Penting: Pendarahan saat Buang Air Besar (BAB) adalah kondisi yang tidak boleh diabaikan. Meskipun seringkali disebabkan oleh masalah ringan, darah pada tinja bisa menjadi indikator penyakit serius. Konsultasi medis segera diperlukan untuk diagnosis yang akurat.
I. Memahami Pendarahan Gastrointestinal Bawah
Pendarahan saat BAB, atau yang dikenal dalam istilah medis sebagai pendarahan rektal atau hematochezia (darah segar), merupakan gejala yang dapat menimbulkan kekhawatiran besar. Lokasi pendarahan menentukan karakteristik darah yang terlihat. Sistem pencernaan manusia terbagi menjadi saluran pencernaan atas (lambung, usus halus bagian atas) dan saluran pencernaan bawah (usus besar, rektum, anus). Sebagian besar pendarahan yang tampak jelas pada tinja berasal dari saluran pencernaan bawah.
Perbedaan Warna Darah dan Implikasinya
Warna darah pada tinja adalah petunjuk vital bagi dokter untuk menentukan lokasi sumber pendarahan:
-
Darah Merah Segar (Hematochezia)
Ini adalah darah yang tidak sempat dicerna atau diubah oleh enzim pencernaan. Darah ini biasanya menempel di permukaan tinja, menetes setelah BAB, atau terlihat di tisu toilet. Sumber pendarahan hampir selalu berada di bagian paling bawah saluran cerna, seperti anus atau rektum, disebabkan oleh kondisi seperti wasir atau fisura ani.
-
Darah Merah Tua atau Gelap
Darah berwarna marun atau merah tua menunjukkan bahwa darah tersebut telah melakukan perjalanan sedikit lebih jauh di dalam usus besar (kolon). Sumber pendarahan kemungkinan besar terletak di kolon bagian proksimal (usus besar sebelah kanan) atau usus halus bagian akhir, seperti pada kasus divertikulosis atau kolitis.
-
Tinja Hitam, Lengket, dan Berbau Busuk (Melena)
Melena mengindikasikan pendarahan di saluran pencernaan atas (seperti lambung atau duodenum). Darah hitam terjadi karena hemoglobin telah teroksidasi dan diubah oleh asam lambung. Melena seringkali dikaitkan dengan tukak lambung atau varises esofagus, meskipun pendarahan hebat di usus besar kanan juga kadang-kadang dapat menghasilkan tinja yang sangat gelap.
-
Darah Tersembunyi (Darah Samar/Fecal Occult Blood)
Ini adalah darah yang tidak terlihat secara kasat mata, hanya dapat dideteksi melalui tes laboratorium. Darah samar sering menjadi indikasi awal polip atau kanker kolorektal yang berdarah secara perlahan dan intermiten.
II. Penyebab Pendarahan BAB yang Paling Sering (Penyebab Benigna)
Dalam sebagian besar kasus, pendarahan rektal (darah segar) disebabkan oleh kondisi yang relatif jinak atau bukan keganasan, yang terletak di area anus atau rektum. Meskipun tidak mengancam nyawa, kondisi ini memerlukan penanganan untuk mencegah komplikasi dan ketidaknyamanan kronis.
1. Wasir (Hemorrhoid)
Wasir adalah penyebab paling umum dari BAB berdarah. Kondisi ini terjadi ketika pembuluh darah di dalam atau di sekitar anus dan rektum membengkak dan meradang, mirip dengan varises. Pendarahan biasanya terjadi setelah mengejan keras, berupa darah merah segar yang menetes atau terlihat di tisu.
Klasifikasi dan Gejala Wasir
Wasir dibagi menjadi dua jenis utama, dan wasir internal diklasifikasikan berdasarkan tingkat keparahannya:
- Wasir Internal: Terletak di dalam rektum, biasanya tidak terasa sakit karena sedikitnya saraf nyeri di sana. Gejala utamanya adalah pendarahan.
- Tingkat I: Wasir berdarah tapi tidak menonjol keluar.
