yang memiliki panjang sekitar 1,5 hingga 2 meter. Fungsi utamanya adalah menyerap sisa air dan elektrolit dari sisa makanan yang tidak tercerna, serta membentuk dan menyimpan feses sebelum dikeluarkan. Usus besar dibagi menjadi beberapa segmen: sekum, kolon asenden, kolon transversum, kolon desenden, dan kolon sigmoid. Perdarahan yang berasal dari usus besar, terutama dari bagian yang lebih tinggi, bisa berwarna merah gelap atau bahkan kehitaman (melena) jika darah memiliki waktu lebih lama untuk dicerna saat melewati saluran cerna. Namun, jika perdarahan terjadi di bagian kolon yang lebih dekat ke rektum (misalnya, kolon sigmoid), darah mungkin masih tampak merah terang, bahkan bisa menetes, terutama jika perdarahan terjadi cukup cepat atau lokasinya cukup distal.
- Rektum: Merupakan bagian terminal dari usus besar, berukuran sekitar 12-15 cm, yang berakhir tepat sebelum anus. Rektum berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses sebelum proses defekasi (buang air besar). Dinding rektum kaya akan pembuluh darah dan sangat sensitif. Perdarahan yang berasal dari rektum cenderung berwarna merah terang dan segar, seringkali melapisi permukaan feses atau bercampur dengan feses, dan dapat muncul sebagai tetesan setelah BAB. Kondisi seperti proktitis, polip rektal, atau kanker rektal adalah penyebab umum perdarahan dari area ini.
- Anus: Adalah lubang di ujung saluran pencernaan tempat feses dikeluarkan dari tubuh. Anus dikelilingi oleh dua jenis otot sfingter: sfingter anal internal (otot polos yang bekerja tanpa sadar) dan sfingter anal eksternal (otot lurik yang dapat dikendalikan secara sadar). Area anus sangat sensitif dan kaya akan jaringan pembuluh darah (pleksus hemoroidalis). Perdarahan yang berasal langsung dari anus, seperti dari wasir (hemoroid) atau fisura ani (robekan pada kulit anus), seringkali berwarna merah terang, segar, dan khasnya menetes setelah BAB, menyemprot, atau terlihat jelas pada tisu toilet setelah menyeka. Karena letaknya yang paling distal, darah dari anus tidak memiliki kesempatan untuk berubah warna, sehingga selalu tampak merah cerah.
Memahami lokasi anatomi ini membantu dokter dalam menyimpulkan kemungkinan sumber perdarahan berdasarkan karakteristik darah yang terlihat. Darah yang menetes, khususnya yang berwarna merah segar, sangat sering menunjukkan masalah di rektum atau anus, menjadikannya petunjuk penting bagi diagnosis awal.
Ilustrasi Sederhana Anatomi Saluran Cerna Bawah.
Penyebab Umum BAB Keluar Darah Menetes
Ada berbagai kondisi yang dapat menyebabkan perdarahan menetes saat BAB. Penting untuk diketahui bahwa tidak semua penyebab itu serius, tetapi mengabaikan perdarahan, sekecil apa pun itu, tidak pernah menjadi pilihan yang bijak. Hanya tenaga medis profesional yang dapat menentukan diagnosis yang tepat setelah evaluasi menyeluruh.
1. Wasir (Hemoroid)
Wasir, yang juga dikenal sebagai hemoroid, merupakan salah satu penyebab paling lazim dari perdarahan rektal yang ditandai dengan tetesan darah segar saat atau setelah buang air besar. Diperkirakan bahwa setidaknya tiga dari empat orang dewasa akan mengalami wasir dalam hidup mereka pada suatu waktu tertentu, menjadikannya masalah kesehatan yang sangat umum namun seringkali enggan dibicarakan. Kondisi ini terjadi ketika pembuluh darah di sekitar anus dan rektum bagian bawah mengalami pembengkakan dan peradangan. Pembuluh darah ini, yang disebut pleksus hemoroidalis, secara alami ada di area tersebut dan berperan dalam kontrol kontinensia (kemampuan menahan BAB). Namun, ketika terjadi tekanan berlebihan atau gangguan pada aliran darah, pembuluh ini bisa melebar, meregang, dan membentuk benjolan atau massa yang kita kenal sebagai wasir, mirip dengan bagaimana varises terbentuk di kaki.
Jenis Wasir:
- Wasir Internal: Terletak di dalam rektum, di atas garis dentata (garis yang memisahkan area rektum dari anus). Area ini memiliki sedikit saraf perasa nyeri, sehingga wasir internal biasanya tidak menimbulkan rasa sakit yang signifikan. Gejala utamanya adalah perdarahan tanpa nyeri, di mana darah menetes setelah BAB, melapisi feses, atau terlihat di tisu toilet. Wasir internal diklasifikasikan berdasarkan tingkat prolaps (keluarnya benjolan dari anus):
- Grade I: Tidak prolaps. Hanya berdarah.
- Grade II: Prolaps saat mengejan, tetapi secara spontan masuk kembali.
- Grade III: Prolaps saat mengejan, dan memerlukan bantuan tangan untuk masuk kembali.
- Grade IV: Prolaps permanen dan tidak dapat dimasukkan kembali.
- Wasir Eksternal: Terletak di bawah kulit di sekitar lubang anus, di bawah garis dentata. Area ini kaya akan ujung saraf, sehingga wasir eksternal cenderung lebih menyakitkan, terutama jika terjadi trombosis (pembekuan darah di dalamnya) yang menyebabkan benjolan keras dan sangat nyeri. Meskipun dapat berdarah, perdarahan dari wasir eksternal biasanya tidak sebanyak wasir internal dan lebih sering berupa noda darah pada tisu toilet.
Penyebab Wasir:
Faktor-faktor yang meningkatkan tekanan pada pembuluh darah di rektum dan anus adalah pemicu utama wasir:
- Mengejan Berlebihan: Saat BAB karena sembelit kronis atau diare. Tekanan ini mendorong pembuluh darah keluar.
- Duduk Terlalu Lama: Di toilet atau dalam posisi yang memberikan tekanan pada area panggul.
- Kehamilan: Peningkatan tekanan pada panggul akibat rahim yang membesar dan perubahan hormon yang melemaskan pembuluh darah.
- Obesitas: Berat badan berlebih menambah tekanan pada area panggul.
- Diet Rendah Serat: Menyebabkan feses keras dan sulit dikeluarkan, yang memicu mengejan.
- Mengangkat Beban Berat: Secara rutin, yang meningkatkan tekanan intra-abdomen.
- Usia: Jaringan penyangga pembuluh darah di anus melemah seiring bertambahnya usia.
Gejala Lain Wasir:
- Gatal atau iritasi di sekitar anus (pruritus ani).
- Nyeri atau rasa tidak nyaman (terutama wasir eksternal atau wasir internal yang prolaps).
- Benjolan atau massa di dekat anus (wasir eksternal atau wasir internal prolaps).
- Perasaan tidak tuntas setelah BAB.
- Keluarnya lendir dari anus.
Perdarahan dari wasir biasanya berwarna merah cerah karena berasal dari pembuluh darah yang pecah di dekat permukaan. Meskipun seringkali tidak berbahaya dalam jangka pendek, wasir yang berdarah secara kronis dapat menyebabkan anemia defisiensi besi, yang bermanifestasi sebagai kelelahan, pucat, dan sesak napas.
Ilustrasi Wasir (Hemoroid) dan Perdarahan.
2. Fisura Ani
Fisura ani adalah luka atau robekan kecil pada lapisan kulit tipis dan lembap yang melapisi anus, tepat di bawah garis dentata, yang disebut anoderm. Luka ini bisa sangat menyakitkan karena area anus kaya akan ujung saraf sensitif. Fisura bisa bersifat akut (baru terjadi, permukaan luka masih segar) atau kronis (berlangsung lebih dari 6-8 minggu, seringkali disertai dengan pembentukan skin tag atau papila hipertrofi). Robekan ini seringkali memanjang dari lubang anus ke arah pantat, seperti retakan pada kulit.
Penyebab Fisura Ani:
Penyebab utama fisura ani adalah trauma pada saluran anus, seringkali akibat:
- Feses Keras dan Besar: Merupakan penyebab paling umum, terutama pada kasus sembelit kronis. Feses yang keras dan besar dapat merobek lapisan anoderm saat dikeluarkan.
- Diare Kronis atau Sering: Buang air besar yang sangat sering dan cair dapat mengiritasi dan merusak lapisan anus, membuatnya rentan terhadap robekan.
