Kalau Buang Air Besar Keluar Darah: Penyebab, Gejala, dan Kapan Harus ke Dokter
Mengalami buang air besar (BAB) yang mengeluarkan darah bisa menjadi pengalaman yang sangat mengkhawatirkan. Darah yang muncul saat BAB bisa bervariasi dalam warna, jumlah, dan bentuknya, mulai dari bercak darah merah terang pada tisu toilet hingga feses yang seluruhnya berwarna hitam pekat seperti tar. Meskipun seringkali penyebabnya tidak serius, seperti wasir, adanya darah saat BAB adalah tanda yang tidak boleh diabaikan dan memerlukan perhatian medis untuk memastikan penyebabnya dan mendapatkan penanganan yang tepat.
Artikel ini akan membahas secara mendalam berbagai kemungkinan penyebab BAB berdarah, gejala yang menyertainya, metode diagnosis, pilihan pengobatan, serta kapan Anda harus segera mencari bantuan medis. Memahami informasi ini penting untuk membantu Anda mengambil keputusan yang tepat dan menjaga kesehatan sistem pencernaan Anda.
Apa Itu Buang Air Besar Berdarah?
Secara medis, BAB berdarah dikenal dengan istilah yang berbeda tergantung pada karakteristik darahnya:
- Hematochezia: Mengacu pada keluarnya darah merah segar melalui anus. Darah ini biasanya berasal dari bagian bawah saluran pencernaan (usus besar, rektum, atau anus) karena darah tidak sempat dicerna. Warna merah terang menunjukkan bahwa perdarahan terjadi relatif dekat dengan anus.
- Melena: Mengacu pada feses yang berwarna hitam, lengket, dan berbau sangat busuk seperti tar. Feses melena menunjukkan adanya perdarahan di bagian atas saluran pencernaan (kerongkongan, lambung, atau usus dua belas jari). Darah menjadi hitam karena telah dicerna oleh asam lambung dan enzim pencernaan saat melewati saluran pencernaan.
- Darah Samar (Occult Blood): Ini adalah darah yang tidak terlihat secara kasat mata pada feses, namun dapat terdeteksi melalui tes laboratorium khusus (Fecal Occult Blood Test/FOBT). Darah samar bisa menjadi tanda adanya perdarahan internal yang kecil namun kronis di mana saja di sepanjang saluran pencernaan.
Masing-masing jenis perdarahan ini mengindikasikan lokasi dan kemungkinan penyebab yang berbeda, sehingga penting untuk memerhatikan karakteristik darah yang keluar.
Penyebab Umum Buang Air Besar Berdarah
Banyak kondisi yang dapat menyebabkan BAB berdarah, mulai dari yang ringan hingga yang memerlukan penanganan serius. Berikut adalah beberapa penyebab paling umum:
1. Wasir (Hemorrhoid)
Wasir adalah salah satu penyebab paling umum dari BAB berdarah. Ini adalah pembengkakan atau peradangan pembuluh darah di sekitar anus atau di rektum bagian bawah. Wasir dapat terjadi baik di dalam rektum (wasir internal) maupun di bawah kulit sekitar anus (wasir eksternal).
Jenis-jenis Wasir:
- Wasir Internal: Terletak di dalam rektum. Seringkali tidak menimbulkan nyeri karena sedikitnya saraf nyeri di area tersebut. Gejala utamanya adalah perdarahan merah terang saat atau setelah BAB, yang bisa menetes ke mangkuk toilet atau terlihat pada tisu toilet. Wasir internal dapat prolaps (menonjol keluar dari anus) seiring waktu, dan prolaps ini dapat dibagi menjadi empat derajat:
- Derajat I: Perdarahan tanpa prolaps.
- Derajat II: Prolaps saat BAB, namun kembali masuk dengan sendirinya.
- Derajat III: Prolaps saat BAB, perlu didorong masuk secara manual.
- Derajat IV: Prolaps yang tidak dapat didorong masuk, seringkali sangat nyeri dan berisiko strangulasi (terjepit).
- Wasir Eksternal: Terletak di bawah kulit sekitar anus. Area ini kaya akan saraf nyeri, sehingga wasir eksternal seringkali menyebabkan nyeri, gatal, bengkak, dan ketidaknyamanan. Jika terjadi penggumpalan darah (trombosis) di dalamnya, dapat menyebabkan nyeri hebat yang tiba-tiba dan benjolan yang keras di sekitar anus.