- Tingkat II: Menjulur keluar saat BAB tapi bisa masuk kembali secara spontan.
- Tingkat III: Menjulur keluar dan harus didorong masuk secara manual.
- Tingkat IV: Menjulur keluar dan tidak bisa didorong kembali, berisiko trombosis (penggumpalan darah) dan nyeri hebat.
- Wasir Eksternal: Terletak di bawah kulit di sekitar lubang anus. Lebih rentan menyebabkan nyeri akut jika terjadi trombosis.
Manajemen dan Pengobatan Wasir
Penanganan wasir berfokus pada pelunakan tinja dan pengurangan tekanan:
- Modifikasi Gaya Hidup: Peningkatan asupan serat (25-30 gram/hari) dan cairan untuk menghindari sembelit, serta menghindari mengejan terlalu lama di toilet.
- Obat-obatan: Penggunaan krim topikal yang mengandung hidrokortison untuk mengurangi peradangan, serta pelunak tinja (stool softeners) seperti laktulosa atau docusate.
- Prosedur Minimal Invasif (Tingkat I & II):
- Ligasi Pita Karet (Rubber Band Ligation): Mengikat wasir internal untuk memotong suplai darah, menyebabkannya layu dan lepas.
- Skleroterapi: Menyuntikkan larutan kimia yang menyebabkan jaringan parut dan mengecilkan wasir.
- Pembedahan (Tingkat III & IV): Hemoroidektomi (pengangkatan wasir secara bedah) atau Stapled Hemorrhoidopexy.
2. Fisura Ani (Anal Fissure)
Fisura ani adalah luka kecil atau robekan pada lapisan tipis yang melapisi anus. Kondisi ini sering disebabkan oleh lewatnya tinja yang keras atau besar, diare kronis, atau trauma saat BAB. Fisura ani ditandai dengan rasa sakit yang tajam, seperti ditusuk, saat BAB, dan darah merah segar yang sedikit, biasanya terlihat pada tisu toilet.
Penyebab dan Siklus Nyeri Fisura
Robekan ini memicu kejang pada sfingter anal internal, yang memperburuk rasa sakit dan menghambat aliran darah ke luka, yang kemudian memperlambat penyembuhan. Siklusnya adalah: Tinja keras -> Robekan -> Nyeri dan Kejang -> Penyembuhan terhambat -> Tinja keras berikutnya.
Terapi Fisura Ani
Tujuannya adalah mengurangi kejang sfingter dan melunakkan tinja:
- Pelunak Tinja dan Serat: Wajib untuk memastikan tinja lunak.
- Perawatan Topikal: Krim yang mengandung gliseril trinitrat (nitroglycerin) atau diltiazem untuk merelaksasi otot sfingter anal.
- Surgical Intervention: Jika fisura menjadi kronis dan tidak sembuh setelah perawatan konservatif, tindakan sfingterotomi lateral internal (pemotongan sebagian kecil otot sfingter) mungkin diperlukan untuk mengurangi tekanan dan memungkinkan penyembuhan.
3. Proktitis
Proktitis adalah peradangan pada lapisan rektum. Peradangan ini dapat menyebabkan iritasi, rasa nyeri, urgensi BAB (tenesmus), dan keluarnya darah merah segar yang bercampur dengan lendir. Proktitis bisa disebabkan oleh infeksi (misalnya penyakit menular seksual, infeksi bakteri), atau sebagai manifestasi lokal dari penyakit radang usus (IBD).
III. Penyakit Inflamasi dan Struktural Usus (Potensi Serius)
Pendarahan BAB yang lebih banyak, berulang, atau disertai dengan gejala sistemik seperti penurunan berat badan, demam, dan anemia, mungkin mengindikasikan kondisi yang lebih serius yang melibatkan struktur usus besar.
