Antropologi sosial budaya adalah cabang ilmu antropologi yang secara khusus mengkaji masyarakat manusia dan budaya yang dihasilkannya, baik di masa lalu maupun masa kini. Ilmu ini berusaha memahami bagaimana manusia hidup bersama, bagaimana mereka mengatur kehidupan sosial mereka, serta bagaimana makna, nilai, dan praktik-praktik budaya membentuk cara pandang dan perilaku mereka.
Berbeda dengan sosiologi yang cenderung fokus pada masyarakat industri modern, antropologi sosial budaya memiliki tradisi panjang dalam mempelajari kelompok-kelompok non-Barat atau masyarakat yang dianggap 'lain'. Namun, seiring perkembangan zaman, fokus kajian telah meluas mencakup fenomena kontemporer seperti globalisasi, migrasi, identitas digital, dan konflik antarbudaya di masyarakat perkotaan sekalipun. Tujuannya adalah memberikan deskripsi (etnografi) dan analisis komparatif terhadap keberagaman eksistensi manusia.
Dua pilar utama dalam studi ini adalah konsep 'masyarakat' dan 'budaya'. Masyarakat merujuk pada sekelompok orang yang hidup bersama dalam suatu wilayah tertentu, memiliki keteraturan sosial, dan saling berinteraksi. Sementara itu, budaya adalah totalitas dari cara hidup yang dipelajari, diwariskan, dan dibagikan oleh anggota masyarakat tersebut. Budaya mencakup sistem kepercayaan, norma, nilai, bahasa, teknologi, seni, dan institusi sosial.
Antropolog menekankan bahwa budaya tidak diwariskan secara biologis, melainkan dipelajari melalui proses sosialisasi. Pemahaman terhadap budaya ini memerlukan perspektif holistik, di mana setiap aspek kehidupan (ekonomi, politik, agama) saling terkait dan harus dipahami dalam konteksnya sendiri.
Metode penelitian yang menjadi ciri khas antropologi sosial budaya adalah etnografi. Etnografi bukan sekadar laporan penelitian, melainkan proses mendalam yang melibatkan dua komponen utama:
Melalui proses ini, antropolog berusaha mendekati konsep relativisme budaya—yaitu, memahami praktik budaya tertentu tanpa menghakimi berdasarkan standar budaya peneliti sendiri. Relativisme budaya adalah alat metodologis penting untuk menghindari etnosentrisme.
Di era globalisasi, di mana batas-batas negara semakin kabur dan interaksi antarbudaya terjadi secara konstan, pemahaman antropologis menjadi sangat krusial. Antropologi sosial budaya membantu kita:
Dengan mempelajari bagaimana orang lain menyusun realitas mereka, kita tidak hanya memahami 'mereka' tetapi juga merefleksikan kembali bagaimana 'kita' sebagai masyarakat telah terbentuk. Pengantar antropologi sosial budaya membuka gerbang untuk menghargai kompleksitas inheren dalam pengalaman manusia.