Pendahuluan: Memahami Fenomena Benjolan Ketiak
Benjolan yang muncul di area ketiak, atau dikenal secara medis sebagai aksila, adalah keluhan yang sangat umum tetapi sering kali menimbulkan kecemasan. Area ketiak adalah titik persimpangan struktural yang kompleks, mengandung berbagai jaringan penting termasuk kelenjar keringat, rambut, kulit, pembuluh darah, saraf, dan yang paling penting, sejumlah besar kelenjar getah bening (limfonodus).
Munculnya benjolan dapat terasa mulai dari seukuran kacang polong yang lunak hingga massa yang keras dan menonjol. Dalam banyak kasus, benjolan tersebut merupakan manifestasi sementara dari respons kekebalan tubuh terhadap infeksi minor. Namun, karena lokasi anatomis ketiak yang dekat dengan payudara dan sistem limfatik sentral, benjolan ini tidak boleh diabaikan. Pemahaman mendalam mengenai penyebab, karakteristik, dan langkah-langkah diagnostik yang tepat adalah kunci untuk membedakan antara kondisi yang jinak (tidak berbahaya) dan kondisi yang memerlukan perhatian medis segera.
Artikel ini akan mengupas secara rinci setiap kemungkinan penyebab benjolan di ketiak, memberikan penjelasan yang komprehensif mengenai mekanisme patologis di balik setiap kondisi, serta panduan praktis kapan Anda harus berkonsultasi dengan profesional kesehatan.
Ilustrasi anatomis sederhana yang menunjukkan lokasi ketiak dan perbedaan ukuran antara kelenjar getah bening normal dan kelenjar getah bening yang membengkak (benjolan).
Kategori Utama Penyebab Benjolan Ketiak
Secara umum, benjolan di ketiak dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori besar berdasarkan asal jaringannya: benjolan yang berasal dari sistem limfatik (kelenjar getah bening) dan benjolan yang berasal dari jaringan non-limfatik (kulit, lemak, kelenjar keringat, atau jaringan payudara ektopik).
1. Limfadenopati (Pembengkakan Kelenjar Getah Bening)
Ini adalah penyebab paling sering dari benjolan ketiak. Kelenjar getah bening (limfonodus) berfungsi sebagai filter stasiun yang menampung dan melawan patogen (kuman) atau sel abnormal. Ketika mereka aktif bekerja, mereka membesar, suatu kondisi yang disebut limfadenopati.
1.1. Limfadenopati Akibat Infeksi
Benjolan yang disebabkan oleh infeksi biasanya muncul tiba-tiba, terasa lunak, dan sering disertai rasa sakit (nyeri tekan). Mekanisme pembengkakan ini adalah respons cepat ketika sel-sel imun (limfosit dan makrofag) berproliferasi dan menahan patogen di dalam kelenjar. Infeksi dapat bersifat lokal (di tangan, lengan, atau payudara) atau sistemik (menyeluruh).
1.1.1. Infeksi Bakteri Lokal
Infeksi kulit di area lengan, tangan, atau bahkan iritasi akibat mencukur yang menyebabkan folikulitis (radang folikel rambut) dapat memicu pembengkakan kelenjar aksila. Benjolan yang terbentuk cenderung sangat nyeri dan mungkin disertai kemerahan pada kulit di sekitarnya. Contoh umum termasuk infeksi Staphylococcus aureus atau Streptococcus.
1.1.2. Infeksi Virus Sistemik
Beberapa virus menyebabkan pembengkakan kelenjar getah bening secara umum di seluruh tubuh, termasuk ketiak. Ini sering terjadi selama infeksi mononukleosis (disebabkan oleh virus Epstein-Barr), campak, atau bahkan flu parah. Dalam kasus infeksi virus, benjolan cenderung tidak sekeras benjolan bakteri dan biasanya mereda seiring penyembuhan infeksi utama.