1. Penyakit Radang Usus (Inflammatory Bowel Disease - IBD)
IBD adalah istilah payung untuk dua kondisi kronis yang menyebabkan peradangan pada saluran pencernaan:
A. Kolitis Ulseratif (Ulcerative Colitis - UC)
UC menyebabkan peradangan dan ulserasi (luka) pada lapisan terdalam usus besar dan rektum. Pendarahan adalah gejala kardinal, seringkali disertai dengan diare berdarah dan nyeri perut. Karena UC selalu melibatkan rektum, darah cenderung merah segar atau bercampur lendir.
- Patofisiologi Pendarahan: Ulserasi yang luas pada mukosa kolon menyebabkan erosi pembuluh darah kecil. Tingkat keparahan pendarahan berkorelasi dengan luasnya ulserasi.
- Komplikasi: Megakolon toksik (pelebaran usus besar yang mengancam jiwa), peningkatan risiko kanker kolorektal jangka panjang.
B. Penyakit Crohn
Crohn dapat menyerang bagian mana pun dari saluran pencernaan, dari mulut hingga anus, dan melibatkan semua lapisan dinding usus (transmural). Jika Crohn menyerang kolon, pendarahan dapat terjadi. Pendarahan pada Crohn seringkali tidak sedramatis pada UC, tetapi bisa disertai nyeri perut yang hebat, fistula, dan abses perianal.
Diagnosis IBD: Melibatkan kombinasi endoskopi/kolonoskopi (untuk melihat peradangan secara langsung), biopsi, tes darah (CRP, laju endap darah), dan penanda feses (Calprotectin). Pengobatan IBD sangat kompleks, mencakup obat anti-inflamasi (5-ASA), kortikosteroid, imunosupresan, dan terapi biologis (anti-TNF).
2. Divertikulosis dan Divertikulitis
Divertikulosis adalah pembentukan kantung-kantung kecil (divertikula) yang menonjol keluar melalui titik lemah di dinding usus besar. Kondisi ini sangat umum pada usia lanjut dan biasanya asimtomatik.
Pendarahan Divertikular
Pendarahan terjadi ketika pembuluh darah di dasar kantung divertikula robek. Pendarahan divertikular adalah penyebab paling umum kedua dari pendarahan GI bawah yang masif (bukan hanya tetesan). Darah yang keluar biasanya merah terang atau marun dan sangat banyak (volume besar), namun jarang terasa sakit.
Divertikulitis
Ini adalah peradangan pada kantung divertikula. Gejalanya didominasi oleh nyeri hebat di kuadran kiri bawah perut, demam, dan perubahan kebiasaan BAB. Pendarahan bisa terjadi, namun infeksi dan nyeri biasanya menjadi gejala utama.
3. Angiodisplasia
Angiodisplasia adalah kondisi di mana terjadi malformasi pembuluh darah yang abnormal, rapuh, dan melebar di lapisan usus besar. Ini adalah penyebab umum pendarahan pada lansia. Pendarahan dari angiodisplasia seringkali bersifat intermiten (hilang timbul) dan dapat menyebabkan anemia kronis jika tidak diobati. Darah bisa merah segar hingga merah gelap.
IV. Pendarahan sebagai Tanda Kanker Kolorektal
Salah satu penyebab paling serius dari BAB berdarah adalah kanker kolorektal. Penting untuk diingat bahwa kanker biasanya bermula dari pertumbuhan kecil yang disebut polip. Tidak semua polip bersifat kanker, tetapi hampir semua kanker kolorektal bermula dari polip adenoma.
1. Polip Kolon
Polip adalah pertumbuhan jaringan non-kanker yang menonjol dari dinding kolon ke dalam lumen. Polip dapat berdarah perlahan (menyebabkan darah samar pada tinja) atau menyebabkan pendarahan intermiten (darah terlihat). Pengangkatan polip melalui kolonoskopi (polipektomi) adalah langkah pencegahan utama kanker kolorektal.
2. Kanker Kolorektal (CRC)
Pendarahan dari kanker terjadi karena tumor itu sendiri rapuh dan mudah berdarah saat dilewati tinja, atau karena tumor telah mengikis pembuluh darah di dinding usus.