- Mengejan Berlebihan: Saat BAB, terlepas dari konsistensi feses.
- Melakukan Hubungan Seksual Anal: Terutama jika tidak dilakukan dengan pelumasan yang memadai.
- Trauma: Akibat benda asing yang dimasukkan ke dalam anus.
- Kondisi Medis Tertentu: Meskipun lebih jarang, penyakit seperti penyakit Crohn (jenis penyakit radang usus), TBC, HIV, atau sifilis dapat menyebabkan fisura yang tidak sembuh-sembuh atau tidak khas.
- Persalinan: Tekanan selama persalinan pervaginam dapat menyebabkan trauma pada area anus.
Gejala Fisura Ani:
- Nyeri Tajam: Sangat intens, terasa seperti disobek atau ditusuk pisau saat atau setelah BAB. Nyeri ini bisa berlangsung beberapa menit hingga jam setelah defekasi, dan bisa sangat mengganggu aktivitas sehari-hari.
- Darah Merah Terang: Menetes saat BAB, terlihat pada tisu toilet setelah menyeka, atau kadang melapisi feses. Perdarahan biasanya sedikit, namun cukup untuk membuat khawatir.
- Gatal atau Perih: Di area anus.
- Spasme Otot Sfingter: Nyeri memicu kontraksi otot sfingter internal secara tidak sadar, yang dapat mengurangi aliran darah ke luka dan menghambat penyembuhan, menciptakan siklus nyeri-spasme-iskemia.
- Benjolan Kecil: Skin tag (biasanya di ujung luar fisura kronis, disebut "sentinel pile") atau pembengkakan di sekitar area luka.
Karena gejalanya yang mirip, perdarahan dari fisura ani seringkali disalahartikan sebagai wasir. Namun, intensitas nyeri pada fisura ani biasanya jauh lebih parah dan lebih tajam dibandingkan wasir yang tidak mengalami trombosis.
Ilustrasi Fisura Ani dan Perdarahan.
3. Divertikulosis dan Divertikulitis
Divertikulosis adalah kondisi di mana kantong-kantong kecil seperti gelembung (disebut divertikula) terbentuk pada dinding usus besar, biasanya akibat peningkatan tekanan di dalam usus. Kantong-kantong ini sering muncul di bagian kolon sigmoid, di mana dinding usus cenderung lebih lemah. Kondisi divertikulosis umumnya tidak menimbulkan gejala dan seringkali ditemukan secara kebetulan saat pemeriksaan kolonoskopi atau CT scan untuk alasan lain.
Namun, jika kantong-kantong ini meradang atau terinfeksi, kondisi ini disebut divertikulitis. Ini bisa terjadi ketika feses atau bakteri terperangkap di dalam divertikula, menyebabkan peradangan, abses, atau bahkan perforasi. Yang lebih relevan dengan perdarahan menetes, pembuluh darah kecil yang melapisi dinding divertikula dapat terkikis atau pecah, menyebabkan perdarahan.
Bagaimana Menyebabkan Perdarahan:
- Perdarahan Divertikular: Ini terjadi ketika pembuluh darah kecil (vasa recta) yang berjalan di samping divertikula terkikis dan pecah. Perdarahan ini biasanya tanpa rasa sakit, tiba-tiba, dan bisa berupa darah merah terang dalam jumlah banyak (volume tinggi) atau menetes secara intermiten, terutama jika sumber perdarahan berada di kolon sigmoid yang lebih dekat ke rektum. Perdarahan divertikular adalah penyebab paling umum perdarahan saluran cerna bawah yang masif pada orang dewasa.
Faktor Risiko Divertikulosis dan Divertikulitis:
- Usia: Risiko meningkat seiring bertambahnya usia, terutama di atas 40 tahun.
- Diet Rendah Serat: Menyebabkan sembelit dan peningkatan tekanan di dalam usus.
- Obesitas: Meningkatkan risiko divertikulitis.
- Kurangnya Olahraga: Dapat berkontribusi pada sembelit.
- Merokok: Dikaitkan dengan peningkatan risiko divertikulitis.
- Obat-obatan: Penggunaan NSAID (obat antiinflamasi nonsteroid) secara teratur dapat meningkatkan risiko.
Gejala Lain Divertikulitis (jika ada peradangan):
- Nyeri Perut: Biasanya di sisi kiri bawah perut (lokasi umum kolon sigmoid), bisa bersifat konstan dan parah.
- Demam dan Menggigil: Tanda-tanda infeksi.
- Mual dan Muntah.
- Perubahan Kebiasaan BAB: Sembelit atau diare.
- Kembung dan Nyeri Tekan: Pada perut bagian bawah.
Meskipun perdarahan divertikular bisa signifikan, seringkali berhenti dengan sendirinya. Namun, kondisi ini tetap memerlukan evaluasi medis segera untuk memastikan sumber perdarahan, menyingkirkan komplikasi lain, dan mencegah episode di masa depan.
4. Angiodisplasia
Angiodisplasia adalah kondisi di mana terjadi pembesaran, malformasi, atau ektasia pada pembuluh darah kecil (kapiler, venula, arteriol) pada lapisan usus besar. Pembuluh darah yang abnormal ini menjadi rapuh dan rentan terhadap perdarahan. Kondisi ini seringkali tidak memiliki gejala hingga perdarahan terjadi dan merupakan salah satu penyebab perdarahan saluran cerna yang seringkali sulit didiagnosis.
Karakteristik Perdarahan:
- Perdarahan dari angiodisplasia biasanya tanpa rasa sakit.
- Sifat perdarahannya bisa intermiten (muncul-hilang), kronis, atau kadang masif dan tiba-tiba.
- Warna darah bisa merah terang, merah marun, atau bahkan kehitaman (melena) tergantung lokasi pembuluh yang pecah dan seberapa cepat darah melewati saluran cerna. Jika lokasinya di kolon bawah, darah merah segar yang menetes sangat mungkin terjadi.
- Perdarahan kronis dapat menyebabkan anemia defisiensi besi yang tidak dapat dijelaskan.
Faktor Risiko dan Diagnosis:
- Usia Lanjut: Angiodisplasia lebih sering terjadi pada lansia.
- Penyakit Ginjal Kronis: Pasien dengan gagal ginjal kronis memiliki risiko lebih tinggi.
- Penyakit Jantung Tertentu: Seperti stenosis aorta.
- Gangguan Pembekuan Darah: Atau penggunaan obat pengencer darah.
Diagnosis angiodisplasia seringkali sulit karena lesi bisa sangat kecil dan tersebar. Mungkin diperlukan beberapa kali kolonoskopi atau pemeriksaan khusus lainnya seperti angiografi atau endoskopi kapsul untuk menemukan sumber perdarahan.
5. Kolitis (Radang Usus Besar)
Kolitis adalah istilah umum yang merujuk pada peradangan pada lapisan usus besar (kolon). Ada beberapa jenis kolitis, masing-masing dengan penyebab dan karakteristik yang sedikit berbeda. Dua jenis utama yang sering dikaitkan dengan perdarahan menetes adalah kolitis ulseratif dan, pada kasus tertentu, penyakit Crohn (yang dapat memengaruhi seluruh saluran pencernaan, tetapi seringkali juga usus besar).
Bagaimana Menyebabkan Perdarahan:
- Peradangan yang terjadi pada dinding usus besar menyebabkan kerusakan pada lapisan mukosa, yang dapat berkembang menjadi ulserasi (luka terbuka).
- Ulserasi ini menyebabkan pembuluh darah kecil di dinding usus pecah, mengakibatkan perdarahan.
- Perdarahan biasanya bercampur dengan diare, lendir, atau nanah, tetapi juga bisa berupa darah menetes atau gumpalan darah merah segar, terutama jika peradangan terletak di rektum atau kolon sigmoid.
Jenis Kolitis dan Gejala Lain:
- Kolitis Ulseratif: Ini adalah penyakit radang usus (IBD) kronis yang hanya memengaruhi usus besar dan rektum, menyebabkan peradangan dan ulserasi terus-menerus pada lapisan terdalam usus. Gejala meliputi:
- Diare kronis, seringkali disertai darah dan lendir.
- Nyeri dan kram perut, terutama di perut bagian bawah.
- Tenesmus (rasa ingin BAB terus-menerus meskipun tidak ada feses).
- Penurunan berat badan yang tidak disengaja.
- Kelelahan, demam, anemia.