1.1.3. Penyakit Cakar Kucing (Cat Scratch Disease)
Disebabkan oleh bakteri Bartonella henselae, penyakit ini ditularkan melalui gigitan atau cakaran kucing yang terinfeksi. Pembengkakan kelenjar getah bening di dekat area luka (sering di ketiak jika luka di lengan) bisa menjadi sangat besar dan persisten, kadang-kadang memerlukan pengobatan antibiotik khusus.
1.2. Limfadenopati Akibat Vaksinasi
Suntikan vaksinasi, terutama yang diberikan di lengan atas (misalnya, vaksin COVID-19, BCG, atau Tetanus), sering memicu respons imun yang kuat di kelenjar getah bening terdekat, yaitu di ketiak. Pembengkakan ini normal, sementara, dan merupakan tanda bahwa tubuh merespons vaksin. Benjolan biasanya menghilang dalam beberapa minggu.
2. Benjolan dari Jaringan Non-Limfatik
Benjolan ini berasal dari jaringan lain di ketiak dan tidak berhubungan langsung dengan respons imun, meskipun beberapa di antaranya dapat meradang.
2.1. Kista Epidermal dan Kista Sebasea
Kista adalah kantung tertutup berisi cairan, udara, atau material semi-padat. Kista epidermal terbentuk ketika sel-sel kulit mati terperangkap di bawah permukaan. Kista sebasea terbentuk dari sumbatan pada kelenjar minyak. Keduanya terasa halus, bergerak (mobile), dan biasanya tidak nyeri kecuali terjadi infeksi sekunder. Jika terinfeksi, kista dapat membengkak menjadi abses yang menyakitkan.
2.2. Lipoma
Lipoma adalah tumor jinak yang terbentuk dari jaringan lemak. Benjolan ini merupakan salah satu jenis benjolan paling umum di seluruh tubuh, termasuk ketiak. Lipoma memiliki karakteristik yang khas: lunak, kenyal seperti karet, mudah digerakkan (sangat mobile), dan umumnya tidak menimbulkan rasa sakit.
2.3. Abses Kulit (Bisul)
Abses adalah kumpulan nanah yang terbentuk di bawah kulit akibat infeksi bakteri akut yang parah pada folikel rambut atau kelenjar keringat. Abses sangat nyeri, merah, hangat saat disentuh, dan biasanya memiliki pusat yang berisi nanah. Ini memerlukan drainase medis.
Kondisi Medis Spesifik Penyebab Benjolan Ketiak yang Membutuhkan Perhatian
Selain penyebab umum di atas, ada beberapa kondisi kronis dan penyakit sistemik yang secara spesifik menargetkan area ketiak atau menggunakan ketiak sebagai situs manifestasi utama.
3. Hidradenitis Suppurativa (Acne Inversa)
Ini adalah kondisi kulit inflamasi kronis yang kompleks yang menyerang kelenjar keringat apokrin dan folikel rambut, sering kali terjadi di area lipatan kulit seperti ketiak, selangkangan, dan bawah payudara. Hidradenitis Suppurativa (HS) menyebabkan benjolan yang dalam, nyeri, dan berulang. Benjolan ini bisa berkembang menjadi abses, pecah, mengeluarkan nanah berbau, dan meninggalkan jaringan parut yang tebal (sinus tracts).
Mekanisme Patologi HS
Mekanisme HS melibatkan oklusi (penyumbatan) folikel rambut dan peradangan mendalam. Kondisi ini sering disalahartikan sebagai bisul biasa, namun HS bersifat kronis dan progresif. Diagnosis HS didasarkan pada kekambuhan benjolan yang nyeri di lokasi-lokasi khas. Pengobatan HS bersifat jangka panjang dan mungkin melibatkan antibiotik, obat anti-inflamasi, atau terapi biologis, tergantung pada stadium keparahannya (Hurley Staging).
4. Jaringan Payudara Aksesori (Fibroadenoma Ektopik)
Jaringan payudara dapat menyebar melampaui batas anatomis payudara normal, kondisi ini disebut jaringan payudara ektopik (tambahan). Area ketiak adalah lokasi ektopik yang paling umum. Selama periode perubahan hormonal, seperti menstruasi, kehamilan, atau menyusui, jaringan payudara di ketiak ini dapat membengkak dan terasa seperti benjolan, disertai nyeri tekan.