Penyebab Wasir:
Wasir seringkali disebabkan oleh peningkatan tekanan pada pembuluh darah di rektum dan anus. Faktor-faktor pemicunya meliputi:
- Mengejan saat BAB
- Sembelit kronis
- Diare kronis
- Kehamilan (tekanan dari rahim dan perubahan hormon)
- Obesitas
- Duduk terlalu lama
- Angkat beban berat secara berulang
- Diet rendah serat
- Usia tua (jaringan penunjang melemah)
Gejala Wasir:
Selain BAB berdarah, gejala wasir lainnya meliputi:
- Gatal atau iritasi di daerah anus
- Nyeri atau ketidaknyamanan, terutama saat duduk atau BAB
- Pembengkakan di sekitar anus
- Benjolan yang nyeri atau sensitif di dekat anus (terutama pada wasir eksternal yang trombosis)
- Keluarnya lendir dari anus
Diagnosis dan Pengobatan Wasir:
Diagnosis biasanya dilakukan melalui pemeriksaan fisik, termasuk pemeriksaan rektal digital. Wasir seringkali dapat dikelola dengan perubahan gaya hidup seperti meningkatkan asupan serat, minum air yang cukup, menghindari mengejan, dan menggunakan obat pereda nyeri atau krim topikal. Untuk kasus yang lebih parah, prosedur medis seperti ligasi pita karet, skleroterapi, koagulasi inframerah, atau operasi (hemoroidektomi) mungkin diperlukan.
2. Fisura Ani
Fisura ani adalah robekan kecil pada lapisan kulit tipis dan lembap di sekitar anus (anoderma). Robekan ini seringkali sangat nyeri dan dapat menyebabkan perdarahan merah terang saat BAB. Fisura ani biasanya terjadi akibat trauma pada anus, seperti BAB yang keras atau besar.
Penyebab Fisura Ani:
- Lewatnya feses yang keras, kering, atau besar
- Mengejan berlebihan saat BAB
- Diare kronis
- Kondisi lain yang mempengaruhi saluran pencernaan seperti penyakit radang usus (IBD)
- Persalinan
Gejala Fisura Ani:
- Nyeri tajam, seperti disobek atau terbakar, selama dan setelah BAB, yang bisa berlangsung selama beberapa jam.
- Darah merah terang pada feses atau tisu toilet.
- Gatal atau iritasi di sekitar anus.
- Benjolan kulit kecil di dekat fisura (disebut skin tag atau sentinel pile).
Diagnosis dan Pengobatan Fisura Ani:
Diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan visual dan pemeriksaan rektal digital yang hati-hati. Pengobatan awal seringkali konservatif, meliputi pelembut feses, diet tinggi serat, minum banyak cairan, sitz bath (mandi rendam duduk air hangat), dan penggunaan krim topikal yang mengandung nitrogliserin atau diltiazem untuk merelaksasi sfingter anus. Dalam kasus kronis atau yang tidak merespons pengobatan konservatif, tindakan bedah seperti sfingterotomi lateral internal dapat dipertimbangkan.
3. Divertikulosis/Divertikulitis
Divertikula adalah kantung kecil yang menonjol keluar dari dinding usus besar, paling sering di usus besar bagian kiri bawah. Kondisi ini disebut divertikulosis dan umumnya tidak berbahaya. Namun, jika kantung-kantung ini meradang atau terinfeksi, kondisi ini disebut divertikulitis, yang dapat menyebabkan nyeri perut yang signifikan, demam, mual, dan perubahan BAB.
Penyebab Divertikulosis/Divertikulitis:
Penyebab pasti divertikulosis tidak sepenuhnya jelas, namun dianggap terkait dengan tekanan tinggi di usus besar, seringkali akibat diet rendah serat. Ketika makanan dan bakteri terperangkap dalam kantung divertikula, dapat terjadi peradangan atau infeksi, menyebabkan divertikulitis.
BAB Berdarah pada Divertikular:
Perdarahan divertikular terjadi ketika pembuluh darah kecil di dalam atau di samping kantung divertikula pecah. Ini bisa menjadi penyebab perdarahan saluran pencernaan bawah yang paling umum pada orang dewasa. Perdarahan divertikular biasanya muncul sebagai darah merah terang yang tiba-tiba dan tanpa nyeri, seringkali dalam jumlah yang cukup banyak. Meskipun mengkhawatirkan, perdarahan ini sering berhenti dengan sendirinya, tetapi penting untuk evaluasi medis.
Gejala Divertikulitis (jika terinfeksi):
- Nyeri perut bagian kiri bawah yang parah dan terus-menerus.
- Demam.
- Mual dan muntah.
- Perubahan kebiasaan BAB (sembelit atau diare).
- Sensitivitas perut.