- Kadang disertai gejala di luar saluran cerna seperti nyeri sendi, masalah kulit, atau mata.
- Penyakit Crohn: Jenis IBD lain yang dapat memengaruhi bagian mana pun dari saluran pencernaan, dari mulut hingga anus, dan melibatkan seluruh lapisan dinding usus. Jika memengaruhi usus besar, gejala bisa serupa dengan kolitis ulseratif, termasuk diare berdarah. Namun, perdarahan cenderung kurang menonjol dibandingkan pada kolitis ulseratif. Gejala lainnya bisa berupa:
- Nyeri perut kronis, diare, penurunan berat badan, kelelahan.
- Fistula (saluran abnormal antar organ), abses, striktur (penyempitan usus).
- Kolitis Iskemik: Terjadi ketika aliran darah ke bagian usus besar terganggu, menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan. Lebih sering terjadi pada lansia. Gejala meliputi nyeri perut mendadak (seringkali setelah makan), diare berdarah.
- Kolitis Mikroskopik: Peradangan usus yang hanya terlihat di bawah mikroskop. Gejala utama adalah diare berair kronis, jarang disertai perdarahan masif, namun bisa ada darah samar.
Kolitis adalah kondisi serius yang memerlukan penanganan medis jangka panjang untuk mengontrol peradangan, meredakan gejala, dan mencegah komplikasi serius seperti megakolon toksik atau kanker kolorektal (pada kasus IBD jangka panjang).
6. Polip Usus Besar
Polip usus besar adalah pertumbuhan kecil pada lapisan mukosa usus besar atau rektum. Polip bervariasi dalam ukuran, bentuk, dan karakteristik histologisnya. Sebagian besar polip tidak berbahaya, tetapi beberapa jenis, terutama adenoma, dapat berpotensi menjadi kanker kolorektal seiring waktu. Proses ini, yang dikenal sebagai sekuens adenoma-karsinoma, biasanya memakan waktu bertahun-tahun.
Bagaimana Menyebabkan Perdarahan:
- Permukaan polip bisa rapuh dan tipis, membuatnya mudah berdarah saat feses yang keras atau besar melewatinya dan bergesekan.
- Perdarahan dari polip biasanya ringan dan intermiten. Seringkali perdarahan ini tidak terlihat dengan mata telanjang (disebut darah samar atau occult blood) dan hanya terdeteksi melalui tes feses khusus.
- Namun, polip yang lebih besar atau yang terletak di rektum atau kolon sigmoid juga bisa menyebabkan perdarahan yang lebih jelas, berupa darah merah terang yang menetes setelah BAB atau bercampur dengan feses.
Jenis Polip:
- Polip Adenoma: Ini adalah jenis polip yang paling umum dan paling berpotensi menjadi kanker. Mereka diklasifikasikan lebih lanjut menjadi tubular, tubulovillous, atau villous, dengan villous adenoma memiliki risiko tertinggi untuk keganasan.
- Polip Hiperplastik: Umumnya dianggap tidak berbahaya dan tidak berpotensi menjadi kanker.
- Polip Inflamasi: Terkait dengan kondisi peradangan usus seperti kolitis ulseratif atau penyakit Crohn.
- Polip Hamartoma: Polip yang terbentuk dari pertumbuhan jaringan normal yang tidak teratur, biasanya tidak bersifat kanker, tetapi beberapa sindrom genetik (seperti sindrom Peutz-Jeghers) terkait dengan jenis polip ini dapat meningkatkan risiko kanker.
Gejala Lain Polip:
- Sebagian besar polip, terutama yang kecil, tidak menimbulkan gejala apa pun. Inilah mengapa skrining sangat penting.
- Kadang-kadang, polip yang lebih besar dapat menyebabkan perubahan pada kebiasaan BAB (diare atau sembelit yang baru), nyeri perut, atau anemia akibat perdarahan kronis.
- Polip yang sangat besar dapat menyebabkan obstruksi usus, meskipun jarang.
Pentingnya deteksi dan pengangkatan polip melalui kolonoskopi adalah untuk mencegah perkembangannya menjadi kanker. Jika Anda mengalami perdarahan rektal, polip harus selalu dipertimbangkan sebagai salah satu kemungkinan penyebab, terutama jika Anda memiliki faktor risiko atau sudah melewati usia skrining.
7. Kanker Kolorektal
Kanker kolorektal adalah kanker yang berasal dari usus besar (kolon) atau rektum. Ini adalah salah satu jenis kanker paling umum di dunia dan merupakan penyebab utama kematian terkait kanker, tetapi dengan deteksi dini dan pengobatan yang tepat, tingkat kesembuhan bisa sangat tinggi. Perdarahan adalah salah satu gejala awal yang paling penting dan seringkali dapat diabaikan.
Bagaimana Menyebabkan Perdarahan:
- Tumor kanker yang tumbuh di dinding usus memiliki pembuluh darah yang rapuh dan mudah rusak. Ketika feses melewati area tumor, gesekan dapat menyebabkan perdarahan.
- Perdarahan dari kanker kolorektal bisa bervariasi:
- Darah Merah Terang yang Menetes: Jika tumor berada di rektum atau kolon sigmoid bagian bawah, darah mungkin tampak merah segar dan menetes, mirip dengan perdarahan wasir. Inilah mengapa setiap perdarahan rektal yang baru, terutama pada usia lanjut, harus dievaluasi dengan cermat.
- Darah Merah Gelap atau Merah Marun yang Bercampur Feses: Jika tumor berada lebih tinggi di usus besar, darah mungkin memiliki waktu untuk tercerna sebagian, sehingga warnanya lebih gelap dan bercampur merata dengan feses.
- Darah Samar (Occult Blood): Seringkali, perdarahan dari tumor sangat sedikit sehingga tidak terlihat oleh mata telanjang, hanya terdeteksi melalui tes feses khusus untuk darah samar. Ini adalah salah satu alasan mengapa tes skrining feses penting.
Faktor Risiko Kanker Kolorektal:
- Usia: Risiko meningkat tajam setelah usia 45-50 tahun.
- Riwayat Polip Usus: Terutama adenoma.
- Riwayat Keluarga: Memiliki kerabat tingkat pertama (orang tua, saudara kandung, anak) dengan kanker kolorektal atau polip.
- Riwayat Penyakit Radang Usus (IBD): Kolitis ulseratif atau penyakit Crohn yang sudah berlangsung lama.
- Sindrom Genetik: Seperti Poliposis Adenomatosa Familial (FAP) atau Sindrom Lynch (HNPCC).
- Gaya Hidup: Diet tinggi daging merah dan olahan, rendah serat, obesitas, kurang aktivitas fisik, merokok, dan konsumsi alkohol berlebihan.
- Diabetes Tipe 2.
Gejala Lain Kanker Kolorektal:
Gejala awal seringkali tidak spesifik atau bahkan tidak ada, yang menekankan pentingnya skrining rutin. Gejala yang mungkin muncul meliputi:
- Perubahan Kebiasaan BAB yang Persisten: Diare atau sembelit yang baru dan berlangsung lebih dari beberapa minggu, atau perubahan konsistensi feses.
- Perubahan Bentuk Feses: Feses yang menjadi lebih tipis dari biasanya (seperti pensil) bisa menjadi tanda penyempitan usus.
- Nyeri atau Kram Perut yang Persisten: Rasa tidak nyaman yang tidak kunjung membaik.
- Perasaan Tidak Tuntas Setelah BAB (Tenesmus): Terutama pada kanker rektum.
- Penurunan Berat Badan yang Tidak Disengaja: Kehilangan berat badan tanpa alasan yang jelas.
- Kelelahan yang Tidak Biasa: Seringkali akibat anemia defisiensi besi karena perdarahan kronis.
Meskipun perdarahan menetes paling sering disebabkan oleh kondisi jinak seperti wasir, kanker kolorektal adalah alasan paling penting mengapa Anda tidak boleh mengabaikan gejala ini, terutama jika Anda memiliki faktor risiko atau berusia di atas 45-50 tahun. Deteksi dini melalui skrining dan evaluasi medis adalah langkah paling efektif untuk pengobatan yang berhasil.
8. Proktitis (Radang Rektum)
Proktitis adalah peradangan pada lapisan rektum, yaitu bagian terakhir dari usus besar sebelum anus. Kondisi ini bisa menyebabkan berbagai gejala yang tidak nyaman, termasuk nyeri, perdarahan, dan tenesmus (rasa ingin BAB yang mendesak, seringkali tidak produktif dan hanya menghasilkan lendir atau sedikit feses).
