Fenomena air laut yang asin adalah salah satu keajaiban alam yang telah lama menjadi objek penelitian dan perenungan. Bagi umat Islam, penjelasan mengenai fenomena alam sering kali dapat ditemukan dalam ayat-ayat Al-Qur'an, kitab suci yang diyakini sebagai petunjuk dari Allah SWT. Pertanyaan mendasar mengenai mengapa air laut memiliki rasa asin mendapatkan dimensi tersendiri ketika dilihat dari kacamata ajaran Islam.
Al-Qur'an mengajarkan bahwa segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah SWT memiliki tujuan dan hikmah di baliknya. Penciptaan alam semesta, termasuk lautan, adalah bukti kekuasaan dan kebijaksanaan-Nya. Tidak ada ciptaan yang sia-sia atau tanpa makna. Keberadaan air laut yang asin pun tidak luput dari pengaturan ilahi yang menyimpan berbagai manfaat dan fungsi bagi kehidupan di bumi.
Meskipun Al-Qur'an tidak secara eksplisit menyebutkan penjelasan ilmiah modern tentang kadar garam dalam air laut, ia memberikan gambaran tentang proses alam yang terjadi. Dalam beberapa ayat, Allah SWT menyebutkan tentang penciptaan gunung, sungai, dan lautan sebagai satu kesatuan ekosistem yang saling terhubung. Teori ilmiah yang berkembang saat ini menjelaskan bahwa air laut menjadi asin akibat akumulasi mineral dan garam yang terbawa dari daratan melalui aliran sungai selama jutaan tahun. Batuan di daratan mengandung berbagai jenis garam dan mineral. Ketika hujan turun dan membentuk aliran sungai, air tersebut melarutkan mineral-mineral tersebut dan membawanya ke laut. Setiap tahun, sejumlah besar garam dan mineral terakumulasi di lautan, sementara air laut sendiri menguap untuk membentuk awan, meninggalkan garam dan mineralnya di lautan. Proses ini terus berlanjut, menjadikan air laut semakin asin seiring waktu.
"Dan Dia adalah Tuhan yang membiarkan dua laut mengalir berdampingan; yang ini tawar lagi segar (dapat diminum) dan yang lain asin lagi pahit; (padahal) Dia menjadikan keduanya pembatas dan larangan yang terpelihara." (QS. Al-Furqan: 53)
Ayat di atas memberikan penekanan pada dua jenis air yang berbeda namun diciptakan oleh Allah SWT: air tawar dan air asin. Perbedaan ini bukanlah kebetulan, melainkan sebuah pengaturan yang memiliki fungsi. Allah SWT secara tegas menyatakan bahwa Dia menjadikan keduanya sebagai pembatas dan larangan yang terpelihara. Hal ini mengisyaratkan adanya keseimbangan ekosistem yang dijaga oleh perbedaan sifat air tersebut.
Keasinan air laut ternyata memiliki peran krusial bagi kehidupan di bumi. Keberadaan garam dalam kadar tertentu dalam air laut membantu menjaga keseimbangan osmotik pada organisme laut, memungkinkan mereka bertahan hidup dan berkembang biak. Tanpa kadar garam yang tepat, banyak ekosistem laut akan terganggu.
Selain itu, air laut yang asin juga berperan dalam pengaturan iklim global. Lautan menyerap sejumlah besar karbon dioksida dari atmosfer, membantu mengurangi efek rumah kaca. Arus laut yang dipengaruhi oleh perbedaan suhu dan salinitasnya juga mendistribusikan panas ke seluruh dunia, sehingga memengaruhi pola cuaca dan iklim.
Dari penjelasan Al-Qur'an dan sains yang saling melengkapi, kita dapat mengambil banyak pelajaran. Pertama, keajaiban alam, termasuk keasinan air laut, adalah bukti kekuasaan dan kebijaksanaan Allah SWT. Kedua, penciptaan alam semesta sangat teratur dan memiliki tujuan. Ketiga, perbedaan sifat air tawar dan air asin memiliki fungsi vital bagi keseimbangan ekosistem. Merenungkan fenomena ini seharusnya meningkatkan keimanan kita dan mendorong kita untuk lebih bersyukur serta menjaga kelestarian alam yang telah dianugerahkan.
Al-Qur'an, sebagai firman Allah, tidak hanya berisi tuntunan ibadah, tetapi juga panduan dalam memahami alam semesta. Setiap fenomena alam yang dijelaskan, secara implisit maupun eksplisit, mengandung pelajaran berharga bagi manusia yang mau merenung dan mengamatinya. Keasinan air laut adalah salah satu contoh bagaimana kebesaran Allah dapat terlihat dalam detail-detail terkecil sekalipun, mengingatkan kita akan keteraturan yang sempurna dalam ciptaan-Nya.