Benjolan Jaringan Payudara
Jika benjolan di ketiak adalah fibroadenoma ektopik (tumor jinak payudara), ia akan memiliki karakteristik seperti benjolan payudara: halus, kenyal, dan sangat mobile. Meskipun jinak, jaringan payudara ektopik tetap berisiko mengalami perubahan patologis yang sama dengan payudara normal, sehingga pemantauan dan pemeriksaan ultrasonografi (USG) diperlukan.
5. Kondisi Autoimun dan Inflamasi
Kelenjar getah bening dapat membengkak sebagai respons terhadap peradangan sistemik, bukan hanya infeksi. Contohnya termasuk:
- Lupus Eritematosus Sistemik (LES): Dapat menyebabkan limfadenopati yang meluas.
- Rheumatoid Arthritis (RA): Pada fase aktif penyakit, pembengkakan kelenjar getah bening kadang terjadi.
- Sarkoidosis: Penyakit yang menyebabkan pembentukan kelompok sel inflamasi (granuloma) di berbagai organ, termasuk kelenjar getah bening ketiak.
Kanker: Kapan Benjolan Ketiak Menjadi Tanda Bahaya?
Meskipun sebagian besar benjolan ketiak adalah jinak, kelenjar getah bening ketiak merupakan rute drainase utama untuk payudara dan lengan. Oleh karena itu, benjolan di area ini memiliki signifikansi klinis yang serius sebagai potensi indikasi metastasis atau kanker limfatik primer. Kecemasan terhadap kanker harus diimbangi dengan pemeriksaan dan diagnosis yang tepat.
6. Kanker Payudara yang Bermetastasis
Kanker payudara, terutama tipe invasif, seringkali menyebar pertama kali melalui sistem limfatik. Kelenjar getah bening aksila adalah 'stasiun' pertama di mana sel kanker payudara dapat tertanam. Ketika sel kanker mulai tumbuh di dalam kelenjar, kelenjar tersebut membengkak, membentuk benjolan yang keras dan persisten.
Karakteristik Benjolan Kanker
Benjolan yang disebabkan oleh metastasis kanker payudara umumnya memiliki ciri-ciri yang berbeda dari benjolan infeksi:
- Konsistensi: Sangat keras atau padat, seringkali seperti batu.
- Mobilitas: Immobile atau "terfiksasi" pada jaringan di bawahnya, tidak mudah digerakkan.
- Rasa Sakit: Biasanya tidak menimbulkan rasa sakit, meskipun metastasis yang besar dapat menyebabkan nyeri tumpul.
- Pertumbuhan: Bertumbuh secara perlahan dan menetap.
- Gejala Tambahan: Dapat disertai perubahan pada payudara (benjolan di payudara, keluarnya cairan abnormal dari puting, perubahan kulit payudara).
Pemeriksaan klinis payudara dan mamografi (atau USG payudara) wajib dilakukan jika ditemukan limfadenopati aksila yang mencurigakan.
7. Limfoma
Limfoma adalah jenis kanker yang berasal dari sel-sel sistem limfatik itu sendiri (limfosit). Limfoma dapat dibagi menjadi Limfoma Hodgkin dan Limfoma Non-Hodgkin. Benjolan akibat limfoma terjadi ketika sel-sel limfosit kanker berlipat ganda secara tidak terkontrol di dalam kelenjar getah bening.
Tanda dan Gejala Limfoma
Benjolan limfoma di ketiak biasanya tidak nyeri, kenyal, dan persisten. Benjolan ini sering kali disertai gejala sistemik yang dikenal sebagai "Gejala B":
- Demam yang tidak jelas penyebabnya (sering naik turun).
- Penurunan berat badan yang signifikan (>10% berat badan dalam 6 bulan) tanpa diet.
- Keringat malam yang berlebihan hingga membasahi pakaian dan seprai.
Jika benjolan disertai Gejala B, evaluasi hematologi dan biopsi kelenjar getah bening diperlukan segera.
