Lirik Lagu Fourtwnty "Mangu" dan Mendalami Maknanya

Lagu "Mangu" dari Fourtwnty telah mencuri hati banyak pendengar dengan melodi yang syahdu dan lirik yang puitis. Lagu ini bukan sekadar rangkaian kata yang indah, melainkan sebuah cerminan perasaan yang mendalam, terutama tentang keraguan dan pencarian jati diri di tengah ketidakpastian.

Tentang Fourtwnty

Fourtwnty, grup musik yang dikenal dengan gaya musik folk-pop dan lirik-liriknya yang sarat makna, selalu berhasil menyentuh emosi pendengarnya. Mereka kerap mengangkat tema-tema universal seperti cinta, kehidupan, persahabatan, dan pergulatan batin. "Mangu" adalah salah satu karya mereka yang paling dikenang, yang mengundang pendengar untuk merenung.

Lirik Lagu "Mangu"

Berikut adalah lirik lengkap dari lagu "Mangu":

(Verse 1)
Sejak ku menyadari
Diriku tak pandai apa-apa
Dan telah membuang waktu
Menunggu sesuatu

(Pre-Chorus)
Sungguh aku ini masih mangu
Mangu dalam pandang mata orang
Bahkan kaupun tak tahu apa yang kuharapkan

(Chorus)
Ku ingin ku tahu saja
Kapan semua kan terjadi
Ku ingin ku tahu saja
Dimana ku bisa mengakhiri

(Verse 2)
Mungkin ku belum sadari
Apa yang harus ku coba
Dan telah terlanjur lama
Menunggu dan terdiam

(Pre-Chorus)
Sungguh aku ini masih mangu
Mangu dalam pandang mata orang
Bahkan kaupun tak tahu apa yang kuharapkan

(Chorus)
Ku ingin ku tahu saja
Kapan semua kan terjadi
Ku ingin ku tahu saja
Dimana ku bisa mengakhiri

(Bridge)
Mangu, mangu, mangu
Aku masih mangu
Mangu, mangu, mangu
Aku masih mangu

(Outro)
Oleh karena ku tak punya arah
Ku punya kelemahan
Tak pernah jadi harapan
Oleh karena ku tak punya arah
Ku punya kelemahan
Tak pernah jadi harapan

Makna Mendalam di Balik Lirik "Mangu"

Judul lagu "Mangu" sendiri berasal dari bahasa Sunda yang berarti "bodoh" atau "kikuk". Namun, dalam konteks lirik ini, kata "mangu" dimaknai lebih dalam sebagai perasaan bingung, ragu, tidak tahu arah, dan kurangnya pemahaman tentang diri sendiri maupun tujuan hidup. Lirik-lagu seperti "Sejak ku menyadari / Diriku tak pandai apa-apa" dan "Mungkin ku belum sadari / Apa yang harus ku coba" menggambarkan sebuah fase introspeksi diri yang jujur, di mana seseorang merasa tertinggal atau belum menemukan jati dirinya.

Perasaan "mangu" ini seringkali diperparah oleh pandangan orang lain. "Mangu dalam pandang mata orang" menunjukkan adanya kesadaran bahwa diri sendiri mungkin terlihat tidak kompeten atau tidak memiliki pencapaian yang berarti di mata masyarakat. Ditambah lagi, "Bahkan kaupun tak tahu apa yang kuharapkan" mengisyaratkan kesulitan dalam mengkomunikasikan impian atau keinginan terdalam, bahkan kepada orang terdekat.

Bagian chorus, "Ku ingin ku tahu saja / Kapan semua kan terjadi / Ku ingin ku tahu saja / Dimana ku bisa mengakhiri," menyuarakan kerinduan yang kuat akan kepastian. Sang penyanyi ingin mengetahui kapan kebuntuan ini akan berakhir dan ke mana ia harus melangkah untuk menemukan akhir dari pencarian dan kebingungannya. Ini adalah jeritan hati yang mendambakan pencerahan dan arahan.

Jembatan lagu yang berulang kali menyebut "Mangu" menegaskan kejujuran dan penerimaan terhadap keadaan diri yang masih belum pasti. Ini bukan berarti pasrah sepenuhnya, melainkan sebuah pengakuan atas perjuangan internal yang sedang dihadapi. Empat baris terakhir di outro, "Oleh karena ku tak punya arah / Ku punya kelemahan / Tak pernah jadi harapan," menjadi penutup yang kuat, merangkum akar dari kegalauan tersebut: ketiadaan arah dan rasa kurang percaya diri yang membuat seseorang merasa belum mampu menjadi sumber harapan bagi dirinya sendiri maupun orang lain.

Secara keseluruhan, "Mangu" adalah lagu yang sangat relasional. Banyak orang, terutama pada fase awal pendewasaan atau ketika menghadapi perubahan besar dalam hidup, akan menemukan resonansi emosional dalam lirik ini. Lagu ini mengingatkan kita bahwa perasaan bingung dan ragu adalah bagian dari perjalanan manusia, dan kejujuran dalam mengakui perasaan tersebut adalah langkah pertama untuk menemukan jalan keluar dan akhirnya, sebuah kepastian.

🏠 Homepage