Di tengah hiruk pikuk konsumerisme, isu sampah kertas, terutama koran bekas, menjadi perhatian serius. Namun, di tangan para pengrajin kreatif, koran bekas tidak lagi dipandang sebagai limbah tak berharga. Mereka disulap menjadi kerajinan anyaman dari koran yang memukau, menawarkan solusi ekologis sekaligus estetis. Proses ini adalah perpaduan antara seni tradisional mendaur ulang dan inovasi kontemporer.
Anyaman koran bukan sekadar tren sesaat. Ia mewakili filosofi keberlanjutan (sustainability) yang kini digaungkan secara global. Dengan modal gulungan koran bekas dan sedikit lem, siapa pun dapat menciptakan berbagai benda fungsional maupun dekoratif, mulai dari keranjang belanja, tempat tisu, hingga hiasan dinding yang eksotis. Keunikan utama dari kerajinan ini terletak pada tekstur dan pola yang dihasilkan dari proses penggulungan dan penjalinan kertas yang presisi.
Langkah awal dalam membuat kerajinan anyaman dari koran adalah mengubah lembaran koran menjadi bahan baku yang kuat, yaitu "ranting" atau pipa kertas. Teknik ini memerlukan kesabaran. Koran digulung rapat-rapat menggunakan tusuk sate atau lidi sebagai pemandu, kemudian ujungnya direkatkan dengan lem putih. Kunci keberhasilan terletak pada kekencangan gulungan; semakin rapat, semakin kokoh hasil akhirnya.
Setelah pipa kertas dibuat dalam jumlah banyak, pengrajin mulai membentuk dasarnya. Bagian bawah seringkali dibuat menggunakan teknik kelopak atau teknik silang ganda untuk memastikan stabilitas. Dari dasar inilah, "kaki-kaki" atau batang tegak didirikan, menjadi kerangka tempat helai-helai kertas lainnya disilangkan atau dianyam. Pola anyaman yang diterapkan—seperti pola tik-tak-tong, pola bata, atau pola spiral—akan menentukan karakter akhir dari produk tersebut.
Seringkali muncul keraguan mengenai daya tahan kerajinan yang terbuat dari kertas. Namun, berkat proses pengolahan yang tepat, kerajinan anyaman koran memiliki ketahanan yang cukup baik terhadap beban ringan hingga sedang. Setelah selesai dianyam, produk harus melalui proses finishing yang krusial. Proses ini melibatkan pelapisan dengan beberapa lapis cat dasar (primer) atau campuran lem dan air untuk memberikan lapisan penguat dan anti-air.
Setelah mengering sempurna, lapisan akhir berupa cat akrilik aneka warna atau pernis (clear coat) diaplikasikan. Finishing ini tidak hanya memperindah tampilan—seringkali menyerupai rotan atau bambu alami—tetapi juga melindungi anyaman dari kelembaban udara. Hasilnya adalah objek yang tampak mewah, ringan, namun tetap ramah lingkungan karena bahan dasarnya adalah sampah yang berhasil dimanfaatkan kembali.
Kerajinan anyaman dari koran membuka peluang ekonomi yang signifikan bagi para pelaku UMKM, terutama di daerah pedesaan. Dengan sedikit pelatihan, ibu rumah tangga atau generasi muda bisa memproduksi barang bernilai jual tinggi hanya dengan memanfaatkan bahan baku yang sangat mudah didapatkan. Ini mendukung prinsip ekonomi sirkular, mengurangi volume sampah TPA, sekaligus menciptakan lapangan kerja mandiri.
Secara lingkungan, setiap keranjang atau vas bunga anyaman koran berarti ratusan lembar koran berhasil dialihkan dari tempat pembuangan akhir. Ini adalah kontribusi nyata terhadap pelestarian lingkungan. Kerajinan ini membuktikan bahwa kreativitas manusia mampu mengubah hal yang dianggap remeh menjadi sesuatu yang fungsional, indah, dan berkelanjutan bagi masa depan.