Karakteristik Pendarahan Kanker
- Rektum dan Kolon Kiri: Karena lokasi yang dekat dengan anus, tumor di sini sering menyebabkan darah merah segar yang bercampur atau melapisi tinja. Gejala lain termasuk perubahan diameter tinja (menjadi lebih tipis seperti pensil) dan tenesmus (rasa ingin BAB yang terus-menerus).
- Kolon Kanan: Tumor di kolon kanan cenderung menyebabkan pendarahan yang lebih lambat dan tersembunyi. Darah mungkin telah tercampur dengan tinja dan menyebabkan anemia defisiensi besi yang tidak dapat dijelaskan, tanpa pasien menyadari adanya darah sama sekali (darah samar).
Gejala Peringatan Kanker Kolorektal
Setiap pendarahan rektal yang disertai gejala berikut harus ditindaklanjuti secara agresif:
- Perubahan kebiasaan BAB yang menetap (diare atau sembelit baru).
- Nyeri perut atau kram yang tidak hilang.
- Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.
- Kelelahan ekstrem atau anemia yang disebabkan oleh pendarahan kronis.
Skrining Kanker: Kolonoskopi direkomendasikan untuk individu berusia 45 tahun ke atas (di banyak negara maju) sebagai tindakan skrining utama. Jika ada riwayat keluarga, skrining mungkin dimulai lebih awal.
V. Penyebab Lain yang Mungkin dan Pendarahan Saluran Atas (Melena)
Tidak semua pendarahan berasal dari usus besar. Selain itu, ada beberapa kondisi minor hingga infeksi yang juga dapat menyebabkan darah pada tinja.
1. Infeksi Gastrointestinal (Kolitis Infeksius)
Beberapa bakteri, virus, atau parasit dapat menyebabkan peradangan hebat pada lapisan usus (kolitis), yang menyebabkan diare berdarah. Contohnya termasuk infeksi Shigella, Salmonella, Campylobacter, atau E. coli O157:H7. Pendarahan biasanya disertai demam, kram perut parah, dan diare hebat.
2. Kolitis Iskemia
Kolitis iskemik terjadi ketika aliran darah ke bagian usus besar terhambat (biasanya pada lansia dengan penyakit jantung atau pembuluh darah). Kekurangan oksigen menyebabkan peradangan dan kematian jaringan, yang menyebabkan nyeri mendadak, diare, dan pendarahan merah marun dalam volume sedang.
3. Pendarahan Saluran Cerna Atas (Melena)
Seperti disebutkan sebelumnya, tinja hitam dan lengket (melena) hampir selalu disebabkan oleh pendarahan di saluran cerna atas, di mana darah telah kontak dengan asam lambung cukup lama. Meskipun tidak terlihat seperti 'darah segar saat BAB,' melena adalah manifestasi pendarahan GI yang serius.
- Tukak Lambung atau Duodenum: Erosi pada lapisan lambung atau duodenum akibat infeksi H. pylori atau penggunaan NSAID (obat anti-inflamasi non-steroid) yang berlebihan. Ini adalah penyebab paling umum melena.
- Varises Esofagus: Pembuluh darah yang membesar dan rapuh di kerongkongan, sering terjadi pada pasien sirosis hati. Pecahnya varises menyebabkan pendarahan hebat dan mendadak, seringkali dimanifestasikan sebagai muntah darah (hematemesis) atau melena.
- Sindrom Mallory-Weiss: Robekan pada lapisan esofagus yang disebabkan oleh muntah yang parah atau berulang.
VI. Pendekatan Diagnostik Medis untuk Pendarahan BAB
Mengidentifikasi sumber pendarahan adalah langkah krusial. Dokter akan memulai dengan riwayat medis terperinci dan pemeriksaan fisik. Alat diagnostik yang digunakan bervariasi tergantung pada dugaan lokasi dan volume pendarahan.
