Muntah adalah refleks perlindungan tubuh yang bertujuan mengeluarkan zat-zat yang berpotensi berbahaya dari lambung dan saluran cerna bagian atas. Sementara muntah cairan bening atau makanan yang baru dicerna seringkali tidak terlalu mengkhawatirkan, kemunculan warna kuning yang mencolok seringkali memicu kekhawatiran yang signifikan.
Warna kuning pada muntahan adalah indikasi yang sangat spesifik mengenai apa yang dikeluarkan oleh tubuh. Secara umum, warna kuning tersebut berasal dari cairan yang disebut empedu (bile). Empedu adalah cairan pencernaan yang vital, diproduksi oleh hati dan disimpan di kantung empedu. Ketika empedu bercampur dengan isi lambung dan dikeluarkan melalui mulut, muntahan akan tampak kuning, atau bahkan hijau kekuningan.
Munculnya muntah kuning secara inheren menandakan dua hal utama dalam fisiologi pencernaan:
Meskipun muntah kuning sesekali setelah serangan muntah hebat mungkin hanya menandakan pengosongan lambung, kasus yang persisten atau disertai gejala lain (nyeri parah, demam, kesulitan menelan) memerlukan perhatian medis serius karena dapat menjadi pertanda masalah kesehatan yang lebih kompleks dan mendalam, mulai dari gastritis kronis hingga obstruksi saluran cerna.
Untuk memahami mengapa muntah menjadi kuning, kita harus menyelami komposisi cairan empedu. Empedu adalah cairan kompleks berwarna hijau kekuningan hingga cokelat yang berfungsi sebagai surfaktan, membantu melarutkan lemak agar dapat diserap usus.
Warna kuning cerah atau kehijauan pada empedu berasal dari pigmen yang terbentuk dari pemecahan sel darah merah (eritrosit) yang sudah tua. Komponen utamanya meliputi:
Bilirubin adalah pigmen utama yang memberikan warna pada empedu. Ketika sel darah merah pecah (proses yang disebut hemolisis), hemoglobin dilepaskan dan diubah menjadi bilirubin tak terkonjugasi di limpa. Bilirubin ini kemudian dibawa ke hati. Di hati, bilirubin dikonjugasikan (dijadikan larut air) dan dikeluarkan sebagai bagian dari empedu. Bilirubin terkonjugasi inilah yang memberikan warna kuning atau oranye pada cairan empedu sebelum diubah lebih lanjut oleh bakteri usus menjadi urobilin (memberi warna urine) dan sterkobilin (memberi warna feses).
Garam empedu (asam empedu yang terkonjugasi) adalah komponen fungsional terpenting, tetapi tidak memberikan warna yang signifikan. Peran mereka adalah emulsi lemak. Tingginya konsentrasi garam empedu dalam muntahan seringkali menyebabkan rasa yang sangat pahit dan asam yang luar biasa di mulut.
Empedu juga terdiri dari kolesterol, fosfolipid, dan air. Jika terjadi ketidakseimbangan komposisi, misalnya terlalu banyak kolesterol, dapat terbentuk batu empedu (kolelitiasis).
Sistem biliaris adalah jalur kompleks tempat empedu bergerak. Hati memproduksi empedu secara konstan. Saat makanan tidak dikonsumsi, empedu disimpan dan dikentalkan di kantung empedu. Ketika makanan, terutama lemak, memasuki duodenum (bagian pertama usus halus), hormon kolesistokinin (CCK) dilepaskan, memicu kontraksi kantung empedu dan relaksasi sfingter Oddi. Sfinter Oddi adalah katup otot yang mengatur aliran empedu dan cairan pankreas ke dalam duodenum.
Muntah kuning terjadi ketika empedu yang seharusnya mengalir dari kantung empedu, melalui duodenum, menuju usus besar, malah 'berbalik arah' melawan mekanisme normal pencernaan, melewati katup pilorus, masuk ke lambung, dan kemudian dikeluarkan melalui esofagus.
Normalnya, ada sistem katup dan sfingter yang sangat efisien untuk memastikan isi perut bergerak satu arah: ke bawah. Ketika keseimbangan ini terganggu, refluks duodenogastrik (pergerakan isi duodenum kembali ke lambung) dapat terjadi, membawa serta empedu.
