Dalam lautan kehidupan yang terkadang bergelombang, manusia seringkali mencari pegangan, sumber kekuatan, dan penerang hati. Salah satu ungkapan spiritual yang telah meresap dalam jiwa banyak umat Islam adalah "Khobbiri" (خَبِّرْنِي). Frasa ini, yang secara harfiah berarti "kabarkan aku" atau "beritahu aku," dalam konteks spiritual seringkali diartikan sebagai permohonan kepada Allah SWT untuk diberitahu tentang keindahan cinta-Nya, ketenangan hadir-Nya, dan petunjuk-Nya. Lirik syair "Khobbiri" menjadi media ekspresi kerinduan yang mendalam, sebuah dialog batin antara hamba dengan Sang Pencipta.
Syair-syair yang menyertai ungkapan "Khobbiri" biasanya kaya akan metafora dan perumpamaan yang menggugah rasa. Ia bukan sekadar untaian kata, melainkan sebuah doa yang menjelma menjadi lantunan rasa. Permohonan untuk "diberitahu" ini mengindikasikan keinginan untuk lebih mengenal Allah, merasakan kedekatan-Nya, dan memahami lebih dalam kebesaran serta kasih sayang-Nya. Ini adalah pengakuan atas keterbatasan diri sebagai hamba, yang selalu membutuhkan bimbingan dan pencerahan dari Sang Maha Mengetahui.
Ketika seseorang melantunkan atau merenungkan lirik "Khobbiri," ia sedang membuka pintu komunikasi spiritual yang lebih intim. Ada harapan agar Allah membisikkan kebenaran-Nya ke dalam hati, menerangi kegelapan jiwa dengan cahaya makrifat, dan menuntun langkah di jalan yang lurus. Lirik-lirik tersebut seringkali menggambarkan keindahan ciptaan-Nya sebagai tanda-tanda kekuasaan-Nya, seperti keagungan langit, luasnya samudra, atau ketenangan malam. Semua itu menjadi pengingat akan Sang Maha Pencipta yang tak terhingga.
Lebih dari sekadar permintaan informasi, "Khobbiri" adalah bentuk penyerahan diri dan ketundukan total. Ia menyiratkan kesiapan untuk menerima apa pun yang Allah berikan, baik itu kenikmatan maupun ujian. Dengan memohon untuk "diberitahu," hamba menunjukkan kerendahan hati dan kepercayaan bahwa Allah memiliki rencana terbaik dan hikmah di balik setiap ketetapan-Nya. Lirik-lirik ini membangkitkan perasaan syukur atas nikmat yang telah diberikan, sekaligus memohon kekuatan untuk menghadapi cobaan.
Ya Rabbi, Khobbiri... beritahu aku tentang cinta-Mu
Yang tenggelamkan segala risau dan ragu
Tunjukkan padaku cahaya wajah-Mu yang teduh
Agar jiwaku temukan dermaga yang utuh
Dengarlah rintihan kalbuku yang merindu
Pada pangkuan rahmat-Mu, aku berlabuh
Ajari aku sabar, ajari aku tabah
Saat badai kehidupan menerpa dan merambah
Bukan harta yang kucari, bukan pula tahta
Namun kedekatan-Mu, itulah yang berharga
Khobbiri, berikan aku petunjuk-Mu yang jernih
Agar langkahku teguh, tak pernah tersesat dan letih
Lirik syair "Khobbiri" memiliki daya tarik tersendiri yang membuatnya populer di berbagai kalangan. Keindahan bahasanya yang puitis, makna spiritual yang mendalam, dan melodi yang syahdu seringkali diangkat dalam berbagai bentuk, mulai dari lantunan nasyid, qasidah, hingga sholawat. Keberadaannya memberikan ruang bagi umat Muslim untuk mengekspresikan kecintaan, kerinduan, dan harapan mereka kepada Allah SWT dengan cara yang lebih personal dan emosional.
Bagi banyak orang, merenungkan lirik "Khobbiri" adalah ritual spiritual yang menenangkan. Di tengah hiruk pikuk dunia modern yang seringkali membuat jiwa merasa asing, syair ini menjadi oase yang menyegarkan. Ia mengingatkan kembali akan esensi keberadaan diri, yaitu sebagai hamba yang lemah di hadapan Sang Maha Kuasa, namun juga penuh harapan akan rahmat dan ampunan-Nya. Lirik ini mengajarkan untuk senantiasa memohon pertolongan dan bimbingan, serta mensyukuri setiap nikmat yang diberikan.
Syair "Khobbiri" bukan hanya sekadar ungkapan keindahan kata-kata, tetapi juga cerminan dari perjalanan spiritual setiap individu. Ia adalah pengingat bahwa di setiap fase kehidupan, kerinduan kepada Sang Pencipta adalah sumber kekuatan yang tak pernah padam. Melalui lirik ini, kita diajak untuk terus memperbaiki diri, mendekatkan diri kepada Allah, dan menemukan ketenangan sejati dalam dekapan cinta-Nya yang tak terbatas.