1. Riwayat dan Pemeriksaan Fisik
Dokter akan menanyakan secara spesifik tentang:
- Warna darah, konsistensi tinja, dan apakah darah menetes, melapisi, atau bercampur dengan tinja.
- Adanya nyeri saat BAB (menunjukkan fisura) atau tidak ada nyeri (menunjukkan wasir atau divertikulosis).
- Gejala sistemik lain: penurunan berat badan, demam, penggunaan NSAID, dan riwayat keluarga kanker.
Pemeriksaan fisik mencakup pemeriksaan rektal digital (PRD) untuk meraba adanya wasir, massa, atau fisura. PRD juga memungkinkan dokter melihat darah yang keluar dari rektum.
2. Prosedur Endoskopi (Inspeksi Visual)
Prosedur ini memungkinkan visualisasi langsung saluran pencernaan dan identifikasi sumber pendarahan, serta memungkinkan intervensi (pengambilan biopsi atau penghentian pendarahan).
A. Anoskopi dan Sigmoidoskopi Fleksibel
Digunakan untuk mengevaluasi rektum dan kolon sigmoid (bagian paling bawah). Anoskopi sangat berguna untuk mendiagnosis wasir internal dan fisura. Sigmoidoskopi (jangkauan hingga 60 cm) sering cukup untuk mengidentifikasi proktitis atau tumor rektal.
B. Kolonoskopi
Ini adalah standar emas untuk mengevaluasi seluruh usus besar. Prosedur ini melibatkan pemasukan tabung fleksibel dengan kamera melalui anus hingga ke ujung usus halus (sekum). Kolonoskopi dapat mengidentifikasi polip, divertikula, lokasi pendarahan, angiodisplasia, dan lesi kanker. Jika sumber pendarahan ditemukan, dokter dapat langsung melakukan kauterisasi (pembakaran) atau injeksi untuk menghentikan pendarahan.
C. Endoskopi Saluran Atas (EGD)
Jika dicurigai Melena, prosedur EGD (Esophagogastroduodenoscopy) dilakukan untuk melihat kerongkongan, lambung, dan duodenum guna mencari tukak, varises, atau penyebab pendarahan saluran atas lainnya.
3. Studi Pencitraan dan Khusus
- Angiografi: Digunakan dalam kasus pendarahan hebat yang tidak dapat ditemukan melalui kolonoskopi. Zat kontras disuntikkan ke pembuluh darah dan pencitraan X-ray dilakukan untuk melihat pembuluh darah yang "bocor."
- Pencitraan Nuklir (Red Blood Cell Scan): Jika pendarahan intermiten dan cepat, sel darah merah pasien dilabeli dengan bahan radioaktif dan disuntikkan kembali. Kamera khusus dapat melacak di mana darah "keluar" di saluran cerna.
- Kapsul Endoskopi: Untuk pendarahan yang berasal dari usus halus, area yang tidak terjangkau oleh kolonoskopi standar. Pasien menelan kapsul kecil berisi kamera yang merekam gambar saat melewati saluran pencernaan.
VII. Strategi Pengobatan Berdasarkan Sumber Pendarahan
Pengobatan ditentukan berdasarkan diagnosis spesifik, keparahan pendarahan, dan kondisi kesehatan umum pasien. Tujuannya adalah menghentikan pendarahan akut dan mengobati penyakit mendasar.
1. Penanganan Pendarahan Akut (Kegawatdaruratan)
Jika pasien kehilangan darah dalam jumlah besar (hipotensi, syok), stabilisasi adalah prioritas:
- Resusitasi Cairan dan Transfusi: Memberikan cairan intravena dan transfusi darah jika kadar hemoglobin sangat rendah.
- Intervensi Endoskopik Segera: Melakukan kolonoskopi atau EGD darurat untuk menemukan dan menghentikan pendarahan aktif melalui klip, kauterisasi, atau injeksi epinefrin.
- Intervensi Radiologi: Jika endoskopi gagal, radiolog intervensi dapat melakukan embolisasi (menyumbat pembuluh darah yang berdarah) melalui angiografi.