Diagnosis dan Pengobatan Divertikular:
Diagnosis divertikulosis sering ditemukan secara kebetulan saat kolonoskopi. Jika terjadi perdarahan, kolonoskopi atau angiografi dapat membantu mengidentifikasi lokasi perdarahan. Divertikulitis didiagnosis berdasarkan gejala, pemeriksaan fisik, dan CT scan perut. Pengobatan divertikulosis meliputi diet tinggi serat. Pengobatan divertikulitis melibatkan antibiotik, diet cair, dan kadang-kadang rawat inap. Operasi mungkin diperlukan untuk kasus komplikasi berat.
4. Kolitis Infeksi
Kolitis adalah peradangan pada usus besar. Kolitis infeksi disebabkan oleh bakteri, virus, atau parasit yang menyerang usus besar. Beberapa contoh bakteri penyebab kolitis infeksi antara lain Salmonella, Shigella, Campylobacter, E. coli, dan Clostridium difficile.
Penyebab dan Penularan:
Infeksi biasanya terjadi akibat konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi, kontak dengan hewan yang terinfeksi, atau penularan dari orang ke orang (terutama melalui kebersihan yang buruk).
Gejala Kolitis Infeksi:
- Diare, seringkali berdarah atau berlendir.
- Nyeri perut dan kram.
- Demam.
- Mual dan muntah.
- Dehidrasi.
Diagnosis dan Pengobatan Kolitis Infeksi:
Diagnosis ditegakkan melalui analisis feses untuk mencari bakteri, virus, atau parasit penyebab. Dalam beberapa kasus, sigmoidoskopi atau kolonoskopi mungkin diperlukan. Pengobatan biasanya melibatkan terapi cairan untuk mencegah dehidrasi, dan antibiotik atau obat anti-parasit jika penyebabnya adalah bakteri atau parasit. Kolitis akibat virus biasanya sembuh dengan sendirinya.
5. Penyakit Radang Usus (Inflammatory Bowel Disease - IBD)
IBD adalah sekelompok kondisi kronis yang menyebabkan peradangan pada saluran pencernaan. Dua jenis utama IBD adalah penyakit Crohn dan kolitis ulseratif.
a. Kolitis Ulseratif (Ulcerative Colitis - UC):
UC adalah peradangan kronis yang hanya mempengaruhi usus besar (kolon) dan rektum. Peradangan terjadi secara terus-menerus dan biasanya dimulai dari rektum, menyebar ke atas. Peradangan ini menyebabkan luka (ulkus) pada lapisan usus besar.
- Gejala: Diare berdarah (seringkali darah dan lendir bercampur dengan feses), nyeri perut dan kram, urgensi BAB, penurunan berat badan, kelelahan, demam.
- Penyebab: Belum diketahui pasti, namun diduga melibatkan kombinasi faktor genetik, respons imun yang tidak normal, dan faktor lingkungan.
- Diagnosis: Endoskopi (kolonoskopi) dengan biopsi, tes darah, dan tes feses.
- Pengobatan: Obat anti-inflamasi (misalnya, aminosalisilat, kortikosteroid), imunosupresan, agen biologis. Dalam kasus yang parah, operasi (kolektomi) mungkin diperlukan.
b. Penyakit Crohn:
Penyakit Crohn dapat mempengaruhi bagian mana pun dari saluran pencernaan, mulai dari mulut hingga anus, tetapi paling sering menyerang ileum (bagian akhir usus kecil) dan usus besar. Peradangan bersifat "patchy" (tidak terus-menerus) dan dapat menembus seluruh lapisan dinding usus.
- Gejala: Nyeri perut, diare (bisa berdarah, tapi lebih jarang daripada UC), penurunan berat badan, kelelahan, demam, sariawan, fisura ani, fistula (saluran abnormal antara dua organ atau organ dan kulit).
- Penyebab: Mirip dengan UC, penyebabnya kompleks dan multifaktorial.
- Diagnosis: Kolonoskopi, endoskopi atas, kapsul endoskopi, CT scan, MRI, tes darah, dan tes feses.
- Pengobatan: Mirip dengan UC, meliputi obat anti-inflamasi, imunosupresan, agen biologis. Operasi mungkin diperlukan untuk mengobati komplikasi seperti penyempitan usus atau fistula.
6. Polip Usus Besar
Polip adalah pertumbuhan jaringan kecil yang menonjol dari lapisan dalam usus besar atau rektum. Sebagian besar polip tidak berbahaya (jinak), tetapi beberapa jenis, terutama polip adenomatosa, berpotensi berubah menjadi kanker kolorektal seiring waktu. Ukuran polip bervariasi dari beberapa milimeter hingga beberapa sentimeter.