Penyebab Proktitis:
Ada beberapa penyebab yang mendasari proktitis, yaitu:
- Penyakit Radang Usus (IBD): Seperti kolitis ulseratif (proktitis ulseratif adalah bentuk kolitis ulseratif yang terbatas pada rektum) atau penyakit Crohn. Ini adalah penyebab paling umum proktitis kronis.
- Infeksi: Bakteri (seperti Salmonella, Shigella, Campylobacter, E. coli), virus (seperti Herpes simplex virus/HSV, Cytomegalovirus/CMV), atau parasit (seperti Entamoeba histolytica). Infeksi ini dapat menular melalui makanan atau air yang terkontaminasi, atau melalui hubungan seksual anal (infeksi menular seksual seperti gonore, klamidia, sifilis).
- Terapi Radiasi: Untuk kanker di area panggul (misalnya kanker prostat, serviks, atau rektum itu sendiri) dapat menyebabkan proktitis radiasi. Peradangan bisa muncul beberapa bulan atau bahkan bertahun-tahun setelah terapi.
- Kolitis Diversi: Terjadi pada orang yang menjalani kolostomi atau ileostomi dan bagian rektumnya tidak lagi dilewati feses, menyebabkan kekurangan nutrisi bagi sel-sel rektum.
- Kolitis Iskemik: Kurangnya aliran darah ke rektum.
- Alergi Makanan: Pada bayi, kadang terjadi proktitis alergi makanan.
- Obat-obatan: Penggunaan antibiotik tertentu yang mengubah flora normal usus (menyebabkan kolitis C. difficile) atau NSAID.
Gejala Proktitis:
- Rasa Nyeri atau Tidak Nyaman: Di area rektum, anus, atau perut bagian bawah. Nyeri bisa konstan atau muncul saat BAB.
- Perdarahan Rektal: Darah merah terang yang bisa menetes, bercampur lendir, atau melapisi feses. Jumlahnya bervariasi dari sedikit hingga cukup banyak.
- Tenesmus: Rasa mendesak yang kuat dan persisten untuk BAB, bahkan ketika rektum kosong.
- Diare: Seringkali disertai lendir atau darah.
- Perasaan Tidak Tuntas: Setelah BAB, seolah-olah rektum belum sepenuhnya kosong.
- Keluarnya Lendir: Dari anus.
- Sembelit: Pada beberapa kasus, peradangan dapat menyebabkan kesulitan BAB.
Diagnosis proktitis melibatkan anamnesis, pemeriksaan fisik (termasuk colok dubur), sigmoidoskopi atau kolonoskopi dengan biopsi, dan tes feses untuk mencari infeksi. Pengobatan akan ditujukan pada penyebab dasarnya, dan dapat mencakup antibiotik, obat anti-inflamasi, atau perubahan gaya hidup.
9. Infeksi Saluran Cerna Bawah
Beberapa infeksi yang menyerang saluran cerna bawah, khususnya usus besar dan rektum, dapat menyebabkan peradangan yang parah dan kerusakan pada lapisan mukosa, yang pada akhirnya mengakibatkan perdarahan. Infeksi ini bisa disebabkan oleh bakteri, virus, atau parasit dan seringkali menimbulkan gejala akut yang tiba-tiba.
Penyebab Infeksi yang Menyebabkan Perdarahan:
- Bakteri: Beberapa bakteri patogen yang umum meliputi:
- Escherichia coli (E. coli) O157:H7: Terkenal karena menghasilkan toksin Shiga, yang dapat menyebabkan kolitis hemoragik (peradangan usus besar dengan perdarahan) dan sindrom uremik hemolitik (HUS) yang berbahaya, terutama pada anak-anak.
- Shigella: Penyebab disentri basiler, ditandai dengan diare berdarah, kram perut hebat, dan demam.
- Salmonella: Meskipun lebih sering menyebabkan diare non-berdarah, beberapa strain dapat menyebabkan diare berdarah.
- Campylobacter: Penyebab umum gastroenteritis bakteri, seringkali dengan diare berdarah dan kram.
- Clostridioides difficile (C. difficile): Terjadi setelah penggunaan antibiotik, menyebabkan kolitis dengan diare cair hingga berdarah, demam, dan kram.
- Parasit:
- Entamoeba histolytica: Penyebab disentri amuba (amoebiasis), yang dapat menyebabkan ulserasi di usus besar dan diare berdarah dengan lendir.
- Virus: Meskipun virus seperti Rotavirus atau Norovirus umumnya menyebabkan diare non-berdarah, pada kasus yang parah, iritasi dan peradangan hebat dapat menyebabkan sedikit darah atau darah samar.
Gejala Infeksi Saluran Cerna yang Menyebabkan Perdarahan:
- Diare: Seringkali sangat cair, sering, dan mendesak, disertai darah (merah segar, menetes, atau bercampur dengan lendir/nanah) dan kadang gumpalan darah.
- Nyeri dan Kram Perut: Bisa sangat parah, seringkali disertai rasa kembung.
- Demam dan Menggigil: Tanda-tanda respons imun terhadap infeksi.
- Mual dan Muntah: Umum terjadi, terutama pada awal infeksi.
- Dehidrasi: Akibat kehilangan cairan dan elektrolit yang signifikan.
- Kelelahan dan Malaise.
Diagnosis infeksi biasanya dilakukan melalui kultur feses atau tes PCR feses untuk mengidentifikasi patogen penyebab. Pengobatan melibatkan antibiotik atau antiparasit yang sesuai, serta rehidrasi dan terapi suportif lainnya. Penting untuk tidak menggunakan obat antidiare tanpa nasihat dokter jika ada dugaan infeksi bakteri invasif, karena dapat memperburuk kondisi.
10. Trauma atau Luka Anus
Cedera langsung pada area anus atau rektum juga dapat menyebabkan perdarahan menetes. Trauma ini bisa terjadi karena berbagai alasan, menyebabkan robekan pada kulit anoderm atau lapisan mukosa rektum.
Penyebab Trauma:
- Pemasukan Benda Asing: Ke dalam rektum, baik secara tidak sengaja maupun disengaja. Benda tajam atau benda dengan ukuran yang tidak sesuai dapat melukai dinding rektum atau anus.
- Hubungan Seksual Anal: Terutama jika dilakukan tanpa pelumasan yang memadai atau dengan kekerasan, dapat menyebabkan robekan pada lapisan anus atau rektum.
- Penyalahgunaan Laksatif: Penggunaan laksatif stimulan yang berlebihan atau berkepanjangan dapat mengiritasi dan merusak lapisan usus, menyebabkan peradangan dan perdarahan.
- Prosedur Medis: Kadang-kadang, perdarahan dapat terjadi sebagai komplikasi minor dari prosedur seperti anoskopi atau enema yang dilakukan secara kurang hati-hati.
- Feses yang Sangat Keras: Pada kasus sembelit yang ekstrem, feses yang sangat keras dan besar dapat menyebabkan luka goresan atau robekan saat dikeluarkan, selain menyebabkan fisura ani.
Perdarahan dari trauma biasanya disertai dengan nyeri akut dan lokasinya seringkali jelas terlihat pada pemeriksaan fisik atau anoskopi. Penanganan umumnya melibatkan manajemen nyeri, pelunak feses untuk mencegah trauma lebih lanjut, dan, jika perlu, penjahitan luka yang dalam.
11. Penyebab Lain yang Lebih Jarang
Selain penyebab yang telah disebutkan, ada beberapa kondisi lain yang lebih jarang, namun tetap dapat menyebabkan BAB keluar darah menetes:
- Ulkus Rektum Soliter (Solitary Rectal Ulcer Syndrome): Ini adalah kondisi kronis yang tidak biasa, ditandai dengan satu atau lebih ulkus (luka terbuka) di rektum. Penyebabnya sering dikaitkan dengan trauma berulang pada rektum saat mengejan berlebihan (misalnya pada sembelit kronis) atau prolaps rektum yang tersembunyi. Gejala meliputi nyeri rektal, tenesmus, keluarnya lendir, dan perdarahan merah terang.
- Varises Rektum: Mirip dengan varises esofagus, ini adalah pembuluh darah yang melebar di rektum. Biasanya terjadi pada pasien dengan hipertensi portal (peningkatan tekanan di vena porta hati), yang seringkali disebabkan oleh sirosis hati. Varises ini sangat rapuh dan dapat pecah, menyebabkan perdarahan yang signifikan, meskipun terkadang bisa menetes.
