Dalam tradisi Islam, terutama di kalangan masyarakat yang akrab dengan kesenian Islami seperti hadroh, shalawat merupakan bagian tak terpisahkan dari ekspresi kecintaan dan penghormatan kepada junjungan alam, Nabi Muhammad SAW. Salah satu bacaan shalawat yang paling umum dan menyentuh hati adalah "Assalamualaik". Pengucapan salam ini bukan sekadar untaian kata, melainkan sebuah bentuk penghormatan tulus yang merangkai hati para penabuh hadroh dengan sang pembawa risalah Islam.
Kesenian hadroh, dengan irama tabuhan rebana yang khas, seringkali mengiringi pembacaan shalawat, termasuk lirik "Assalamualaik". Melodi yang syahdu dan lirik yang penuh makna menciptakan suasana spiritual yang mendalam. Bagi banyak orang, mendengarkan atau melantunkan lirik ini membawa ketenangan batin, mengingatkan pada kebesaran Rasulullah SAW, serta membangkitkan semangat untuk meneladani akhlak mulianya.
Lirik "Assalamualaik" secara harfiah berarti "Salam sejahtera atasmu". Dalam konteks shalawat, ungkapan ini ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW. Lebih dari sekadar salam biasa, ini adalah bentuk pengakuan akan kedudukan beliau sebagai utusan Allah SWT, pemimpin umat, dan suri teladan terbaik bagi seluruh manusia. Pembacaan shalawat ini adalah cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui perantaraan Nabi-Nya, serta memohon syafaat di akhir kelak.
Shalawat "Assalamualaik" seringkali diiringi dengan variasi lirik lain yang semakin memperkaya maknanya. Beberapa versi mungkin menambahkan pujian atas perjuangan beliau dalam menyebarkan agama Islam, kesabaran dalam menghadapi ujian, serta kelembutan budi pekertinya. Setiap kalimat dalam lirik ini mengandung harapan agar umat Islam dapat meniru sebagian kecil dari kemuliaan beliau, sehingga mendapatkan keberkahan dan rahmat dari Allah SWT.
"Assalamualaik, ya Rasulallah"
"Assalamualaik, ya Habiballah"
"Assalamualaik, ya Nabiyallah"
"Shalawatullah 'alaik"
"Ya Robb bil musthofa balligh maqoshidana waghfir lana ma madho ya wasi'al karomi"
"Alhamdulillahirobbil 'alamin"
Kesenian hadroh sendiri memiliki sejarah panjang dalam penyebaran Islam. Berawal dari Timur Tengah, kesenian ini dibawa ke berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia, dan beradaptasi dengan budaya lokal. Penabuhan rebana yang ritmis, terkadang disertai dengan lantunan vokal merdu, menciptakan simfoni yang memukau. Kesenian ini tidak hanya hiburan semata, tetapi juga media dakwah yang efektif.
Melalui hadroh, pesan-pesan keagamaan, kisah perjuangan Nabi, dan pujian kepada Allah SWT serta Rasul-Nya dapat disampaikan kepada khalayak luas dengan cara yang menarik dan mudah diterima. Keterlibatan dalam kelompok hadroh juga menumbuhkan rasa kebersamaan, disiplin, dan kecintaan terhadap tradisi Islami di kalangan anggotanya.
Mendalami lirik "Assalamualaik" dan mengamalkannya dalam bentuk shalawat adalah cara yang sangat dianjurkan dalam Islam. Rasulullah SAW bersabda bahwa barangsiapa yang bershalawat kepadanya sekali, Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali. Manfaat spiritualnya pun beragam, mulai dari ketenangan jiwa, terhapusnya dosa, hingga dikabulkannya hajat.
Lebih jauh lagi, memaknai lirik "Assalamualaik" sebagai seruan untuk meneladani sifat-sifat mulia Rasulullah SAW adalah esensi sesungguhnya. Beliau dikenal dengan kejujuran, kelembutan, kasih sayang, dan kebijaksanaannya. Dengan meresapi makna shalawat ini, diharapkan umat Islam dapat termotivasi untuk menghadirkan nilai-nilai tersebut dalam setiap aspek kehidupan mereka, mulai dari interaksi keluarga, pekerjaan, hingga bermasyarakat.
Kekuatan dari lirik "Assalamualaik" terletak pada kesederhanaannya namun memiliki makna yang universal. Ini adalah pengakuan atas keberadaan dan jasa-jasa Rasulullah SAW, serta sebuah doa agar kita senantiasa berada dalam limpahan rahmat dan keberkahan-Nya. Dengan terus melantunkan shalawat ini, baik melalui lantunan merdu hadroh maupun dalam ibadah pribadi, kita semakin mempererat tali silaturahmi spiritual dengan junjungan kita, Nabi Muhammad SAW.