Ketika kita membayangkan Bumi, gambaran yang sering muncul di benak adalah sebuah bola yang sempurna. Namun, para ilmuwan telah lama mengetahui bahwa Bumi sebenarnya tidak bulat sempurna. Bentuknya lebih menyerupai geoid, sebuah istilah yang menggambarkan bentuk Bumi yang tidak beraturan namun rata-rata mengikuti permukaan laut rata-rata.
Pertanyaan fundamentalnya adalah: mengapa bentuk Bumi tidaklah sebuah bola matematis yang sempurna? Ada beberapa faktor utama yang berkontribusi pada kelainan bentuk Bumi ini, yang semuanya berakar pada fisika dasar dan sejarah pembentukan planet kita.
Ilustrasi sederhana yang menunjukkan Bumi yang sedikit pepat di kutub dan menggembung di ekuator karena rotasi.
Faktor paling signifikan yang membuat Bumi tidak bulat sempurna adalah rotasinya. Bumi berputar pada porosnya dengan kecepatan yang cukup tinggi. Seperti halnya saat Anda memutar bola karet, gaya sentrifugal akan cenderung mendorong materi keluar dari pusat rotasi. Di Bumi, gaya sentrifugal ini paling kuat di ekuator karena di sanalah titik-titik di permukaan Bumi bergerak paling cepat dalam orbit lingkarannya.
Akibatnya, ekuator Bumi sedikit menggembung keluar, sementara kutubnya menjadi sedikit pepat. Perbedaan diameternya mungkin terdengar kecil jika dibandingkan dengan ukuran Bumi secara keseluruhan, namun cukup signifikan secara geologis. Diameter ekuatorial Bumi sekitar 12.756 kilometer, sedangkan diameter polar hanya sekitar 12.714 kilometer. Ini berarti ekuator lebih lebar sekitar 42 kilometer dibandingkan dengan jarak antara kedua kutub.
Selain rotasi, distribusi massa di dalam Bumi juga tidak sepenuhnya seragam. Struktur internal Bumi terdiri dari berbagai lapisan dengan kepadatan yang berbeda-beda. Ada pegunungan yang menjulang tinggi di daratan, palung laut yang dalam di lautan, serta perbedaan kepadatan di mantel dan inti Bumi. Variasi dalam kepadatan dan distribusi massa ini menyebabkan adanya tarikan gravitasi yang tidak merata di berbagai titik di permukaan Bumi.
Area yang memiliki massa lebih besar cenderung menarik permukaan Bumi lebih kuat, menciptakan sedikit tonjolan. Sebaliknya, area dengan massa yang lebih sedikit akan menciptakan sedikit lekukan. Perbedaan ketinggian akibat variasi gravitasi ini, meskipun kecil, berkontribusi pada bentuk geoid yang tidak beraturan.
Pasang surut, yang terutama disebabkan oleh tarikan gravitasi Bulan dan Matahari, juga memberikan sedikit pengaruh pada bentuk Bumi. Gaya pasang surut ini menciptakan "tonjolan" di kedua sisi Bumi yang menghadap dan membelakangi Bulan, dan dalam skala yang lebih kecil, Matahari. Meskipun efeknya lebih bersifat dinamis dan bersifat sementara, proses berulang ini secara kumulatif berkontribusi pada deformasi Bumi dalam jangka waktu geologis yang sangat panjang.
Saat Bumi pertama kali terbentuk miliaran tahun lalu dari awan gas dan debu kosmik, ia adalah bola yang sangat panas dan cair. Dalam kondisi tersebut, gravitasi menjadi kekuatan dominan yang berusaha menarik semua materi ke pusat, menciptakan bentuk yang mendekati bola. Namun, seiring pendinginan dan pemadatan planet, kekuatan rotasi mulai memegang peranan penting, memicu pembentukan bentuk yang sedikit pepat di kutub.
Proses geologis yang terus berlangsung, seperti pergerakan lempeng tektonik, pembentukan pegunungan, erosi, dan pengendapan, juga terus mengubah bentuk permukaan Bumi, meskipun dalam skala yang sangat kecil dan perlahan. Kombinasi dari semua faktor ini telah membentuk Bumi menjadi bentuk geoid yang kita kenal saat ini.
Jadi, meskipun sering digambarkan sebagai bola sempurna, Bumi sebenarnya adalah objek yang lebih kompleks dan dinamis. Rotasi planet, distribusi massa yang tidak merata, pengaruh pasang surut, dan sejarah pembentukannya yang panjang adalah alasan utama mengapa Bumi tidak bulat sempurna, melainkan memiliki bentuk geoid yang unik.