Pengalaman menjalani operasi atau opname di rumah sakit seringkali meninggalkan jejak fisik dan mental. Salah satu keluhan yang paling umum dirasakan oleh pasien setelah keluar dari rumah sakit adalah rasa lemas di badan. Perasaan ini bisa sangat mengganggu aktivitas sehari-hari dan terkadang membuat pasien khawatir apakah kondisinya sudah pulih sepenuhnya. Namun, perlu dipahami bahwa rasa lemas pasca-opname adalah respons tubuh yang normal dan memiliki beberapa alasan medis yang mendasarinya.
Ada berbagai faktor yang berkontribusi terhadap kelemahan yang dirasakan setelah periode rawat inap. Memahami penyebab-penyebab ini dapat membantu pasien dan keluarga dalam mengelola proses pemulihan dengan lebih baik.
Selama opname, pasien biasanya menerima berbagai jenis obat, termasuk anestesi, penghilang rasa sakit (analgesik), antibiotik, dan obat-obatan lain sesuai kondisi medisnya. Anestesi, terutama yang digunakan selama prosedur bedah, dapat memengaruhi sistem saraf pusat dan menyebabkan rasa kantuk, pusing, serta kelemahan umum yang dapat bertahan selama beberapa hari. Obat penghilang rasa sakit opioid juga dikenal memiliki efek samping seperti sedasi, mual, dan konstipasi, yang semuanya dapat berkontribusi pada perasaan lemas.
Tubuh kita adalah mesin yang luar biasa, dan ketika mengalami cedera akibat operasi atau penyakit serius, ia akan memfokuskan sebagian besar energinya untuk proses penyembuhan. Proses regenerasi jaringan, perbaikan sel, dan pembentukan jaringan parut membutuhkan suplai energi yang signifikan. Energi ini diambil dari cadangan tubuh, yang dapat menyebabkan perasaan kelelahan dan kelemahan.
Menjalani prosedur medis, apalagi yang invasif seperti operasi, merupakan sumber stres yang besar bagi tubuh. Stres ini tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga emosional. Kecemasan mengenai kondisi kesehatan, rasa sakit, dan ketidakpastian masa depan dapat menguras energi mental dan fisik. Hormon stres seperti kortisol yang dilepaskan selama periode ini juga dapat memengaruhi metabolisme dan energi tubuh, menyebabkan kelelahan.
Selama opname, pasien seringkali dianjurkan untuk banyak beristirahat dan membatasi aktivitas fisik. Meskipun ini penting untuk penyembuhan awal, periode imobilisasi yang berkepanjangan dapat menyebabkan kehilangan massa otot (atrofi otot) dan penurunan kebugaran kardiovaskular. Akibatnya, ketika pasien mulai kembali beraktivitas, otot-otot mereka mungkin tidak sekuat sebelumnya, sehingga mudah lelah dan terasa lemas.
Kondisi sakit dan efek samping obat dapat memengaruhi nafsu makan. Beberapa pasien mungkin mengalami mual atau perubahan selera, yang menyebabkan asupan nutrisi berkurang. Kekurangan nutrisi penting, seperti protein, vitamin, dan mineral, dapat menghambat proses penyembuhan dan menyebabkan kelemahan. Selain itu, hidrasi yang tidak memadai juga dapat memengaruhi kadar energi dan kesejahteraan secara keseluruhan.
Meskipun rasa lemas itu normal, ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk mempercepat pemulihan dan mengembalikan energi:
Jika rasa lemas tidak kunjung membaik, disertai gejala lain yang mengkhawatirkan seperti demam tinggi, nyeri hebat, atau sesak napas, segera konsultasikan kembali dengan dokter Anda. Pemulihan adalah sebuah proses, dan kesabaran serta perawatan yang tepat akan membantu Anda kembali berenergi.