8. Leukemia
Meskipun leukemia (kanker darah) terjadi di sumsum tulang, dalam beberapa kasus, akumulasi sel darah putih abnormal dapat menyebabkan pembengkakan kelenjar getah bening di leher, selangkangan, dan ketiak. Pembengkakan ini merupakan bagian dari proses penyakit sistemik yang lebih luas.
Langkah Diagnostik: Menemukan Akar Penyebab Benjolan
Diagnosis benjolan ketiak adalah proses bertahap yang melibatkan riwayat medis, pemeriksaan fisik, dan, jika perlu, pencitraan dan biopsi. Dokter akan menilai karakteristik benjolan untuk mempersempit kemungkinan penyebab.
9. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Riwayat pasien sangat penting. Dokter akan menanyakan tentang paparan infeksi, riwayat mencukur, penggunaan deodoran baru, riwayat trauma, riwayat kanker payudara keluarga, dan gejala sistemik (demam, BB turun).
Penilaian Karakteristik Benjolan (Palpasi)
Saat palpasi (perabaan), dokter akan menilai:
- Ukuran: Kelenjar normal berukuran kurang dari 1 cm. Ukuran >2 cm sering kali mengkhawatirkan.
- Konsistensi: Lunak dan kenyal (kista, limfadenopati infeksi) vs. Keras dan padat (kanker).
- Mobilitas: Mudah digerakkan (lipoma, kista, limfadenopati akut) vs. Terfiksasi ke jaringan (kanker, abses kronis).
- Nyeri Tekan: Nyeri (infeksi, abses, HS) vs. Tidak nyeri (limfoma, metastasis awal, lipoma).
- Kehangatan dan Kemerahan: Menunjukkan proses inflamasi atau infeksi aktif.
10. Pemeriksaan Pencitraan (Imaging)
Alat pencitraan membantu memvisualisasikan struktur internal benjolan dan jaringan sekitarnya.
10.1. Ultrasonografi (USG)
USG adalah pemeriksaan lini pertama. Ini sangat baik untuk membedakan antara massa padat (tumor, limfonodus) dan massa berisi cairan (kista, abses). USG juga dapat menilai bentuk kelenjar getah bening; kelenjar yang reaktif (normal) biasanya mempertahankan bentuk ginjal (oval) dan memiliki hilus lemak yang jelas, sedangkan kelenjar yang mencurigakan (maligna) seringkali bulat, kehilangan hilus, dan memiliki batas yang tidak beraturan.
10.2. Mammografi
Jika benjolan dicurigai terkait dengan kanker payudara, mammografi bilateral diperlukan untuk mengevaluasi jaringan payudara secara menyeluruh, bahkan jika tidak ada benjolan payudara yang jelas teraba.
10.3. CT Scan atau MRI
Digunakan jika dicurigai adanya penyakit sistemik (limfoma) atau untuk menentukan batas penyebaran kanker payudara. CT scan membantu mencari pembengkakan kelenjar getah bening di bagian tubuh lain (mediastinum, perut).
11. Biopsi
Biopsi adalah standar emas untuk diagnosis definitif, terutama ketika hasil pencitraan dan pemeriksaan fisik mencurigakan. Ada beberapa jenis biopsi:
- Aspirasi Jarum Halus (Fine Needle Aspiration/FNA): Jarum sangat halus digunakan untuk mengambil sampel sel dari benjolan. Cepat dan minimal invasif, tetapi terkadang tidak cukup material untuk diagnosis kanker pasti.
- Biopsi Inti (Core Biopsy): Menggunakan jarum yang lebih besar untuk mengambil sampel jaringan yang lebih substansial, memberikan struktur yang lebih baik bagi ahli patologi untuk menilai.
- Biopsi Eksisi (Excisional Biopsy): Pengangkatan seluruh benjolan atau kelenjar getah bening untuk pemeriksaan. Ini sering dilakukan jika limfoma dicurigai, karena seluruh arsitektur kelenjar perlu diperiksa.