- Vaskulitis: Peradangan pembuluh darah di usus juga dapat menyebabkan iskemia dan perdarahan, meskipun ini adalah kondisi sistemik yang jarang terjadi.
- Gangguan Pembekuan Darah (Koagulopati): Kondisi seperti hemofilia, penyakit von Willebrand, atau penggunaan obat antikoagulan (pengencer darah) dapat membuat seseorang lebih rentan terhadap perdarahan dari sumber mana pun di saluran cerna, termasuk anus dan rektum, bahkan dari cedera minor yang tidak akan berdarah pada orang normal.
Mengingat beragamnya kemungkinan penyebab, pemeriksaan menyeluruh oleh dokter adalah langkah yang paling bijaksana jika Anda mengalami perdarahan saat BAB.
Kapan Harus Segera Mencari Pertolongan Medis?
Meskipun BAB keluar darah menetes seringkali disebabkan oleh kondisi jinak, ada beberapa tanda bahaya yang mengindikasikan bahwa Anda harus segera mencari pertolongan medis. Mengabaikan tanda-tanda ini bisa berakibat fatal, karena bisa menjadi indikasi masalah kesehatan yang serius dan memerlukan intervensi cepat.
- Perdarahan dalam Jumlah Banyak atau Masif: Jika darah yang keluar sangat banyak, membanjiri kloset, atau Anda melihat gumpalan darah besar dan banyak. Perdarahan masif bisa dengan cepat menyebabkan kehilangan darah yang signifikan dan syok.
- Pusing, Lemas, Linglung, atau Pingsan: Ini adalah tanda-tanda klasik dari kehilangan darah yang signifikan (anemia akut atau syok hipovolemik). Kekurangan volume darah dapat mengurangi pasokan oksigen ke otak dan organ vital lainnya.
- Nyeri Perut Hebat atau Mendadak: Terutama jika disertai demam, menggigil, atau muntah. Ini bisa mengindikasikan kondisi serius seperti divertikulitis akut, kolitis iskemik, atau bahkan perforasi usus.
- Perubahan Kebiasaan BAB yang Drastis dan Persisten: Diare atau sembelit yang baru terjadi, berlangsung lebih dari beberapa minggu, atau perubahan konsistensi feses (misalnya menjadi sangat tipis seperti pensil) dapat menjadi gejala kanker kolorektal atau penyakit radang usus.
- Penurunan Berat Badan yang Tidak Disengaja: Kehilangan berat badan yang signifikan tanpa alasan yang jelas atau upaya diet dapat menjadi tanda kondisi serius yang mendasari, termasuk kanker.
- Demam Tinggi dan Menggigil: Gejala ini, terutama jika disertai nyeri perut atau perdarahan, seringkali mengindikasikan infeksi atau peradangan serius yang memerlukan penanganan antibiotik atau anti-inflamasi segera.
- Darah Bercampur dengan Feses Berwarna Gelap/Kehitaman (Melena): Meskipun artikel ini fokus pada darah merah menetes, feses hitam seperti ter atau kopi yang lengket (melena) adalah tanda perdarahan saluran cerna bagian atas (misalnya dari lambung atau usus dua belas jari) dan memerlukan perhatian medis segera. Namun, perdarahan dari usus besar kanan juga bisa menghasilkan melena.
- Kelelahan yang Ekstrem dan Pucat: Ini bisa menjadi tanda anemia defisiensi besi akibat perdarahan kronis yang tidak disadari, bahkan jika perdarahan yang terlihat hanya sedikit.
- Usia di Atas 45-50 Tahun dengan Gejala Baru: Jika Anda mengalami perdarahan rektal yang baru terjadi pada usia ini, risiko kondisi serius seperti polip prakanker atau kanker kolorektal lebih tinggi, sehingga pemeriksaan menyeluruh sangat dianjurkan sebagai langkah pencegahan.
- Riwayat Keluarga Kanker Kolorektal atau Penyakit Radang Usus: Jika Anda memiliki riwayat keluarga yang kuat untuk kondisi ini, setiap gejala perdarahan harus ditanggapi dengan serius dan dievaluasi.
Dalam situasi ini, jangan menunda kunjungan ke dokter umum atau unit gawat darurat. Deteksi dan penanganan dini dapat mencegah komplikasi yang lebih serius, memungkinkan pengobatan yang lebih efektif, dan bahkan menyelamatkan nyawa.
Jangan Abaikan Gejala, Segera Konsultasi Dokter.
Proses Diagnosis untuk Menentukan Penyebab
Ketika Anda melaporkan gejala BAB keluar darah menetes, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan yang sistematis untuk menemukan penyebabnya. Proses diagnosis yang teliti sangat penting untuk memastikan penanganan yang tepat dan menyingkirkan kondisi serius.
1. Anamnesis (Wawancara Medis yang Mendalam)
Dokter akan memulai dengan mengumpulkan riwayat medis lengkap dan bertanya secara detail tentang gejala yang Anda alami. Pertanyaan-pertanyaan ini dirancang untuk mendapatkan gambaran menyeluruh dan dapat mencakup:
- Karakteristik Perdarahan: Kapan perdarahan pertama kali terjadi? Seberapa sering perdarahan terjadi? Bagaimana karakteristik darahnya (merah terang, merah gelap, bercampur feses, melapisi feses, menetes, menyemprot, gumpalan)? Berapa perkiraan jumlah darah yang keluar?
- Nyeri: Apakah ada nyeri saat atau setelah BAB? Jika ya, bagaimana sifat nyerinya (tajam, tumpul, terbakar, kram)? Apakah nyeri berhubungan dengan perdarahan?
- Kebiasaan BAB: Apakah ada perubahan pada kebiasaan BAB Anda (diare atau sembelit yang baru atau persisten)? Seberapa sering Anda BAB? Apakah ada perasaan tidak tuntas setelah BAB (tenesmus)?
- Gejala Lain: Apakah ada gejala lain yang menyertai seperti gatal di anus, benjolan, nyeri perut, demam, penurunan berat badan yang tidak disengaja, kelelahan, mual, atau muntah?
- Riwayat Medis: Riwayat kesehatan sebelumnya (misalnya, pernah mengalami wasir atau fisura sebelumnya), obat-obatan yang sedang atau baru dikonsumsi (termasuk obat pengencer darah, NSAID), riwayat merokok dan konsumsi alkohol, serta riwayat keluarga terkait penyakit pencernaan (seperti IBD) atau kanker kolorektal.
2. Pemeriksaan Fisik
Setelah anamnesis, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, yang merupakan langkah krusial untuk mengidentifikasi masalah yang terlihat secara eksternal atau teraba:
- Inspeksi Visual: Dokter akan dengan hati-hati melihat area di sekitar anus. Ini dapat mengungkapkan adanya wasir eksternal, fisura ani (robekan kulit), perianal skin tag, abses perianal, fistula, atau tanda-tanda iritasi atau peradangan lainnya.
- Colok Dubur (Digital Rectal Exam/DRE): Dokter akan memasukkan jari bersarung tangan yang telah dilumasi ke dalam rektum Anda. Pemeriksaan ini memungkinkan dokter untuk merasakan adanya benjolan, massa, wasir internal yang prolaps, atau kelainan pada dinding rektum. Dokter juga dapat mengevaluasi tonus (kekuatan) otot sfingter anus dan merasakan adanya nyeri saat palpasi. Meskipun mungkin terasa tidak nyaman atau sedikit memalukan, pemeriksaan ini cepat dan memberikan informasi penting yang tidak dapat diperoleh dari inspeksi saja.
3. Pemeriksaan Penunjang Lanjutan
Bergantung pada temuan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, serta usia dan faktor risiko pasien, dokter mungkin akan merekomendasikan satu atau lebih pemeriksaan penunjang lanjutan untuk mendapatkan diagnosis yang lebih pasti dan menyeluruh:
a. Anoskopi/Proktoskopi
- Tujuan: Pemeriksaan ini menggunakan alat berbentuk tabung pendek, kaku (anoskop) atau sedikit lebih panjang (proktoskop) yang dilengkapi dengan cahaya. Alat ini dimasukkan beberapa sentimeter ke dalam anus dan rektum bawah.
- Manfaat: Sangat berguna untuk melihat dengan jelas kondisi lapisan anus dan rektum bagian bawah. Dokter dapat mendiagnosis wasir internal, fisura ani, proktitis, atau polip yang terletak rendah dengan akurasi.
b. Sigmoidoskopi Fleksibel
- Tujuan: Menggunakan tabung tipis, fleksibel, dan bercahaya (sigmoidoskop) dengan kamera di ujungnya. Alat ini dimasukkan untuk memeriksa rektum dan bagian bawah usus besar (kolon sigmoid).
