Impetigo adalah infeksi kulit menular yang sangat umum terjadi, terutama pada anak-anak. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri, biasanya Staphylococcus aureus atau Streptococcus pyogenes. Meskipun sering terlihat ringan, impetigo memerlukan perhatian medis yang tepat karena sifatnya yang mudah menyebar dan berpotensi menimbulkan komplikasi jika tidak diobati. Kunci utama dalam manajemen impetigo adalah penggunaan antibiotik yang sesuai.
Apa Itu Impetigo dan Mengapa Antibiotik Penting?
Impetigo ditandai dengan munculnya ruam merah yang dengan cepat berkembang menjadi lepuh berisi cairan atau nanah. Setelah pecah, lesi ini biasanya meninggalkan kerak berwarna kuning madu yang khas. Ada dua jenis utama: impetigo krustosa (paling umum) dan impetigo bulosa (lepuh yang lebih besar).
Karena penyebab dasarnya adalah infeksi bakteri, pengobatan harus bersifat antimikroba. Penggunaan antibiotik berfungsi untuk membunuh bakteri penyebab infeksi, mencegah penyebarannya ke area kulit lain, menghentikan penularan kepada orang lain, dan yang terpenting, menghindari komplikasi serius seperti selulitis atau, dalam kasus yang jarang terjadi akibat infeksi streptokokus, glomerulonefritis pasca-streptokokus.
Pilihan Antibiotik untuk Impetigo
Jenis antibiotik yang diresepkan dokter bergantung pada tingkat keparahan infeksi dan apakah bakteri yang terlibat resisten terhadap obat tertentu. Secara umum, pengobatan dibagi menjadi dua kategori utama: topikal (oles) dan oral (minum).
1. Antibiotik Topikal (Salep)
Untuk kasus impetigo yang ringan dan terlokalisasi (hanya beberapa lesi kecil), dokter biasanya akan meresepkan antibiotik oles.
- Mupirocin (Pseudomonic Acid): Ini adalah salah satu pilihan paling umum. Mupirocin sangat efektif melawan Staphylococcus aureus, termasuk strain yang resisten terhadap metisilin (MRSA) dalam beberapa kasus. Salep ini dioleskan langsung ke lesi beberapa kali sehari.
- Asam Fusidat: Pilihan lain yang juga sering digunakan untuk infeksi kulit ringan.
Pengobatan topikal biasanya dilakukan selama 5 hingga 10 hari. Kebersihan area yang terinfeksi sangat penting selama masa pengobatan topikal ini.
2. Antibiotik Oral (Sistemik)
Jika impetigo meluas, melibatkan banyak area, atau jika terdapat tanda-tanda infeksi yang lebih dalam (seperti demam atau pembengkakan kelenjar getah bening), antibiotik oral diperlukan.
- Untuk Suspek Staph/Strep: Antibiotik seperti turunan penisilin (misalnya, Cefalexin, jika dicurigai ada alergi penisilin) atau Macrolides (seperti Azithromycin) sering diresepkan.
- Jika ada kecurigaan MRSA: Dokter mungkin memilih antibiotik yang lebih kuat yang efektif melawan MRSA, tergantung pada protokol lokal dan tingkat keparahan.
Durasi pengobatan oral biasanya berkisar antara 7 hingga 10 hari. Sangat penting bagi pasien untuk menyelesaikan seluruh dosis antibiotik yang diresepkan, bahkan jika ruam tampak hilang setelah beberapa hari. Menghentikan pengobatan terlalu cepat dapat menyebabkan infeksi kembali atau bakteri menjadi resisten.
Peran Kebersihan dalam Mengatasi Resistensi Antibiotik
Penggunaan antibiotik yang tidak tepat adalah pendorong utama resistensi antimikroba. Oleh karena itu, pengobatan impetigo tidak hanya tentang obat, tetapi juga tentang pencegahan penyebaran bakteri.
Selain mengonsumsi obat sesuai anjuran, langkah-langkah kebersihan berikut harus diterapkan secara ketat selama masa pengobatan:
- Mencuci tangan secara teratur dengan sabun dan air.
- Menjaga kulit yang terinfeksi tetap bersih dan kering.
- Menghindari menggaruk atau menyentuh lesi.
- Mencuci pakaian, seprai, dan handuk yang terkontaminasi dengan air panas.
- Menutup luka dengan perban steril sampai sembuh total.
Kapan Harus Kembali ke Dokter?
Meskipun sebagian besar kasus impetigo merespons baik terhadap antibiotik dalam waktu beberapa hari, ada situasi di mana pemeriksaan lanjutan diperlukan. Jika dalam 3-5 hari pengobatan tidak ada perbaikan yang terlihat, atau jika gejala memburuk (misalnya, demam tinggi, nyeri hebat, atau pembengkakan menyebar), ini bisa menandakan bahwa bakteri resisten terhadap obat yang diresepkan, atau infeksi telah menyebar menjadi selulitis. Dokter perlu mengevaluasi ulang dan mungkin mengubah jenis atau dosis antibiotik.