Dalam konteks keuangan negara, terutama bagi negara-negara yang memiliki kedekatan historis dan linguistik seperti Malaysia dan Indonesia, beberapa istilah kunci seringkali memiliki akar kata yang sama namun penerjemahan atau penggunaannya dapat sedikit bervariasi. Salah satu istilah yang paling fundamental dalam tata kelola fiskal adalah APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) di Indonesia. Pertanyaan yang sering muncul adalah: bagaimana istilah ini diterjemahkan atau dipahami jika merujuk pada konteks Melayu?
Asal Muasal Istilah Keuangan Serumpun
Bahasa Melayu adalah induk dari Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, ketika kita mencoba menerjemahkan atau memahami "APBN" dari perspektif Melayu, kita sebenarnya sedang menelusuri akar kata yang sama yang digunakan dalam penyusunan dokumen perencanaan keuangan publik di Malaysia.
Kata kunci di sini adalah APBN. Di Indonesia, singkatan ini merujuk pada dokumen resmi yang memuat proyeksi pendapatan (penerimaan) dan alokasi belanja (pengeluaran) pemerintah pusat selama satu tahun anggaran. Jika kita menguraikannya ke dalam Bahasa Melayu baku atau yang digunakan dalam konteks administrasi Malaysia, kita akan menemukan padanan yang sangat mirip.
Terjemahan Langsung: APBN dari Perspektif Melayu
Jika kita menerjemahkan APBN secara harfiah dari akronim Indonesianya ke dalam Bahasa Melayu yang setara, hasilnya adalah:
- Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Indonesia)
- Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Malaysia/Melayu, konsep yang sama)
Pada dasarnya, terminologi dasarnya tidak berubah signifikan karena kedua negara menggunakan basis bahasa yang sama. Namun, perlu dicatat bahwa di Malaysia, dokumen resmi yang serupa lebih sering disebut sebagai Bajet. Kata Bajet (Budget) ini merupakan serapan yang sudah sangat umum digunakan dalam literatur resmi keuangan Malaysia. Meskipun demikian, deskripsi lengkapnya—Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara—tetap memiliki makna yang identik dengan apa yang dimaksud dengan APBN di Indonesia.
Perbedaan Nuansa: APBN vs. Bajet
Meskipun substansi perencanaan fiskal antara APBN Indonesia dan Bajet Malaysia serupa (mencakup proyeksi penerimaan pajak, non-pajak, pendapatan negara, serta alokasi untuk kementerian/lembaga dan transfer ke daerah), perbedaan utamanya terletak pada terminologi yang paling sering digunakan dalam wacana publik dan legislatif.
Di Indonesia, penggunaan APBN sangat mengakar, sering dibahas oleh parlemen (DPR) dan menjadi subjek utama dalam berita ekonomi. Di sisi lain, istilah Bajet cenderung lebih sering terdengar di Malaysia, meskipun penjelasan formalnya tetap merujuk pada konsep anggaran tahunan negara. Penerjemahan "APBN adalah" dari sudut pandang Melayu sangat bergantung pada konteks formalitasnya. Jika dalam konteks akademis atau perbandingan hukum fiskal, terjemahannya adalah literal. Jika dalam konteks percakapan sehari-hari atau berita Malaysia, Bajet adalah padanan fungsionalnya.
Komponen Kunci yang Sama
Dua komponen utama yang membentuk APBN di Indonesia—Pendapatan (Penerimaan) dan Belanja (Pengeluaran)—juga merupakan inti dari dokumen anggaran di Malaysia.
- Pendapatan Negara: Meliputi pendapatan dari pajak (seperti PPN, PPh) dan non-pajak (seperti dividen BUMN, royalti). Dalam bahasa Melayu, ini diterjemahkan sebagai Hasil Kerajaan atau Pendapatan Negara.
- Belanja Negara: Ini adalah alokasi dana untuk operasional pemerintahan, pembangunan infrastruktur, dan transfer ke daerah. Padanan Melayunya adalah Perbelanjaan Kerajaan.
Intinya, ketika kita mencari terjemahan "APBN adalah dari Melayu", kita menemukan bahwa filosofi dan struktur dokumen perencanaan keuangan publik ini sangat konsisten di kedua negara serumpun ini. Perbedaannya lebih bersifat leksikal (pilihan kata yang lebih populer dalam wacana nasional) daripada perbedaan konseptual mendasar mengenai apa itu anggaran negara tahunan. Memahami kemiripan ini memudahkan komunikasi dan analisis kebijakan fiskal lintas batas negara-negara ASEAN yang berbahasa Melayu.
Kesimpulannya, APBN dalam konteks Melayu memiliki padanan langsung secara struktural sebagai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, meskipun dalam praktik sehari-hari di Malaysia, kata Bajet seringkali lebih dominan digunakan untuk merujuk pada dokumen yang sama fungsinya.