Merasakan dorongan untuk buang air kecil beberapa kali dalam semalam tentu bisa mengganggu kualitas tidur Anda. Kondisi ini, yang secara medis dikenal sebagai nokturia, adalah keluhan umum yang dialami banyak orang. Meskipun terkadang dianggap sebagai bagian normal dari penuaan, sering buang air kecil di malam hari bisa menjadi indikasi adanya masalah kesehatan yang perlu diperhatikan. Memahami penyebabnya adalah langkah awal untuk menemukan solusi yang tepat.
Ada berbagai macam faktor yang dapat menyebabkan seseorang lebih sering terbangun di malam hari untuk buang air kecil. Faktor-faktor ini bisa berasal dari kebiasaan sehari-hari, kondisi medis tertentu, atau bahkan efek samping dari pengobatan.
Ini adalah penyebab paling umum dan paling mudah diidentifikasi. Jika Anda terbiasa minum banyak air, teh, kopi, atau minuman berkafein lainnya menjelang tidur, kandung kemih Anda akan terisi lebih cepat. Kafein dan alkohol, khususnya, bersifat diuretik, artinya mereka mendorong ginjal untuk memproduksi lebih banyak urine. Mengurangi asupan cairan, terutama dua hingga tiga jam sebelum tidur, dapat sangat membantu.
Seiring bertambahnya usia, kemampuan ginjal untuk mengonsentrasikan urine cenderung menurun. Selain itu, produksi hormon antidiuretik (ADH) yang mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh juga dapat berubah. Pada wanita, perubahan hormonal selama menopause juga dapat memengaruhi fungsi kandung kemih.
ISK adalah peradangan pada saluran kemih yang disebabkan oleh bakteri. Gejala ISK tidak hanya meliputi rasa nyeri saat buang air kecil, tetapi juga dorongan untuk buang air kecil yang lebih sering, termasuk di malam hari. Jika Anda mengalami gejala lain seperti nyeri perut bagian bawah, demam, atau urine yang keruh, segera periksakan diri ke dokter.
Pada pria yang berusia di atas 50 tahun, pembesaran kelenjar prostat adalah penyebab umum dari masalah buang air kecil. Prostat yang membesar dapat menekan uretra, saluran yang mengalirkan urine dari kandung kemih keluar tubuh. Hal ini menyebabkan aliran urine menjadi lemah, rasa ingin buang air kecil yang mendesak, dan seringkali rasa tidak tuntas setelah buang air kecil, yang kemudian memicu nokturia.
Diabetes yang tidak terkontrol menyebabkan kadar gula darah tinggi. Tubuh mencoba mengeluarkan kelebihan gula melalui urine, sehingga ginjal bekerja lebih keras untuk menyaring dan membuangnya. Ini menghasilkan produksi urine yang lebih banyak dan sering, termasuk di malam hari. Jika Anda juga mengalami gejala lain seperti rasa haus berlebihan, sering lapar, dan kelelahan, sebaiknya periksakan diri ke dokter.
Dalam kasus gagal jantung, jantung tidak memompa darah seefisien seharusnya. Saat berbaring di malam hari, cairan yang menumpuk di kaki dapat kembali ke aliran darah, yang kemudian diproses oleh ginjal dan dikeluarkan sebagai urine. Nokturia bisa menjadi salah satu gejala awal gagal jantung.
Sleep apnea adalah kondisi di mana pernapasan seseorang terhenti berulang kali saat tidur. Kondisi ini dapat memicu pelepasan hormon yang meningkatkan produksi urine, serta seringkali membangunkan penderitanya, sehingga mereka lebih menyadari dorongan untuk buang air kecil.
Beberapa jenis obat, seperti diuretik (obat untuk menurunkan tekanan darah), litium, dan beberapa obat antidepresan, dapat meningkatkan frekuensi buang air kecil sebagai efek sampingnya.
Meskipun nokturia bisa disebabkan oleh hal-hal sederhana, penting untuk tidak mengabaikannya, terutama jika:
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, menanyakan riwayat kesehatan Anda, dan mungkin merekomendasikan tes urine, tes darah, atau studi fungsi kandung kemih untuk menentukan penyebab pasti dari nokturia yang Anda alami. Dengan diagnosis yang tepat, penanganan yang sesuai dapat dilakukan untuk mengembalikan tidur malam yang nyenyak.