- Manfaat: Dapat mendeteksi polip, peradangan (kolitis), divertikula, atau tumor di area rektosigmoid. Selama prosedur, dokter dapat mengambil sampel jaringan (biopsi) untuk analisis lebih lanjut jika ditemukan area yang mencurigakan.
c. Kolonoskopi
- Tujuan: Ini adalah pemeriksaan standar emas untuk mengevaluasi seluruh panjang usus besar dan rektum.
- Prosedur: Menggunakan kolonoskop, tabung panjang dan fleksibel dengan kamera di ujungnya yang dimasukkan melalui anus. Pasien biasanya dibius ringan selama prosedur.
- Manfaat: Dokter dapat melihat seluruh lapisan usus, mengidentifikasi sumber perdarahan yang mungkin tidak terlihat oleh anoskopi atau sigmoidoskopi, menemukan dan mengangkat polip (polipektomi), serta melakukan biopsi dari area yang mencurigakan.
- Indikasi: Sangat direkomendasikan jika ada faktor risiko kanker kolorektal (usia di atas 45-50 tahun, riwayat keluarga, IBD), gejala yang mengarah ke kondisi serius (perubahan kebiasaan BAB, penurunan berat badan, anemia), atau jika pemeriksaan awal tidak menemukan penyebab yang jelas.
d. Tes Darah
- Pemeriksaan Darah Lengkap (CBC): Untuk memeriksa anemia (kekurangan sel darah merah) yang bisa menjadi indikasi perdarahan kronis. Ini juga dapat mengidentifikasi tanda-tanda infeksi atau peradangan.
- Tes Koagulasi: Untuk menilai kemampuan darah membeku, terutama jika ada riwayat gangguan perdarahan atau penggunaan obat antikoagulan.
e. Tes Feses
- Tes Darah Samar Feses (Fecal Occult Blood Test/FOBT atau Fecal Immunochemical Test/FIT): Untuk mendeteksi darah yang tidak terlihat oleh mata telanjang (mikroskopis) dalam feses. Ini sering digunakan sebagai skrining awal untuk kanker kolorektal.
- Kultur Feses: Untuk mencari infeksi bakteri atau parasit jika ada dugaan kolitis infektif.
- Tes Inflamasi Feses (misalnya, Fecal Calprotectin): Untuk mendeteksi peradangan usus, sering digunakan dalam diagnosis dan pemantauan penyakit radang usus (IBD).
f. Angiografi atau Kapsul Endoskopi
- Indikasi: Jarang digunakan dan biasanya hanya dipertimbangkan untuk kasus perdarahan saluran cerna yang sulit ditemukan sumbernya setelah pemeriksaan endoskopi rutin.
- Angiografi: Melibatkan penyuntikan pewarna kontras ke dalam pembuluh darah untuk mengidentifikasi pembuluh darah yang aktif berdarah.
- Kapsul Endoskopi: Pasien menelan kapsul kecil sekali pakai yang dilengkapi kamera, yang akan mengambil ribuan gambar saat melewati saluran cerna. Lebih sering digunakan untuk perdarahan di usus kecil, tetapi bisa membantu jika sumber perdarahan tidak ditemukan di kolon.
Melalui kombinasi pemeriksaan ini, dokter dapat menentukan penyebab pasti dari perdarahan menetes saat BAB. Diagnosis yang akurat adalah langkah pertama yang paling penting menuju rencana pengobatan yang efektif dan mencegah komplikasi di masa depan.
Pilihan Pengobatan Berdasarkan Penyebab
Pengobatan untuk BAB keluar darah menetes sangat bergantung pada diagnosis penyebab utamanya. Setelah penyebab ditemukan, dokter akan merekomendasikan terapi yang paling efektif dan sesuai dengan kondisi individu pasien, keparahan penyakit, dan faktor kesehatan lainnya.
1. Pengobatan Wasir (Hemoroid)
Tujuan utama pengobatan wasir adalah meredakan gejala, mengecilkan pembengkakan, dan mencegah kambuhnya kondisi tersebut. Pendekatan pengobatan bervariasi dari perubahan gaya hidup sederhana hingga prosedur bedah.
- Perubahan Gaya Hidup dan Diet: Ini adalah lini pertama pengobatan untuk wasir derajat ringan dan pencegahan. Meliputi peningkatan asupan serat (dari buah, sayur, biji-bijian) dan cairan (air putih), hindari mengejan berlebihan saat BAB, jangan menunda BAB, dan batasi waktu duduk di toilet. Mandi air hangat (sitz bath) juga dapat meredakan nyeri dan bengkak.
- Obat-obatan Topikal dan Oral:
- Krim, Salep, atau Supositoria: Yang mengandung kortikosteroid (untuk mengurangi peradangan dan gatal), anestesi lokal (untuk meredakan nyeri), atau agen pelindung (untuk membentuk lapisan pelindung).
- Obat Oral: Pelunak feses (misalnya docusate sodium, laktulosa) untuk mencegah sembelit, atau obat anti-inflamasi (NSAID) untuk mengurangi nyeri dan peradangan.
- Suplemen Flavonoid: Beberapa studi menunjukkan manfaat dari suplemen flavonoid untuk memperkuat dinding pembuluh darah.
- Prosedur Non-Bedah (Office Procedures): Untuk wasir internal derajat II dan III.
- Ligasi Pita Karet (Rubber Band Ligation): Prosedur paling umum untuk wasir internal. Dokter menempatkan pita karet kecil di dasar wasir internal, memotong suplai darahnya. Wasir kemudian mengering dan lepas dalam waktu semingga atau dua minggu.
- Skleroterapi: Menyuntikkan larutan kimia (sklerosan) ke dalam wasir untuk mengecilkannya dan mengeraskan jaringannya, menyebabkan wasir menyusut.
- Koagulasi Inframerah (Infrared Coagulation/IRC): Menggunakan panas dari sinar inframerah untuk mengeraskan dan mengecilkan wasir internal kecil.
- Koagulasi Bipolar atau Laser: Mirip dengan IRC, menggunakan energi panas untuk mengecilkan wasir.
- Bedah (Hemoroidektomi): Pengangkatan wasir secara bedah biasanya dilakukan untuk kasus wasir derajat IV, wasir yang parah, berulang, atau tidak merespons pengobatan lain. Ada beberapa teknik, termasuk hemoroidektomi konvensional (pengangkatan jaringan wasir secara langsung) dan hemoroidektomi stapler (prosedur yang mengangkat jaringan wasir di atas garis dentata dan menarik wasir kembali ke dalam).
2. Pengobatan Fisura Ani
Pengobatan fisura ani bertujuan untuk meredakan nyeri, menyembuhkan robekan, dan mencegah kekambuhan. Ini sering melibatkan pelonggaran sfingter anus untuk meningkatkan aliran darah ke area luka.
- Pelunak Feses dan Peningkatan Serat/Cairan: Ini adalah fondasi pengobatan. Memastikan feses lunak dan mudah dikeluarkan sangat penting untuk mencegah trauma lebih lanjut dan memungkinkan luka sembuh.
- Krim Topikal:
- Nitrogliserin (Glyceryl Trinitrate): Krim ini membantu merelaksasi otot sfingter anus dan meningkatkan aliran darah ke area luka, mempercepat penyembuhan. Efek samping bisa berupa sakit kepala.
- Calcium Channel Blockers (misalnya diltiazem atau nifedipine): Krim ini juga membantu merelaksasi otot sfingter anus, mengurangi spasme dan meningkatkan penyembuhan.
- Anestesi Lokal (misalnya lidokain): Untuk meredakan nyeri sementara.
- Suntikan Botulinum Toxin (Botox): Ke sfingter internal untuk merelaksasinya, mengurangi spasme otot, dan membantu penyembuhan fisura kronis. Efeknya bersifat sementara (beberapa bulan).
- Sfingterotomi Lateral Internal: Prosedur bedah kecil untuk memotong sebagian kecil otot sfingter internal. Ini adalah pilihan yang sangat efektif untuk fisura ani kronis yang tidak merespons pengobatan non-bedah, dengan tingkat keberhasilan yang tinggi, meskipun ada risiko kecil inkontinensia feses.