Hasil biopsi akan menentukan apakah benjolan tersebut jinak, inflamasi, atau bersifat ganas (kanker).
Pengelolaan dan Perawatan Benjolan Berdasarkan Penyebab
Pendekatan pengobatan sepenuhnya tergantung pada diagnosis definitif yang ditetapkan oleh dokter.
12. Perawatan untuk Benjolan Jinak dan Infeksi
12.1. Limfadenopati Reaktif (Infeksi)
Benjolan ini sering tidak memerlukan pengobatan langsung, karena ia adalah respons alami tubuh. Perawatannya fokus pada penyebab infeksi utamanya. Jika disebabkan oleh infeksi bakteri (seperti selulitis lengan), antibiotik sistemik akan diresepkan. Setelah infeksi teratasi, pembengkakan kelenjar getah bening akan mereda dalam beberapa hari hingga beberapa minggu.
12.2. Abses dan Bisul
Abses memerlukan tindakan intervensi. Perawatan standar adalah Insisi dan Drainase (I&D), di mana dokter membuat sayatan kecil untuk mengeluarkan nanah, diikuti dengan pembilasan luka dan pemasangan drainase jika diperlukan. Antibiotik sering diberikan setelah drainase untuk memastikan infeksi teratasi sepenuhnya.
12.3. Lipoma dan Kista Jinak
Benjolan ini umumnya dibiarkan saja jika tidak menimbulkan gejala, karena bersifat jinak. Namun, jika lipoma sangat besar, mengganggu pergerakan, atau kista sering terinfeksi, pengangkatan bedah (eksisi) dapat dilakukan. Prosedur ini biasanya merupakan operasi minor rawat jalan.
12.4. Hidradenitis Suppurativa
Perawatan HS bersifat multidisiplin dan kronis. Pilihan meliputi:
- Antibiotik topikal atau oral (jangka panjang untuk mengurangi peradangan).
- Obat anti-inflamasi dan pereda nyeri.
- Injeksi kortikosteroid ke dalam nodul yang meradang.
- Terapi biologis (obat yang memodifikasi respons imun) untuk kasus parah.
- Pembedahan untuk mengangkat sinus tracts dan jaringan parut yang berulang.
13. Perawatan untuk Benjolan Maligna (Kanker)
13.1. Kanker Payudara Metastatik
Jika benjolan adalah metastasis dari kanker payudara, pengobatan melibatkan penanganan kanker primer dan sekunder. Ini dapat meliputi:
- Kemoterapi: Untuk membunuh sel kanker sistemik.
- Radioterapi: Untuk menargetkan kelenjar getah bening aksila yang terinfeksi.
- Pembedahan Aksila: Diseksi kelenjar getah bening aksila (Axillary Lymph Node Dissection/ALND) untuk mengangkat semua kelenjar yang terinfeksi.
- Terapi Hormon atau Bertarget: Tergantung pada jenis kanker payudara.
13.2. Limfoma
Pengobatan Limfoma bergantung pada stadium dan jenis (Hodgkin vs. Non-Hodgkin). Perawatan utama termasuk kemoterapi, radioterapi, atau, dalam beberapa kasus, transplantasi sel induk. Benjolan ketiak akan berkurang seiring respons terhadap pengobatan sistemik.
Kapan Harus Mencari Pertolongan Medis (Red Flags)
Meskipun sebagian besar benjolan akan hilang dengan sendirinya, sangat penting untuk mengetahui tanda-tanda yang mengharuskan pemeriksaan profesional segera. Segera konsultasikan dengan dokter, terutama jika benjolan tersebut memiliki salah satu atau kombinasi dari karakteristik berikut:
- Benjolan Persisten: Benjolan yang menetap dan tidak mengecil setelah 2-4 minggu, meskipun infeksi lain (flu, luka) telah sembuh.
- Perubahan Konsistensi: Benjolan yang sangat keras, padat, atau terasa seperti batu.
- Tidak Nyeri: Benjolan yang tidak sakit sama sekali, terutama jika disertai kekerasan.