2. Pengobatan Kondisi Kronis (Non-Kegawatdaruratan)
A. Manajemen Wasir dan Fisura
Fokus pada pencegahan sembelit (diet tinggi serat, air), supositoria steroid, dan obat topikal untuk merelaksasi sfingter (untuk fisura). Jika kronis, dibutuhkan prosedur bedah ringan atau ligasi pita karet.
B. Pengobatan IBD (Kolitis Ulseratif & Crohn)
Pengobatan bersifat jangka panjang dan bertujuan untuk mencapai remisi (periode bebas gejala) dan mencegah kambuh. Ini mencakup:
- Aminosalisilat (5-ASA): Digunakan untuk kasus ringan hingga sedang (misalnya Mesalamine).
- Kortikosteroid: Digunakan untuk meredakan serangan akut inflamasi parah.
- Imunomodulator & Biologik: Obat-obatan canggih seperti azathioprine atau infliximab (anti-TNF) yang menargetkan respons imun yang menyebabkan peradangan.
- Kolektomi: Pengangkatan seluruh usus besar mungkin diperlukan untuk kasus UC parah yang tidak merespons obat atau jika terjadi displasia/kanker.
C. Penanganan Divertikulosis dan Angiodisplasia
Pendarahan divertikular sering berhenti dengan sendirinya. Pencegahan berlanjut dengan diet serat tinggi. Pendarahan berulang dapat diobati melalui kauterisasi endoskopik pada area angiodisplasia atau, dalam kasus yang jarang dan masif, pembedahan untuk mengangkat segmen usus yang berdarah.
D. Terapi Kanker Kolorektal
Pengobatan tergantung pada stadium kanker:
- Polipektomi: Jika kanker ditemukan pada stadium sangat awal (polip ganas), pengangkatan polip sudah cukup.
- Pembedahan (Kolektomi): Pengangkatan bagian usus yang mengandung tumor, seringkali diikuti oleh anastomosis (penyambungan kembali usus).
- Kemoterapi dan Radioterapi: Digunakan sebelum atau sesudah operasi, terutama untuk kanker stadium lanjut atau tumor rektal, untuk mengecilkan tumor dan membunuh sel kanker yang tersisa.
VIII. Peran Diet dan Gaya Hidup dalam Pencegahan Pendarahan
Banyak penyebab utama pendarahan rektal (wasir, fisura, divertikulosis) terkait erat dengan tekanan di usus dan sembelit. Oleh karena itu, modifikasi diet adalah garis pertahanan pertama.
1. Strategi Peningkatan Serat dan Cairan
Asupan serat yang cukup sangat penting karena serat menambah volume pada tinja, membuatnya lebih lunak dan mudah dikeluarkan, sehingga mengurangi kebutuhan untuk mengejan dan mencegah robekan atau iritasi pada pembuluh darah rektal.
- Serat Larut: Ditemukan dalam oat, kacang-kacangan, dan buah-buahan. Membantu menahan air dalam tinja.
- Serat Tidak Larut: Ditemukan dalam biji-bijian dan sayuran berserat. Menambah massa tinja.
- Hidrasi: Minum air putih minimal 8 gelas per hari untuk membantu serat bekerja secara efektif.
2. Membangun Kebiasaan BAB yang Sehat
- Jangan Menunda: Respon terhadap dorongan BAB sesegera mungkin. Menahan tinja membuatnya kering dan keras.
- Hindari Mengejan: Jangan menghabiskan waktu lebih dari 10-15 menit di toilet. Jika tinja tidak keluar, kembali lagi nanti.
- Posisi: Menggunakan bangku pijakan (squatty potty) untuk mengangkat lutut di atas pinggul dapat mengubah sudut rektum, memudahkan pengeluaran tinja tanpa mengejan.
3. Pencegahan Pendarahan Berulang pada Kondisi Khusus
Bagi penderita IBD atau divertikulosis, kepatuhan terhadap rejimen pengobatan dan menghindari pemicu makanan spesifik (jika ada) adalah kunci untuk menjaga mukosa usus tetap sehat dan meminimalkan pendarahan.