Katup pilorus adalah otot tebal yang berfungsi sebagai pintu gerbang antara lambung dan duodenum. Katup ini seharusnya hanya membuka sedikit untuk memungkinkan makanan yang dicerna sebagian (kimus) masuk ke usus halus, dan menutup rapat untuk mencegah isi usus kembali ke lambung.
Kegagalan fungsi pilorus dapat disebabkan oleh:
Ini adalah skenario paling umum dan seringkali paling tidak berbahaya. Ketika seseorang muntah berulang kali—misalnya karena keracunan makanan akut, migrain parah, atau mabuk perjalanan yang intens—lambung akan dikosongkan secara menyeluruh. Kontraksi otot muntah (retching) yang berlanjut pada lambung yang sudah kosong dapat menyebabkan katup pilorus terbuka secara paksa karena tekanan intra-abdomen yang ekstrem. Empedu yang baru saja dilepaskan ke duodenum kemudian akan ditarik mundur dan dikeluarkan.
Meskipun refluks empedu adalah penyebab langsung, kondisi yang mendasarinya bervariasi dari gangguan ringan sementara hingga kondisi bedah yang mengancam jiwa. Identifikasi gejala penyerta sangat penting.
Gastritis adalah peradangan pada lapisan lambung. Peradangan kronis dapat mengganggu motilitas lambung (gerakan normal lambung) dan fungsi katup pilorus. Ketika lambung meradang, ia mungkin menghasilkan lebih sedikit lendir pelindung dan mengalami kesulitan mengosongkan diri dengan benar.
Refluks Empedu dan Gastritis: Empedu, yang bersifat basa, sangat korosif terhadap dinding lambung (yang dirancang untuk menahan asam, bukan basa). Jika empedu berulang kali refluks, ia dapat memperburuk gastritis atau bahkan menyebabkan bentuk kronis yang dikenal sebagai Gastritis Refluks Empedu. Muntah kuning sering menjadi gejala saat peradangan mencapai puncaknya atau ketika lambung kosong karena pasien menghindari makan karena nyeri.
Gejala penyerta meliputi nyeri tumpul atau rasa terbakar di perut bagian atas (epigastrium), kembung, dan rasa cepat kenyang (early satiety).
Obstruksi usus adalah salah satu penyebab paling serius dari muntah kuning atau hijau kekuningan. Obstruksi terjadi ketika ada penyumbatan parsial atau total di usus halus. Penyumbatan ini bisa disebabkan oleh perlengketan (adhesi) dari operasi sebelumnya, hernia, tumor, atau penyakit inflamasi usus (seperti Penyakit Crohn).
Mekanisme: Ketika usus tersumbat, isi usus, termasuk cairan pankreas dan empedu, tidak dapat bergerak ke bawah. Tekanan menumpuk di belakang penyumbatan. Tekanan balik ini sangat kuat sehingga memaksa empedu dan isi usus kembali melalui duodenum, melewati pilorus, dan masuk ke lambung, yang kemudian dimuntahkan. Muntah akibat obstruksi seringkali sangat kuat (proyektil).
Gejala Kunci SBO:
Obstruksi usus memerlukan intervensi medis darurat.
Beberapa obat dan zat toksik dapat memicu muntah hebat dan berkepanjangan yang mengarah pada pengosongan lambung dan refluks empedu. Obat kemoterapi, opioid pada dosis tertentu, dan konsumsi alkohol berlebihan adalah pemicu umum. Alkohol, khususnya, mengiritasi lapisan lambung (gastritis alkoholik akut) dan memicu muntah hebat yang seringkali berakhir dengan pengeluaran empedu karena lambung telah kosong.
GERD terjadi ketika sfingter esofagus bagian bawah (LES) lemah, memungkinkan asam lambung naik ke kerongkongan. Meskipun GERD biasanya menyebabkan asam, GERD yang parah atau berkepanjangan dapat berinteraksi dengan refluks empedu. Beberapa pasien, terutama mereka yang telah menjalani operasi anti-refluks (misalnya fundoplikasi), mungkin mengalami peningkatan refluks empedu yang bukan disebabkan oleh asam, melainkan oleh tekanan mekanis.
Muntah kuning pada pasien GERD sering terjadi pada pagi hari, ketika lambung telah kosong sepanjang malam, dan tekanan refluks asam atau empedu memicu refleks muntah.