- Terfiksasi: Benjolan yang tidak dapat digerakkan atau tampak menempel pada jaringan di bawahnya.
- Pertumbuhan Cepat: Benjolan yang bertambah besar dalam waktu singkat.
- Disertai Gejala B: Demam yang tidak jelas, keringat malam berlebihan, atau penurunan berat badan yang tidak disengaja.
- Perubahan Kulit: Adanya kemerahan, cekungan, atau benjolan yang mengarah ke payudara.
- Riwayat Kanker: Jika Anda memiliki riwayat kanker payudara atau limfoma sebelumnya.
14. Mencegah Iritasi dan Infeksi Lokal
Walaupun benjolan yang serius tidak dapat dicegah melalui gaya hidup, Anda dapat mengurangi risiko benjolan reaktif dan infeksi kulit:
- Perawatan Cukur: Hindari mencukur terlalu agresif yang dapat menyebabkan luka mikro dan folikulitis. Gunakan pisau cukur bersih dan krim cukur yang lembut.
- Deodoran dan Antiperspiran: Jika Anda rentan terhadap iritasi atau HS, pertimbangkan untuk menggunakan deodoran bebas parfum atau hindari antiperspiran yang mengandung aluminium, yang berpotensi menyumbat kelenjar keringat (walaupun hubungan ini masih diperdebatkan dalam literatur medis).
- Kebersihan: Jaga area ketiak tetap bersih dan kering, terutama setelah berolahraga, untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur.
Penjelasan Mendalam: Patofisiologi Limfadenopati Kronis
Untuk mencapai pemahaman yang komprehensif, penting untuk menguraikan mengapa limfadenopati (pembengkakan kelenjar) bisa menjadi kronis, bahkan tanpa adanya kanker. Limfadenopati kronis didefinisikan sebagai pembesaran kelenjar getah bening yang berlangsung lebih dari empat hingga enam minggu.
15. Reaksi Hipersensitivitas dan Inflamasi Persisten
Dalam beberapa kasus, tubuh bereaksi berlebihan terhadap stimulus non-infeksius. Misalnya, kontak terus-menerus dengan zat alergen tertentu (dermatitis kontak pada ketiak) atau reaksi terhadap obat-obatan tertentu dapat menyebabkan stimulasi limfosit B dan T yang berkepanjangan, menjaga kelenjar tetap membengkak.
15.1. Limfadenitis Kronis Non-Spesifik
Ini terjadi ketika kelenjar terus menerus terpapar antigen tingkat rendah. Contohnya adalah limfadenopati yang terjadi pada pecandu narkoba suntik (karena infeksi berulang di lengan) atau pada individu dengan penyakit periodontal parah (meskipun seringkali di leher, mekanisme persistensinya sama).
16. Penyakit Granulomatosa
Penyakit granulomatosa adalah kondisi di mana sistem imun mencoba untuk 'membungkus' zat asing yang sulit dihancurkan (misalnya, beberapa jenis bakteri atau jamur). Tuberkulosis (TB) adalah contoh klasik. Meskipun TB aksila jarang terjadi pada populasi umum, ia harus dipertimbangkan di daerah endemik. Kelenjar yang terinfeksi TB seringkali menjadi matang, membentuk abses dingin yang terasa lunak tetapi tidak panas.
17. Peran Kelenjar Getah Bening dalam Penuaan
Seiring bertambahnya usia, komposisi kelenjar getah bening dapat berubah. Fibrosis (pembentukan jaringan ikat) dan deposisi lemak di kelenjar sering terjadi. Meskipun ini bukan benjolan ganas, perubahan struktural ini kadang-kadang dapat membuat kelenjar lebih mudah teraba atau terdeteksi pada pencitraan. Namun, setiap benjolan baru pada orang dewasa yang lebih tua harus dievaluasi dengan kewaspadaan tinggi.
Penyebab Iatrogenik, Komplikasi, dan Tinjauan Mendalam
Penyebab iatrogenik adalah kondisi yang timbul sebagai hasil dari pengobatan atau prosedur medis. Ini adalah bagian penting dari anamnesis klinis.