IX. Kapan Harus Segera Mencari Bantuan Medis
Meskipun pendarahan ringan dan sesekali mungkin disebabkan oleh wasir, setiap kasus pendarahan BAB harus dievaluasi oleh profesional kesehatan. Ada situasi tertentu di mana pendarahan menjadi darurat medis.
1. Situasi Gawat Darurat (Hubungi Bantuan Segera)
- Pendarahan Massif: Pendarahan yang tiba-tiba dan deras, yang menyebabkan air toilet terlihat sangat merah.
- Tanda Syok: Pusing, pingsan, kebingungan, kulit pucat dan dingin, atau detak jantung yang cepat setelah pendarahan. Ini menunjukkan kehilangan darah yang signifikan.
- Melena Hebat: Tinja hitam yang sangat lengket dan disertai nyeri perut yang parah atau muntah.
- Nyeri Perut Hebat: Pendarahan yang disertai nyeri perut, terutama jika disertai demam (dapat mengindikasikan divertikulitis, kolitis iskemik, atau perforasi usus).
2. Konsultasi Non-Darurat (Perlu Evaluasi)
Anda harus menjadwalkan kunjungan ke dokter umum atau spesialis gastroenterologi jika:
- Pendarahan berulang atau kronis, bahkan jika hanya berupa tetesan.
- Darah bercampur dengan tinja, bukan hanya melapisi.
- Anda berusia di atas 45 tahun dan mengalami pendarahan rektal pertama kali (kebutuhan skrining kanker).
- Pendarahan disertai perubahan kebiasaan BAB yang menetap atau penurunan berat badan.
- Pendarahan terjadi meskipun Anda sudah melakukan perawatan rumahan untuk wasir atau fisura.
Tidak ada yang namanya pendarahan "normal" saat BAB. Mendapatkan diagnosis cepat adalah kunci untuk mengobati penyebab ringan secara efektif dan mendeteksi serta mengatasi kondisi yang mengancam jiwa, seperti kanker kolorektal, pada tahap yang paling dapat disembuhkan.
X. Analisis Mendalam Mengenai Patogenesis Pendarahan Kronis
Untuk memahami sepenuhnya risiko dan penanganan, kita perlu mendalami mekanisme biologi di balik penyakit-penyakit kronis yang sering menyebabkan pendarahan berulang, khususnya IBD dan Kanker Kolorektal.
1. Patofisiologi Pendarahan pada Kolitis Ulseratif (UC)
UC adalah penyakit yang terbatas pada mukosa dan submukosa kolon. Pendarahan terjadi karena respons inflamasi yang abnormal terhadap flora usus, menyebabkan kerusakan parah pada lapisan epitel. Kerusakan ini menghasilkan ulkus yang dangkal namun luas. Karena integritas mukosa hilang, pembuluh darah kapiler di bawahnya terpapar, dan tinja yang keras atau bahkan hanya gerakan peristaltik dapat menyebabkan abrasi dan pendarahan yang terus-menerus. Selama masa aktif (flare-up), inflamasi sangat intens sehingga pendarahan dapat menjadi dominan, seringkali dicampur dengan nanah dan lendir.
Manajemen Flare-up Pendarahan UC
Mengendalikan pendarahan pada UC memerlukan penekanan sistem imun. Dalam kasus sedang hingga parah, ini melibatkan kortikosteroid dosis tinggi (seperti Prednisolon) atau obat biologis (seperti Vedolizumab atau Ustekinumab) yang menargetkan jalur inflamasi spesifik. Pasien dengan flare-up parah dan pendarahan yang tidak terkontrol mungkin memerlukan rawat inap dan pengawasan ketat risiko perforasi atau megakolon toksik.
