Ilustrasi kucing dan tetesan urin

Kenapa Kucing Sering Buang Air Kecil?

Perilaku kucing yang sering buang air kecil bisa menjadi sumber kekhawatiran bagi pemiliknya. Ada berbagai alasan di balik frekuensi buang air kecil yang meningkat ini, mulai dari masalah medis hingga perubahan perilaku. Memahami penyebabnya adalah langkah pertama untuk memberikan penanganan yang tepat bagi sahabat berbulu Anda.

1. Infeksi Saluran Kemih (ISK)

Salah satu penyebab paling umum dari kucing yang sering buang air kecil adalah infeksi saluran kemih. Bakteri dapat menyerang kandung kemih dan saluran kemih, menyebabkan peradangan dan rasa sakit. Kucing yang terinfeksi ISK mungkin menunjukkan tanda-tanda seperti sering pergi ke kotak pasir tetapi hanya mengeluarkan sedikit urin, mengejan saat buang air kecil, atau bahkan menangis kesakitan. Urinnya juga bisa berbau lebih kuat atau mengandung darah.

2. Batu Kandung Kemih atau Kristal Urin

Mirip dengan ISK, batu kandung kemih atau kristal urin dapat mengiritasi lapisan kandung kemih dan menyumbat saluran kemih. Kondisi ini sangat menyakitkan dan dapat menyebabkan urgensi untuk buang air kecil. Jika penyumbatan terjadi, terutama pada kucing jantan, ini bisa menjadi keadaan darurat medis yang mengancam jiwa karena mereka mungkin tidak dapat mengeluarkan urin sama sekali. Gejalanya meliputi sering buang air kecil dalam jumlah sedikit, mengejan, menjilati area genital secara berlebihan, dan perilaku gelisah.

3. Diabetes Mellitus

Diabetes pada kucing dapat menyebabkan peningkatan rasa haus (polidipsia) dan peningkatan frekuensi buang air kecil (poliuria). Hal ini terjadi karena tubuh tidak dapat memproses glukosa dengan benar, sehingga ginjal bekerja lebih keras untuk mengeluarkan kelebihan gula melalui urin. Jika kucing Anda terlihat minum lebih banyak dari biasanya dan sering buang air kecil, ada baiknya memeriksakannya ke dokter hewan untuk kemungkinan diabetes.

4. Penyakit Ginjal Kronis (CKD)

Ginjal yang sehat berfungsi untuk menyaring limbah dari darah dan mengatur keseimbangan cairan tubuh. Pada kucing dengan penyakit ginjal kronis, fungsi ginjal menurun. Akibatnya, ginjal tidak dapat memekatkan urin secara efektif, sehingga kucing perlu mengeluarkan lebih banyak cairan untuk membuang limbah. Ini menyebabkan peningkatan buang air kecil dan rasa haus yang terus-menerus.

5. Hipertiroidisme

Kondisi ini sering terjadi pada kucing tua, di mana kelenjar tiroid memproduksi terlalu banyak hormon tiroid. Hormon tiroid mengatur metabolisme tubuh. Pada kucing hipertiroid, metabolisme meningkat, yang dapat menyebabkan peningkatan nafsu makan, penurunan berat badan, peningkatan aktivitas, dan juga peningkatan rasa haus serta frekuensi buang air kecil.

6. Stres dan Kecemasan

Kucing adalah makhluk yang sensitif terhadap lingkungan mereka. Perubahan besar dalam rumah tangga, seperti kedatangan anggota keluarga baru (manusia atau hewan peliharaan lain), pindah rumah, atau bahkan perubahan rutinitas, dapat menyebabkan stres dan kecemasan pada kucing. Stres dapat bermanifestasi dalam berbagai cara, termasuk perubahan kebiasaan buang air kecil. Kucing yang cemas mungkin mulai menandai wilayahnya dengan urin (semprotan), atau buang air kecil di luar kotak pasir.

7. Perubahan Lingkungan atau Kotak Pasir

Kucing memiliki preferensi yang kuat terhadap kebersihan dan lokasi kotak pasir mereka. Jika kotak pasir tidak dibersihkan secara teratur, ada terlalu sedikit kotak pasir untuk jumlah kucing di rumah, atau jika jenis pasir yang digunakan berubah, kucing mungkin enggan menggunakannya. Mereka mungkin kemudian memilih tempat lain untuk buang air kecil. Lokasi kotak pasir yang bising atau sering dilewati juga bisa membuat kucing merasa tidak aman.

8. Usia dan Kesehatan Umum

Seiring bertambahnya usia, kucing dapat mengalami penurunan fungsi organ atau masalah mobilitas. Kucing tua mungkin memiliki masalah persendian yang membuat sulit untuk masuk ke kotak pasir yang tinggi, atau mereka mungkin mengalami penurunan kontrol kandung kemih. Masalah kesehatan lain yang tidak terdiagnosis juga dapat berkontribusi pada perubahan pola buang air kecil.

Kapan Harus Khawatir dan Segera ke Dokter Hewan?

Jika Anda melihat salah satu dari tanda-tanda berikut, sangat penting untuk segera membawa kucing Anda ke dokter hewan:

Dokter hewan akan melakukan pemeriksaan fisik, tes urin, dan mungkin tes darah atau pencitraan untuk menentukan penyebab pasti dari seringnya kucing buang air kecil. Penanganan akan sangat bergantung pada diagnosis yang ditemukan. Jangan pernah mencoba mendiagnosis atau mengobati kucing Anda sendiri, karena banyak kondisi yang dapat menyebabkan seringnya buang air kecil bisa serius jika tidak ditangani dengan benar.

🏠 Homepage