3. Pengobatan Divertikulosis dan Divertikulitis
Penanganan kondisi divertikular bergantung pada apakah hanya terdapat kantong (divertikulosis) atau sudah terjadi peradangan (divertikulitis).
- Divertikulosis (tanpa gejala): Umumnya hanya memerlukan perubahan gaya hidup, terutama diet tinggi serat dan asupan cairan yang cukup untuk mencegah sembelit dan mengurangi tekanan di usus.
- Divertikulitis (peradangan):
- Antibiotik: Untuk mengobati infeksi bakteri yang menyebabkan peradangan.
- Diet Cair atau Rendah Serat: Selama fase akut untuk mengistirahatkan usus dan mengurangi iritasi. Secara bertahap akan kembali ke diet serat tinggi setelah gejala mereda.
- Manajemen Nyeri: Dengan obat pereda nyeri.
- Rawat Inap: Jika kondisinya parah (misalnya ada demam tinggi, nyeri hebat, atau komplikasi), dengan antibiotik intravena dan puasa.
- Pembedahan: Untuk komplikasi seperti abses yang tidak merespons drainase, fistula (saluran abnormal antar organ), obstruksi usus, perforasi (usus bocor), atau perdarahan divertikular yang tidak terkontrol. Operasi melibatkan pengangkatan bagian usus besar yang terkena.
4. Pengobatan Angiodisplasia
Pengobatan angiodisplasia berfokus pada penghentian perdarahan dan pencegahan kambuhnya perdarahan.
- Terapi Endoskopik: Menggunakan kolonoskopi untuk melakukan koagulasi (pembakaran), argón plasma koagulasi, atau electrocautery pada pembuluh darah yang berdarah untuk menutupnya. Ini adalah metode yang paling umum dan efektif.
- Obat-obatan: Dalam beberapa kasus, obat seperti hormon estrogen-progesteron (untuk memperkuat dinding pembuluh darah) atau octreotide (untuk mengurangi aliran darah splanknik) dapat dicoba, meskipun efektivitasnya bervariasi dan seringkali hanya bersifat sementara.
- Pembedahan: Reseksi bagian usus yang mengandung angiodisplasia mungkin diperlukan jika perdarahan tidak dapat dikontrol dengan metode lain, berulang kali terjadi, atau menyebabkan anemia parah yang sulit diobati.
5. Pengobatan Kolitis (Penyakit Radang Usus)
Pengobatan kolitis, terutama penyakit radang usus (IBD) seperti kolitis ulseratif dan penyakit Crohn, bersifat kompleks dan bertujuan untuk mengontrol peradangan, meredakan gejala, mencapai remisi, dan mencegah komplikasi.
- Obat Anti-inflamasi:
- Aminosalicylate (5-ASA): Seperti mesalamine atau sulfasalazine, adalah lini pertama untuk kolitis ulseratif ringan hingga sedang, bekerja mengurangi peradangan di usus besar.
- Kortikosteroid: Seperti prednison, digunakan untuk mengurangi peradangan akut yang parah dan menginduksi remisi, namun tidak direkomendasikan untuk penggunaan jangka panjang karena efek samping.
- Imunosupresan: Obat-obatan seperti azathioprine, merkaptopurin, atau methotrexate digunakan untuk menekan respons imun tubuh yang berlebihan yang menyebabkan peradangan. Ini sering digunakan untuk mempertahankan remisi dan mengurangi ketergantungan pada kortikosteroid.
- Agen Biologis (Biologics): Merupakan terapi yang lebih baru yang menargetkan protein spesifik dalam sistem kekebalan yang menyebabkan peradangan. Contohnya termasuk anti-TNF (infliximab, adalimumab), anti-integrin (vedolizumab), dan anti-IL-12/23 (ustekinumab). Digunakan untuk kasus sedang hingga parah yang tidak merespons pengobatan lain.
- Small Molecule Inhibitors: Obat-obatan yang menargetkan jalur sinyal intraseluler yang terlibat dalam peradangan, seperti tofacitinib.
- Pembedahan: Dalam kasus kolitis ulseratif yang parah, resisten terhadap pengobatan, atau mengalami komplikasi (seperti megakolon toksik atau displasia/kanker), operasi pengangkatan usus besar (kolektomi) mungkin diperlukan. Untuk penyakit Crohn, operasi lebih sering dilakukan untuk mengatasi komplikasi lokal seperti striktur (penyempitan), fistula, atau abses, daripada untuk menyembuhkan penyakitnya.
6. Pengobatan Polip dan Kanker Kolorektal
Pengobatan polip bertujuan untuk mencegah kanker, sedangkan pengobatan kanker kolorektal bersifat multimodal, tergantung pada stadium dan penyebaran kanker.
- Polipektomi: Pengangkatan polip selama kolonoskopi. Ini adalah prosedur pencegahan kanker yang sangat efektif karena sebagian besar kanker kolorektal berkembang dari polip adenoma. Polip kecil dapat diangkat dengan biopsi forcep, sementara polip yang lebih besar membutuhkan snares elektrokoagulasi.
- Pembedahan (Kolektomi): Untuk kanker kolorektal, pembedahan adalah terapi utama. Dokter bedah akan mengangkat bagian usus besar yang mengandung tumor kanker (kolektomi parsial) bersama dengan kelenjar getah bening di sekitarnya. Pembedahan dapat dilakukan secara terbuka atau laparoskopi. Untuk kanker rektum, mungkin diperlukan prosedur yang lebih kompleks.
- Kemoterapi: Penggunaan obat-obatan untuk membunuh sel kanker. Dapat diberikan setelah operasi (adjuvan) untuk mengurangi risiko kekambuhan, sebelum operasi (neo-adjuvan) untuk mengecilkan tumor, atau sebagai pengobatan utama untuk kanker yang telah menyebar (metastasis).
- Radioterapi: Penggunaan radiasi energi tinggi untuk membunuh sel kanker. Sering digunakan untuk kanker rektum, baik sebelum operasi (untuk mengecilkan tumor dan mempermudah pengangkatan) atau setelah operasi (untuk membunuh sisa sel kanker).
- Terapi Target: Obat-obatan yang menargetkan karakteristik spesifik sel kanker (misalnya, pertumbuhan atau jalur sinyal tertentu). Ini sering digunakan untuk kanker stadium lanjut.
- Imunoterapi: Pengobatan yang meningkatkan kemampuan sistem kekebalan tubuh pasien untuk mengenali dan menyerang sel kanker. Ini adalah pilihan yang menjanjikan untuk subset pasien dengan kanker kolorektal tertentu.
7. Pengobatan Proktitis dan Infeksi
- Proktitis: Pengobatan ditujukan pada penyebab dasarnya. Misalnya, antibiotik untuk infeksi bakteri, antivirus untuk infeksi virus, obat anti-inflamasi (oral, topikal, atau enema) untuk IBD, atau perubahan regimen radiasi jika itu penyebabnya. Jika terkait dengan alergi makanan, menghindari alergen adalah kuncinya.
- Infeksi Saluran Cerna: Pengobatan tergantung pada patogen penyebab.
- Antibiotik: Untuk infeksi bakteri (misalnya, ciprofloxacin untuk Salmonella/Shigella, metronidazole untuk C. difficile).
- Antiparasit: Untuk infeksi parasit (misalnya, metronidazole untuk Entamoeba histolytica).
- Antivirus: Jarang digunakan untuk gastroenteritis virus, lebih pada kasus virus tertentu seperti CMV atau HSV.
- Rehidrasi: Sangat penting untuk mengatasi dehidrasi akibat diare dan muntah.
- Obat Simtomatik: Antiemetik untuk mual/muntah, tetapi antidiare harus digunakan dengan hati-hati jika ada dugaan infeksi bakteri invasif.
Penting untuk diingat bahwa setiap rencana pengobatan harus disesuaikan dengan kondisi individu pasien, keparahan penyakit, dan faktor kesehatan lainnya. Selalu konsultasikan dengan dokter Anda untuk mendapatkan diagnosis yang akurat dan rekomendasi pengobatan terbaik.
Pencegahan dan Perubahan Gaya Hidup
Meskipun tidak semua penyebab BAB keluar darah menetes dapat dicegah, banyak kondisi umum seperti wasir dan fisura ani dapat diminimalisir risikonya dengan menerapkan gaya hidup sehat. Lebih jauh lagi, perubahan gaya hidup juga berperan penting dalam mengurangi risiko kondisi serius seperti divertikulitis dan bahkan kanker kolorektal. Mengadopsi kebiasaan sehat adalah investasi jangka panjang untuk kesehatan pencernaan Anda secara keseluruhan.