Peradangan kantung empedu (kolesistitis) atau adanya batu empedu (kolelitiasis) dapat mengganggu aliran empedu normal. Jika saluran empedu tersumbat sebagian oleh batu, ini dapat menyebabkan peningkatan tekanan dalam sistem biliaris. Meskipun biasanya ini menyebabkan sakit kuning (jaundice) dan nyeri hebat, gangguan aliran ini juga dapat secara tidak langsung mempengaruhi motilitas usus, menyebabkan mual, dan dalam kasus yang jarang, memicu episode muntah empedu.
Warna muntah memberikan petunjuk penting mengenai lokasi masalah dalam sistem pencernaan. Warna kuning biasanya menunjukkan keterlibatan duodenum dan empedu, namun penting untuk membedakannya dari warna lain.
Muntah bening (jernih) adalah cairan lambung atau air liur yang berlebihan, sering terjadi setelah muntah berkali-kali atau jika ada terlalu banyak minum air. Muntah putih berbusa seringkali merupakan hasil dari asam lambung bercampur udara, yang umum terjadi pada pasien dengan GERD parah atau mereka yang telah muntah berulang kali tanpa ada isi padat yang tersisa.
Warna hijau pada muntah menandakan konsentrasi empedu yang jauh lebih tinggi daripada kuning. Empedu murni memiliki warna hijau tua. Muntah hijau seringkali merupakan tanda yang lebih mengkhawatirkan daripada kuning karena mengindikasikan bahwa jumlah empedu yang mengalami refluks sangatlah besar, dan ini hampir selalu menjadi penanda serius obstruksi usus, terutama pada bayi dan anak kecil (di mana ini adalah kondisi darurat bedah).
Ini adalah tanda pendarahan saluran cerna dan selalu membutuhkan pertolongan medis darurat. Merah terang menandakan pendarahan segar di esofagus atau lambung (misalnya dari varises esofagus atau Sindrom Mallory-Weiss, robekan akibat muntah hebat). Muntah hitam atau seperti ampas kopi menunjukkan darah yang telah dicerna oleh asam lambung, menandakan pendarahan saluran cerna atas (misalnya tukak lambung yang berdarah).
Muntah yang sangat coklat dan berbau busuk, menyerupai feses, adalah tanda bahwa isinya berasal dari usus besar dan merupakan indikasi pasti dari obstruksi usus total atau parsial yang parah. Kondisi ini disebut muntah fekalen dan merupakan keadaan darurat medis.
Dengan demikian, warna kuning menempatkan masalah di area duodenum-pilorus. Ini adalah peringatan, tetapi mungkin bukan krisis segera seperti pendarahan atau muntah fekalen.
Beberapa faktor dapat membuat seseorang lebih rentan terhadap kondisi yang menyebabkan muntah kuning karena refluks empedu:
Pasien yang menjalani prosedur bedah lambung, seperti kolesistektomi (pengangkatan kantung empedu), gastrektomi, atau operasi penurunan berat badan (seperti bypass Roux-en-Y), memiliki risiko tinggi mengalami disfungsi pilorus, yang secara langsung meningkatkan risiko refluks empedu kronis dan muntah kuning berulang.
Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), seperti ibuprofen dan aspirin, dapat mengikis lapisan pelindung lambung, menyebabkan gastritis dan tukak. Peradangan kronis ini dapat merusak mekanisme katup pilorus, memicu refluks empedu.
Penyakit seperti diabetes yang tidak terkontrol dapat menyebabkan gastroparesis (kelumpuhan lambung), di mana pengosongan lambung sangat lambat. Meskipun ini biasanya menyebabkan muntah makanan yang belum dicerna, gangguan motilitas secara keseluruhan dapat juga mengganggu koordinasi pilorus, menyebabkan refluks balik empedu.
Muntah kuning bukan hanya gejala yang tidak nyaman; jika terjadi berulang kali atau dalam waktu lama, dapat menyebabkan komplikasi serius, baik akibat kehilangan cairan maupun akibat paparan empedu.
Ini adalah risiko paling umum dari muntah berkepanjangan. Kehilangan cairan dan elektrolit (natrium, kalium, klorida) yang cepat dapat menyebabkan kelemahan, pusing, tekanan darah rendah, dan dalam kasus parah, gagal ginjal atau disritmia jantung. Dehidrasi parah memerlukan rehidrasi intravena (IV).