2. Evolusi Polip menjadi Kanker Kolorektal (Sequence Adenoma-Karsinoma)
Kanker kolorektal adalah model yang ideal untuk skrining karena perkembangannya memakan waktu 10 hingga 15 tahun melalui jalur yang dikenal sebagai sekuens adenoma-karsinoma. Pendarahan pada tahapan ini seringkali berasal dari kerusakan permukaan polip (yang rapuh), bukan tumor kanker itu sendiri pada awalnya.
- Polip Hiperplastik: Umum, jarang menjadi ganas, dan biasanya tidak berdarah.
- Polip Adenoma (Tubular, Villous, Tubulovillous): Memiliki potensi ganas. Polip villous (seperti karpet) sangat rapuh dan lebih mungkin berdarah dan mengeluarkan lendir dalam jumlah besar.
Deteksi polip melalui kolonoskopi memungkinkan pengangkatan jaringan pra-kanker ini, secara efektif menghilangkan risiko pendarahan dan mencegah perkembangan kanker. Kanker yang terbentuk akan memiliki jaringan pembuluh darah abnormal (neovaskularisasi) yang sangat mudah pecah, menyebabkan pendarahan masif atau kronis.
3. Penjelasan Rinci tentang Angiodisplasia
Angiodisplasia sering ditemukan pada usus besar kanan (sekum dan kolon asenden), khususnya pada pasien lanjut usia dengan penyakit katup jantung (stenosis aorta). Mekanismenya diperkirakan karena stres mekanis yang berulang pada dinding usus, yang menyebabkan pelebaran pembuluh darah submukosa kecil, menciptakan malformasi arteriovena yang rapuh. Angiodisplasia berbeda dari wasir karena pendarahan berasal dari jauh di dalam usus besar, menyebabkan darah berwarna merah marun atau merah segar yang tidak dapat dijelaskan sumbernya. Pengobatan biasanya melibatkan kauterisasi endoskopik, meskipun tingkat kambuhnya cukup tinggi.
4. Kolitis Iskemia dan Faktor Risiko Vaskular
Kolitis iskemik bukan disebabkan oleh peradangan primer, melainkan oleh hipoperfusi (penurunan aliran darah) ke dinding usus. Bagian kolon yang paling rentan (area watershed, seperti fleksura lienalis) menjadi tempat cedera. Kondisi ini sering menyerang orang dengan aterosklerosis, diabetes, atau mereka yang mengalami episode tekanan darah rendah yang parah (syok). Pendarahan terjadi karena matinya sel-sel mukosa akibat kekurangan oksigen, yang melepaskan lapisan pelindung usus dan menyebabkan erosi. Gejala biasanya muncul mendadak: nyeri kram, urgensi BAB, diikuti oleh pendarahan marun/merah terang.
5. Pendarahan Akibat Obat-obatan
Pendarahan GI, baik atas maupun bawah, sering dipicu oleh obat-obatan tertentu. Obat anti-inflamasi non-steroid (NSAID) seperti ibuprofen dan aspirin, tidak hanya menyebabkan tukak lambung (melena), tetapi juga dapat menyebabkan kolitis NSAID pada usus besar, yang ditandai dengan ulserasi dan pendarahan GI bawah. Selain itu, penggunaan antikoagulan (pengencer darah) seperti Warfarin atau apixaban, meskipun tidak menyebabkan pendarahan itu sendiri, dapat memperburuk dan memperlama pendarahan dari sumber yang sudah ada (misalnya, divertikula atau wasir kecil).
Pengelolaan pendarahan akibat obat memerlukan penyesuaian dosis atau penggantian obat, seringkali di bawah pengawasan ketat oleh ahli hematologi atau kardiolog, untuk menyeimbangkan kebutuhan pencegahan bekuan darah dengan risiko pendarahan.
Kesimpulan Ekstensi: Kedalaman dan lokasi pendarahan di saluran cerna menentukan warna dan volume darah. Sementara wasir adalah masalah di permukaan, kondisi seperti IBD, divertikulosis, dan keganasan melibatkan lapisan yang lebih dalam dan sering memerlukan intervensi farmakologis atau bedah yang jauh lebih agresif.