1. Konsumsi Diet Kaya Serat
Serat adalah komponen penting dalam diet yang tidak dapat dicerna oleh tubuh, tetapi sangat vital untuk kesehatan pencernaan. Ada dua jenis serat: serat larut dan serat tidak larut, dan keduanya penting.
- Meningkatkan Asupan Serat: Makan banyak buah-buahan, sayuran, biji-bijian utuh (roti gandum, nasi merah, oatmeal), dan kacang-kacangan secara teratur.
- Serat Larut: Ditemukan dalam oat, kacang polong, kacang-kacangan, apel, jeruk, wortel. Serat ini larut dalam air membentuk zat seperti gel, yang membantu melunakkan feses.
- Serat Tidak Larut: Ditemukan dalam gandum utuh, kulit buah dan sayuran, serta kacang-kacangan. Serat ini menambah massa pada feses, mempercepat pergerakan makanan melalui saluran pencernaan.
- Manfaat Serat: Serat membantu melunakkan feses dan meningkatkan volumenya, sehingga lebih mudah melewati usus dan mencegah sembelit. Dengan feses yang lunak dan mudah dikeluarkan, tekanan saat BAB berkurang drastis, mengurangi risiko wasir dan fisura ani.
- Suplemen Serat: Jika sulit mendapatkan cukup serat dari makanan, suplemen seperti psyllium (misalnya Metamucil) atau methylcellulose (misalnya Citrucel) dapat membantu. Namun, penting untuk memulai dengan dosis rendah dan meningkatkannya secara bertahap, serta harus selalu dikonsumsi dengan banyak air untuk menghindari sembelit yang justru memburuk.
2. Cukupi Cairan
Hidrasi yang memadai adalah kunci untuk menjaga feses tetap lunak dan mencegah sembelit.
- Minum air putih yang cukup (sekitar 8 gelas 2 liter per hari atau lebih, tergantung aktivitas fisik dan iklim) sangat penting. Cairan membantu serat bekerja lebih efektif dengan menyerap air dan membentuk feses yang lebih lembut dan mudah dikeluarkan. Kekurangan cairan dapat menyebabkan feses menjadi keras dan kering, yang memperburuk sembelit dan meningkatkan risiko trauma saat BAB.
- Hindari minuman manis berlebihan, dan batasi asupan kafein dan alkohol karena keduanya dapat bersifat diuretik, yang berarti mereka dapat meningkatkan kehilangan cairan tubuh dan berkontribusi pada dehidrasi.
3. Hindari Mengejan Berlebihan Saat BAB
Mengejan kuat atau berlebihan saat buang air besar adalah salah satu pemicu utama wasir dan fisura ani.
- Tekanan yang meningkat di area rektum dan anus saat mengejan dapat menyebabkan pembuluh darah membengkak atau pecah, dan juga merobek lapisan anoderm. Cobalah untuk rileks dan biarkan proses BAB terjadi secara alami. Jika Anda merasa perlu mengejan, berarti feses Anda mungkin terlalu keras atau Anda belum siap untuk BAB.
4. Jangan Menunda BAB
Merespons dorongan untuk BAB dengan segera adalah kebiasaan penting untuk kesehatan pencernaan.
- Menunda BAB dapat menyebabkan feses menjadi lebih keras dan kering karena usus besar terus menyerap air dari feses. Ini membuat feses lebih sulit dikeluarkan dan meningkatkan risiko sembelit serta trauma saat BAB berikutnya.
5. Olahraga Teratur
Aktivitas fisik adalah stimulan alami untuk usus.
- Olahraga teratur membantu merangsang kontraksi otot-otot usus (peristaltik), yang penting untuk pergerakan feses yang sehat dan mencegah sembelit. Usahakan untuk melakukan aktivitas fisik intensitas sedang setidaknya 30 menit, sebagian besar hari dalam seminggu. Ini tidak harus olahraga berat; berjalan kaki cepat, bersepeda, atau berenang sudah cukup.
6. Jaga Berat Badan Ideal
Kelebihan berat badan dapat memberikan tekanan tambahan pada area panggul.
- Obesitas dapat meningkatkan tekanan pada pembuluh darah di rektum dan anus, berkontribusi pada perkembangan wasir. Menjaga berat badan yang sehat melalui diet seimbang dan olahraga dapat mengurangi risiko ini.
7. Hindari Duduk Terlalu Lama di Toilet
Kebiasaan membaca buku atau menggunakan ponsel saat di toilet bisa memperburuk kondisi.
- Meskipun tergoda, duduk terlalu lama di toilet dapat meningkatkan tekanan pada pembuluh darah di sekitar anus karena gravitasi dan posisi duduk yang statis. Ini juga dapat memperparah wasir. Usahakan untuk menyelesaikan BAB dalam waktu kurang dari 5-10 menit.
8. Konsumsi Probiotik (Jika Diperlukan)
Keseimbangan mikroflora usus sangat penting untuk pencernaan yang sehat.
- Probiotik adalah bakteri baik yang dapat membantu menjaga keseimbangan mikroorganisme dalam usus. Ini bisa bermanfaat bagi beberapa orang, terutama mereka yang rentan terhadap diare, sembelit, atau memiliki riwayat gangguan pencernaan, dengan membantu menjaga fungsi usus yang optimal. Probiotik dapat ditemukan dalam makanan fermentasi (yogurt, kefir, tempe) atau suplemen.
9. Pentingnya Skrining Rutin
Untuk deteksi dini kondisi serius, skrining adalah pencegahan terbaik.
- Bagi individu dengan faktor risiko (misalnya, riwayat keluarga kanker kolorektal atau IBD) atau yang berusia di atas 45-50 tahun, skrining rutin seperti kolonoskopi sangat penting. Kolonoskopi memungkinkan dokter untuk mendeteksi dan mengangkat polip prakanker atau kanker kolorektal pada tahap awal, bahkan sebelum gejala perdarahan muncul, sehingga sangat meningkatkan peluang kesembuhan.
Dengan menerapkan perubahan gaya hidup ini secara konsisten, Anda dapat secara signifikan mengurangi risiko mengalami BAB keluar darah menetes dan menjaga kesehatan saluran pencernaan Anda secara optimal untuk jangka panjang.
Kunci Pencegahan: Hidrasi, Serat, dan Aktivitas Fisik.
Kesimpulan
BAB keluar darah menetes adalah gejala yang tidak boleh diabaikan, betapapun sedikitnya darah yang terlihat. Meskipun dalam banyak kasus penyebabnya adalah kondisi jinak yang relatif mudah diobati, seperti wasir atau fisura ani, gejala ini juga bisa menjadi pertanda awal dari kondisi medis yang lebih serius, termasuk polip prakanker atau bahkan kanker kolorektal. Mengasumsikan bahwa perdarahan hanyalah "wasir biasa" tanpa evaluasi medis dapat menunda diagnosis dan pengobatan kondisi yang berpotensi mengancam jiwa. Kunci utamanya adalah tidak menunda untuk mencari evaluasi medis segera setelah Anda menyadari adanya perdarahan saat buang air besar.
Profesional kesehatan dapat melakukan pemeriksaan yang diperlukan, mulai dari anamnesis dan pemeriksaan fisik hingga prosedur endoskopi seperti kolonoskopi, untuk mendiagnosis penyebab pastinya. Dengan diagnosis yang akurat, dokter dapat merekomendasikan dan memulai penanganan yang paling tepat, yang bisa berkisar dari perubahan gaya hidup dan obat-obatan hingga prosedur non-bedah atau operasi, tergantung pada kondisi yang mendasari. Deteksi dini sangat penting, terutama untuk kondisi seperti kanker kolorektal, di mana intervensi awal secara signifikan meningkatkan peluang kesembuhan.
Ingatlah bahwa tubuh Anda seringkali memberikan sinyal ketika ada sesuatu yang tidak beres. Perdarahan, sekecil apa pun itu, adalah salah satu sinyal penting tersebut yang memerlukan perhatian serius. Dengan bersikap proaktif dalam mencari bantuan medis, Anda tidak hanya dapat mengobati masalah yang ada tetapi juga berpotensi mencegah komplikasi yang lebih serius di masa depan. Kesehatan saluran pencernaan adalah komponen vital dari kesejahteraan Anda secara keseluruhan, jadi berikan perhatian yang layak dan jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter jika Anda mengalami gejala BAB keluar darah menetes.