Fenomena air sumur yang terasa asin, padahal lokasinya berada jauh dari pesisir pantai, seringkali menimbulkan pertanyaan dan kebingungan. Banyak orang beranggapan bahwa rasa asin pada air hanya berasal dari kedekatan dengan laut. Namun, realitas geologis di bawah permukaan bumi jauh lebih kompleks. Ada berbagai faktor yang dapat menyebabkan air sumur di daerah pedalaman sekalipun memiliki kadar garam yang tinggi.
Salah satu penyebab utama air sumur menjadi asin meskipun jauh dari laut adalah interaksi air tanah dengan formasi batuan di bawah permukaan. Beberapa jenis batuan, terutama batuan sedimen yang terbentuk di lingkungan laut purba, mengandung konsentrasi garam mineral yang tinggi. Ketika air hujan meresap ke dalam tanah dan menjadi air tanah, ia akan mengalir dan melarutkan mineral-mineral tersebut. Proses pelarutan ini, yang dikenal sebagai 'leaching', secara bertahap melepaskan ion-ion garam (seperti natrium dan klorida) ke dalam air tanah, sehingga meningkatkan salinitasnya.
Bayangkan air tanah seperti sungai bawah tanah yang perlahan-lahan mengalir. Di sepanjang alirannya, jika melewati lapisan batuan yang kaya garam terlarut, air tersebut akan menyerap garam tersebut. Seiring waktu, akumulasi garam dalam air tanah bisa mencapai tingkat yang signifikan, bahkan jika sumur tersebut berjarak ratusan kilometer dari samudra.
Selain batuan yang kaya garam, keberadaan lapisan endapan garam (evaporites) di bawah permukaan bumi juga menjadi kontributor penting. Endapan garam ini biasanya terbentuk dari penguapan badan air asin di masa lalu, seperti laut atau danau garam yang mengering. Seiring dengan proses geologis jutaan tahun, lapisan garam ini bisa terkubur di bawah lapisan tanah dan batuan lainnya.
Ketika air tanah mengalir melalui atau di dekat lapisan garam ini, ia akan melarutkan garam tersebut dalam jumlah besar. Semakin dekat air tanah dengan deposit garam ini, semakin tinggi pula kadar garam dalam air. Fenomena ini sering terjadi di daerah-daerah yang dulunya merupakan dasar laut atau memiliki sejarah geologis yang melibatkan badan air asin yang luas.
Dalam beberapa kasus, aktivitas geotermal juga dapat berkontribusi pada rasa asin air sumur. Sumber air panas bumi yang naik ke permukaan atau berinteraksi dengan sistem air tanah dapat membawa mineral terlarut, termasuk garam, dari kedalaman bumi. Air yang dipanaskan memiliki kemampuan melarutkan mineral yang lebih tinggi dibandingkan air dingin. Jika pergerakan air panas bumi ini terhubung dengan akuifer air tawar yang digunakan untuk sumur, maka air sumur pun bisa terkontaminasi dengan garam.
Meskipun jarang terjadi di daerah pedalaman yang jauh dari laut, terkadang ada sumber air asin lain yang bisa mengontaminasi akuifer air tawar. Ini bisa berupa aliran air asin dari formasi geologis yang berbeda, atau bahkan kebocoran dari pipa atau reservoir air asin yang digunakan untuk keperluan industri. Namun, skenario ini biasanya lebih spesifik dan lokasinya bisa diidentifikasi.
Fenomena lain yang menarik adalah keberadaan "air asin purba" atau 'paleo-saline water'. Ini adalah air asin yang terperangkap di dalam formasi geologis sejak zaman purba, seringkali dari laut purba yang kini sudah tidak ada. Air ini sangat tua dan sudah terisolasi dari siklus air tawar modern. Jika akuifer air tawar berdekatan atau bercampur dengan kantong-kantong air asin purba ini, maka air sumur bisa terasa asin.
Jadi, rasa asin pada air sumur yang jauh dari laut bukanlah sebuah anomali yang tidak dapat dijelaskan. Ini adalah bukti dari sejarah geologis bumi yang kaya dan kompleks. Interaksi air tanah dengan batuan yang mengandung garam, keberadaan endapan garam bawah tanah, aktivitas geotermal, dan bahkan jejak air asin purba, semuanya bisa menjadi penyebab mengapa sumur di daratan pun bisa menghasilkan air yang terasa asin.
Jika Anda mengalami masalah air sumur asin di daerah yang jauh dari laut, langkah selanjutnya adalah melakukan uji laboratorium terhadap sampel air tersebut. Hasil analisis akan membantu mengidentifikasi konsentrasi garam dan mineral lainnya, serta memberikan petunjuk mengenai penyebab spesifiknya. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang geologi lokal, solusi untuk mengatasi masalah ini, seperti metode penyaringan atau pencarian sumber air lain, dapat ditemukan.
Artikel ini menjelaskan fenomena geologis alamiah.