Meskipun lambung dirancang untuk menahan asam, empedu bersifat basa dan dapat menyebabkan iritasi. Muntah berulang yang mengandung asam dan empedu sangat merusak kerongkongan, menyebabkan:
Cairan yang dimuntahkan sangat asam, diperparah dengan keberadaan empedu yang iritatif, dapat mengikis email gigi secara signifikan dari waktu ke waktu. Pasien dengan muntah kronis (seperti pada bulimia atau sindrom muntah siklik) sering menunjukkan erosi parah pada bagian belakang gigi.
Paparan empedu yang terus-menerus ke lapisan lambung dapat menyebabkan peradangan kronis dan kerusakan sel, yang sulit diobati dan sering memerlukan pengobatan jangka panjang untuk meredakan gejalanya.
Meskipun muntah kuning sekali karena lambung kosong mungkin bisa diobati di rumah, ada beberapa gejala yang menandakan bahwa muntah tersebut adalah manifestasi dari kondisi darurat yang membutuhkan intervensi profesional.
Jika muntah kuning terjadi secara teratur selama lebih dari seminggu—meskipun gejalanya tidak tampak darurat—hal ini memerlukan evaluasi oleh ahli gastroenterologi untuk mendiagnosis penyebab refluks empedu kronis, seperti gastritis refluks empedu atau disfungsi pilorus pasca operasi.
Ketika pasien datang dengan muntah kuning berulang, diagnosis berfokus pada penentuan apakah masalahnya adalah pengosongan lambung sederhana, refluks empedu kronis, atau obstruksi.
Dokter akan bertanya tentang riwayat bedah perut sebelumnya (penting untuk refluks pascaoperasi), riwayat penggunaan NSAID atau alkohol, dan pola gejala (apakah terjadi saat bangun tidur, setelah makan, atau hanya setelah muntah hebat).
Endoskopi Saluran Cerna Atas (EGD): Ini adalah alat diagnostik utama untuk refluks empedu. Dokter memasukkan selang fleksibel dengan kamera melalui mulut ke kerongkongan, lambung, dan duodenum. Dengan EGD, dokter dapat melihat:
ERCP (Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography): Prosedur yang lebih invasif yang digunakan jika dicurigai adanya masalah pada saluran empedu (misalnya, batu yang menyumbat saluran).
Dalam kasus yang rumit, tes seperti gastric emptying study atau manometri mungkin digunakan untuk menilai seberapa cepat lambung mengosongkan diri dan seberapa baik koordinasi otot sfingter bekerja.
Penanganan tergantung pada penyebab yang mendasari, mulai dari dukungan hidrasi hingga intervensi bedah.
Jika muntah kuning hanya terjadi sekali setelah serangan muntah hebat dan kondisi umum pasien baik:
Tujuan pengobatan adalah mengurangi jumlah empedu yang mengalami refluks dan melindungi lapisan lambung dari iritasi. Obat-obatan yang digunakan meliputi:
Bedah diindikasikan untuk kasus darurat (obstruksi) atau refluks empedu kronis yang parah dan tidak merespons pengobatan medis, terutama yang terjadi setelah operasi sebelumnya.
Mencegah muntah kuning berarti mengelola kondisi yang mendasarinya dan mengurangi faktor risiko yang berkontribusi pada refluks dan iritasi lambung.
Kelebihan berat badan meningkatkan tekanan intra-abdomen, yang dapat mendorong empedu dan asam naik. Penurunan berat badan yang sehat dapat meredakan gejala refluks. Selain itu, manajemen stres sangat penting karena stres dapat memperburuk gejala pencernaan dan mengganggu motilitas normal saluran cerna.
Jika pasien harus mengonsumsi NSAID secara teratur, mereka harus berkonsultasi dengan dokter untuk menambahkan obat pelindung lambung (PPI) untuk meminimalkan kerusakan mukosa yang dapat menyebabkan gastritis dan refluks pilorus.
Muntah kuning adalah sinyal tubuh yang menunjukkan bahwa sistem pencernaan Anda tidak bekerja sesuai jalur. Baik itu hanya akibat kelelahan otot setelah muntah hebat, atau indikasi obstruksi yang mengancam jiwa, penting untuk memahami asal muasal warna kuning tersebut—cairan empedu—dan mengambil langkah yang tepat untuk mengidentifikasi dan menangani akar penyebabnya.