Lagu dengan nuansa romantis selalu memiliki tempat spesial di hati para pendengar. Terlebih lagi ketika liriknya mampu menyentuh relung hati terdalam, menggambarkan kehangatan, kasih sayang, dan rasa rindu yang mendalam. Salah satu lagu yang berhasil menangkap esensi ini adalah "Ayang-Ayang Gotho". Lagu ini, dengan melodi yang lembut dan lirik yang puitis, seolah mengajak kita untuk merasakan manisnya sebuah hubungan yang penuh perhatian dan kemesraan.
"Ayang-Ayang Gotho" merupakan ungkapan cinta yang sederhana namun sarat makna. Kata "ayang" sendiri dalam bahasa Indonesia sudah identik dengan panggilan mesra kepada orang terkasih. Penambahan "-ayang" dan akhiran "gotho" (yang dalam konteks bahasa Jawa bisa diartikan sebagai "saja" atau penekanan) memberikan kesan kelekatan, keberadaan satu sama lain yang tak terpisahkan, dan keinginan untuk selalu bersama. Lagu ini bercerita tentang kerinduan seorang kekasih yang merindukan kehadiran pasangannya, menginginkan sentuhan dan perhatian yang selalu ada.
Dalam setiap baitnya, "Ayang-Ayang Gotho" mengungkapkan perasaan yang begitu tulus dan mendalam. Frasa "Ayo ayang, ayo kene / Ayo ayang, nyanding aku wae" adalah sebuah ajakan mesra untuk selalu dekat, untuk berada di sisi sang kekasih. Ini menunjukkan betapa pentingnya kehadiran fisik dan emosional dari pasangan.
Bagian "Kangen iki nganti nglara" secara jelas menggambarkan rasa rindu yang begitu hebat, sampai-sampai menimbulkan rasa sakit. Ini adalah bukti nyata betapa sang penyanyi sangat bergantung pada kehadiran pasangannya, dan betapa kosongnya hidupnya ketika sang pujaan hati tidak ada di sampingnya. Lirik ini juga diperkuat dengan "Ayang-ayang gotho / Tresnamu dadi jogo". "Jogo" dalam bahasa Jawa berarti penjaga. Ini menyiratkan bahwa cinta sang kekasih menjadi pelindung, penguat, dan jangkar bagi hati sang penyanyi. Cinta tersebut adalah sumber kekuatan dan ketenangan.
Pengulangan frasa "Atiku mung kanggo riko / Ojo ninggal aku lungo" kembali menegaskan kesetiaan dan permohonan agar tidak ditinggalkan. Ini adalah janji hati yang hanya tertuju pada satu orang dan harapan agar hubungan ini terus terjaga.
Bagian reffrein, "Sun tresnani, sun sayangi / Kowe siji-sijine neng ati", adalah pernyataan cinta yang paling otentik. "Sun tresnani" dan "sun sayangi" adalah ungkapan "aku cinta dan aku sayang" dalam bahasa Jawa yang sangat romantis. Penegasan bahwa sang kekasih adalah "siji-sijine neng ati" (satu-satunya di hati) menunjukkan kedalaman dan eksklusivitas cinta tersebut. Meskipun diakui ada "akeh godaan teko" (banyak godaan datang), sang penyanyi tetap teguh pada pendiriannya untuk setia menunggu. Ini adalah kekuatan cinta yang mampu menghadapi cobaan.
Lebih lanjut, lirik "Ora popo dewekan saiki / Asal engko iso kumpul bali" menunjukkan kesiapan untuk menerima jarak atau keadaan yang membuat terpisah sementara. Pengorbanan ini dilakukan demi harapan masa depan yang lebih baik, yaitu "merajut kisah katresnan suci / Neng ngarsane gusti sing moho suci". Bait ini menambahkan dimensi spiritual pada cinta yang dijalin, menunjukkan bahwa hubungan ini didasari pada nilai-nilai kesucian dan harapan akan restu Ilahi.
Secara keseluruhan, "Ayang-Ayang Gotho" bukan sekadar lagu cinta biasa. Ia adalah potret kerinduan, kesetiaan, dan harapan yang diungkapkan dengan bahasa yang sederhana namun sangat menyentuh. Lagu ini mengingatkan kita akan pentingnya kehadiran orang terkasih, kekuatan cinta yang tulus, dan bagaimana ungkapan "ayang-ayang" bisa memiliki makna yang begitu dalam.