Fenomena alam seperti air hujan yang turun dari langit terdengar biasa saja. Namun, ketika kita memikirkan sumber utama air di bumi, yaitu lautan yang luas dan asin, timbul pertanyaan menarik: Mengapa air hujan yang turun ke bumi justru terasa tawar dan tidak asin?
Jawaban fundamental dari pertanyaan ini terletak pada sebuah proses alam yang dikenal sebagai siklus air atau siklus hidrologi. Proses ini melibatkan serangkaian tahapan yang kompleks, mulai dari penguapan, kondensasi, hingga presipitasi (jatuhnya hujan).
Semuanya dimulai di lautan. Matahari memancarkan panasnya ke permukaan laut, menyebabkan molekul-molekul air menguap. Penguapan ini adalah kunci utama mengapa air hujan tidak asin. Ketika air menguap, ia berubah dari fase cair menjadi fase gas (uap air). Dalam proses ini, hanya molekul air yang naik ke atmosfer, meninggalkan semua zat terlarut, termasuk garam, di belakang.
Bayangkan seperti saat Anda merebus air. Garam atau gula yang Anda tambahkan ke dalam air akan tetap berada di dasar panci saat air menguap menjadi uap. Uap air yang dihasilkan adalah air murni. Proses penguapan di lautan bekerja dengan prinsip yang sama, hanya saja dalam skala yang jauh lebih besar.
Uap air yang ringan ini kemudian naik ke atmosfer. Semakin tinggi udara, semakin dingin suhunya. Uap air yang naik akan mulai mendingin dan mengalami proses selanjutnya.
Ketika uap air di atmosfer mendingin, molekul-molekulnya mulai berkumpul dan berubah kembali menjadi tetesan air atau kristal es yang sangat kecil. Proses ini disebut kondensasi. Tetesan air atau kristal es ini kemudian berkumpul membentuk awan. Awan terdiri dari jutaan tetesan air atau kristal es yang melayang di langit. Karena kondensasi hanya melibatkan molekul air yang menguap dari lautan (dan sumber air tawar lainnya), awan yang terbentuk ini masih mengandung air murni.
Di dalam awan, tetesan air atau kristal es terus bertabrakan dan bergabung menjadi lebih besar. Ketika tetesan air atau kristal es ini menjadi cukup berat untuk ditahan oleh aliran udara di dalam awan, mereka akan jatuh ke bumi. Proses inilah yang kita kenal sebagai presipitasi, yang umumnya berbentuk hujan, salju, atau hujan es.
Air yang jatuh sebagai hujan adalah air yang telah melalui proses penguapan dan kondensasi. Karena garam dan mineral lainnya tertinggal di lautan saat penguapan, air hujan yang turun ke bumi adalah air tawar.
Air hujan yang tawar ini kemudian jatuh ke daratan, mengisi sungai, danau, dan bahkan meresap ke dalam tanah membentuk air tanah. Sebagian air ini kemudian akan kembali mengalir ke lautan, dan siklus pun berulang. Proses ini memastikan ketersediaan air tawar bagi kehidupan di darat, sementara lautan tetap menjadi tempat penyimpanan air asin.
Penting untuk dicatat bahwa selama perjalanannya dari awan ke bumi, air hujan dapat menyerap partikel-partikel di atmosfer, seperti debu atau polusi. Namun, zat-zat ini tidak signifikan untuk membuatnya terasa asin.
Jadi, setiap tetes air hujan yang Anda rasakan adalah bukti keajaiban alam, sebuah siklus pemurnian air yang berkelanjutan, yang memungkinkan kehidupan di bumi dapat terus berlangsung, terlepas dari keberadaan lautan yang asin.