18. Reaksi terhadap Implan dan Zat Asing
Benjolan di ketiak dapat disebabkan oleh respons imun terhadap benda asing di tubuh:
18.1. Implan Silikon dan Limfadenopati
Wanita dengan implan payudara, terutama implan silikon yang sudah tua atau yang mengalami kebocoran (ruptur), dapat mengalami limfadenopati aksila. Ini terjadi karena sistem limfatik mencoba membersihkan partikel silikon yang bocor. Benjolan ini dikenal sebagai siliconoma atau granuloma silikon dan harus dibedakan dari metastasis kanker.
18.2. Tattoo Pigmentasi
Dalam kasus yang jarang, orang yang memiliki tato di lengan dapat mengalami pembengkakan kelenjar getah bening karena akumulasi pigmen tato di limfonodus. Kelenjar ini tidak berbahaya tetapi mungkin teraba, dan biopsi mungkin menunjukkan sel-sel yang mengandung pigmen.
19. Komplikasi: Limfedema
Ketika kelenjar getah bening diangkat (misalnya, selama diseksi aksila untuk pengobatan kanker payudara) atau rusak oleh radiasi, sistem drainase limfatik dapat terganggu. Hal ini menyebabkan penumpukan cairan limfatik, yang dikenal sebagai Limfedema.
Dampak Limfedema
Limfedema biasanya tidak menyebabkan benjolan keras melainkan pembengkakan difus pada seluruh lengan. Namun, jaringan parut dan fibrosis di area aksila akibat operasi dapat membuat daerah tersebut terasa keras atau menggumpal, yang memerlukan terapi fisik dan drainase limfatik manual (DLM) untuk pengelolaan jangka panjang.
20. Peran Hormon dan Siklus Menstruasi
Seperti yang telah disinggung, jaringan payudara normal maupun ektopik sangat sensitif terhadap fluktuasi hormon estrogen dan progesteron. Banyak wanita melaporkan benjolan ketiak yang lebih menonjol dan nyeri menjelang menstruasi, yang berhubungan dengan retensi cairan dan pembengkakan kelenjar payudara di area tersebut. Benjolan jenis ini bersifat siklik (berulang) dan biasanya akan mengecil segera setelah menstruasi berakhir.
Evaluasi Siklik
Jika benjolan memiliki pola siklik yang jelas, dokter sering menyarankan untuk memantau benjolan tersebut selama satu hingga dua siklus menstruasi penuh. Jika benjolan tidak mengecil atau berubah, maka evaluasi lebih lanjut (USG) diperlukan.
Kesimpulan dan Perspektif Jangka Panjang
Benjolan di ketiak adalah kondisi medis yang memiliki spektrum penyebab yang sangat luas, mulai dari respons imun yang sederhana dan jinak, hingga kondisi inflamasi kronis yang kompleks, dan yang paling dikhawatirkan, keganasan. Kelenjar getah bening aksila berfungsi sebagai cermin kesehatan yang mencerminkan apa yang terjadi di lengan, dada, dan sistem kekebalan tubuh secara keseluruhan.
Kunci dalam menghadapi benjolan ketiak adalah observasi yang cermat dan komunikasi terbuka dengan penyedia layanan kesehatan. Jangan pernah mencoba mendiagnosis benjolan yang persisten atau yang menunjukkan karakteristik mencurigakan (keras, terfiksasi, tidak nyeri, disertai gejala B) sendirian. Evaluasi yang sistematis—melalui anamnesis mendalam, palpasi yang terampil, dan pemanfaatan teknologi pencitraan seperti USG dan mamografi—akan membedakan secara efektif antara penyebab yang tidak berbahaya dan yang mengancam jiwa.
Dalam mayoritas kasus, benjolan akan terbukti reaktif dan hilang seiring waktu. Namun, investasi waktu untuk mendapatkan diagnosis yang akurat menjamin penanganan yang tepat, baik itu sekadar pengawasan, pemberian antibiotik, atau intervensi onkologis yang menyelamatkan nyawa.