Batuk rejan, atau dikenal juga sebagai pertusis, adalah infeksi pernapasan yang sangat menular disebabkan oleh bakteri bernama Bordetella pertussis. Meskipun sering dianggap sebagai penyakit masa kanak-kanak, batuk rejan tetap menjadi ancaman serius bagi bayi yang belum lengkap imunisasinya dan juga bisa menyerang orang dewasa yang kekebalannya mulai menurun.
Ciri khas dari penyakit ini adalah serangan batuk paroksismal yang intens, di mana penderita mengalami kesulitan menarik napas setelah serangkaian batuk cepat, menghasilkan suara "rejan" atau seperti ringkikan ayam saat menghirup udara. Serangan ini seringkali memburuk pada malam hari dan dapat sangat melelahkan, bahkan menyebabkan muntah pada kasus yang parah.
Ilustrasi sederhana infeksi bakteri pada saluran pernapasan.
Meskipun batuk rejan seringkali sembuh dengan sendirinya setelah beberapa minggu atau bulan, pengobatan dini menggunakan antibiotik sangat penting, terutama untuk mencegah penyebaran infeksi dan mengurangi keparahan gejala pada kelompok rentan.
Pengobatan batuk rejan antibiotik paling efektif jika dimulai pada tahap awal infeksi, yaitu saat penderita masih mengalami gejala batuk ringan (fase kataral) atau sebelum batuk paroksismal dimulai. Pemberian antibiotik pada fase ini memiliki dua tujuan utama:
Antibiotik yang paling sering diresepkan untuk batuk rejan adalah golongan makrolida. Pilihan utama biasanya meliputi:
Penting untuk dicatat bahwa antibiotik hanya efektif membunuh bakteri penyebab. Setelah fase batuk kejang (paroksismal) dimulai, antibiotik mungkin tidak banyak membantu mengurangi frekuensi atau intensitas batuk itu sendiri, karena batuk yang tersisa disebabkan oleh kerusakan jaringan paru yang diakibatkan oleh toksin bakteri yang telah dilepaskan sebelumnya.
Selain mengobati orang yang sakit, antibiotik juga diberikan secara profilaksis (pencegahan) kepada individu yang memiliki kontak erat dengan penderita, terutama jika kontak tersebut adalah bayi di bawah usia 12 bulan yang belum divaksinasi lengkap, atau orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Pada bayi, batuk rejan bisa berakibat fatal. Pemberian antibiotik profilaksis bertujuan untuk memastikan bahwa bakteri tidak sempat berkembang biak secara signifikan pada orang sehat di sekitar pasien, sehingga memutus rantai penularan di lingkungan rumah tangga atau komunitas.
Jika pasien alergi terhadap makrolida, dokter mungkin akan mempertimbangkan antibiotik dari kelompok lain, seperti trimetoprim-sulfametoksazol. Namun, pemilihan harus selalu berdasarkan pertimbangan medis mengenai usia pasien, status alergi, dan tingkat keparahan penyakit.
Meskipun artikel ini berfokus pada pengobatan menggunakan batuk rejan antibiotik, pencegahan terbaik adalah vaksinasi. Vaksin DTP (atau Tdap untuk remaja/dewasa) efektif dalam melindungi dari pertusis. Vaksin tidak selalu mencegah infeksi sepenuhnya, tetapi secara signifikan mengurangi risiko penyakit parah dan komplikasi yang mengancam jiwa, terutama pada bayi.
Jika Anda atau anggota keluarga mengalami batuk yang tidak membaik, disertai kelelahan ekstrem atau suara "rejan" yang khas, segera konsultasikan dengan profesional kesehatan untuk diagnosis dan penanganan antibiotik yang tepat waktu.