Jenis Polip:
- Polip Adenomatosa: Paling umum dan berpotensi menjadi ganas. Dibagi lagi menjadi tubular, villous, dan tubulovillous adenoma.
- Polip Hiperplastik: Umumnya kecil dan tidak dianggap berisiko menjadi kanker.
- Polip Inflamasi: Terkait dengan kondisi seperti kolitis ulseratif.
Gejala Polip:
Seringkali, polip tidak menimbulkan gejala dan ditemukan secara kebetulan saat skrining kolonoskopi. Namun, beberapa polip dapat menyebabkan:
- Darah pada feses atau pada tisu toilet (merah terang atau bercampur dengan feses).
- Perubahan kebiasaan BAB (diare atau sembelit) yang berlangsung lebih dari seminggu.
- Nyeri perut atau kram (jarang, biasanya jika polip sangat besar).
- Anemia akibat perdarahan kronis yang kecil.
Diagnosis dan Pengobatan Polip:
Polip dideteksi dan diangkat selama kolonoskopi. Pengangkatan polip (polipektomi) adalah prosedur penting untuk mencegah kanker kolorektal. Setelah polip diangkat, jaringan diperiksa di laboratorium untuk menentukan jenisnya dan apakah ada sel kanker.
7. Kanker Kolorektal
Kanker kolorektal adalah kanker yang berasal dari usus besar (kolon) atau rektum. Ini adalah salah satu jenis kanker yang paling umum dan seringkali berkembang dari polip adenomatosa yang tidak diobati selama bertahun-tahun.
Faktor Risiko:
- Usia (risiko meningkat setelah usia 50).
- Riwayat keluarga kanker kolorektal atau polip.
- Riwayat pribadi polip adenomatosa atau IBD (kolitis ulseratif, penyakit Crohn).
- Obesitas.
- Diet tinggi daging merah dan daging olahan, rendah serat.
- Merokok dan konsumsi alkohol berlebihan.
- Diabetes tipe 2.
Gejala Kanker Kolorektal:
Gejala dapat bervariasi tergantung pada lokasi dan ukuran tumor, tetapi seringkali meliputi:
- Darah pada feses (merah terang, gelap, atau darah samar).
- Perubahan kebiasaan BAB yang persisten (diare, sembelit, atau perubahan konsistensi feses).
- Perasaan bahwa usus tidak kosong sepenuhnya setelah BAB.
- Nyeri atau kram perut yang tidak kunjung hilang.
- Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan.
- Kelelahan kronis (akibat anemia dari perdarahan kronis).
- Feses yang lebih tipis dari biasanya (pencil-thin stools).
Diagnosis dan Pengobatan Kanker Kolorektal:
Diagnosis melibatkan kolonoskopi dengan biopsi, tes darah (termasuk penanda tumor CEA), CT scan, MRI, dan PET scan untuk menentukan stadium kanker. Pengobatan bergantung pada stadium kanker dan dapat meliputi operasi (pengangkatan bagian usus yang terkena), kemoterapi, radioterapi, dan terapi target.
Pentingnya Skrining: Skrining kanker kolorektal, seperti kolonoskopi, sangat penting untuk deteksi dini polip dan kanker, terutama bagi individu di atas usia 50 atau mereka yang memiliki faktor risiko.
8. Angiodisplasia
Angiodisplasia adalah kondisi di mana terjadi malformasi pembuluh darah kecil yang rapuh di lapisan saluran pencernaan. Ini adalah penyebab umum perdarahan saluran cerna bagian bawah pada orang tua, meskipun dapat terjadi pada usia berapa pun. Pembuluh darah yang rapuh ini dapat pecah dan menyebabkan perdarahan.
Gejala:
Biasanya, angiodisplasia tidak menimbulkan gejala selain perdarahan. Perdarahan bisa intermiten (muncul dan hilang), berupa darah merah terang, atau darah samar yang menyebabkan anemia kronis.
Diagnosis dan Pengobatan:
Diagnosis seringkali sulit dan memerlukan kolonoskopi, endoskopi kapsul, atau angiografi. Pengobatan mungkin melibatkan koagulasi (pembakaran) pembuluh darah yang berdarah selama endoskopi, atau dalam kasus yang jarang, operasi.
9. Kolitis Iskemik
Kolitis iskemik terjadi ketika aliran darah ke bagian usus besar berkurang, menyebabkan peradangan dan kerusakan sel. Kondisi ini seringkali mempengaruhi orang tua dan dapat disebabkan oleh aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah), pembekuan darah, atau kondisi lain yang mengurangi aliran darah.
Gejala:
- Nyeri perut tiba-tiba dan kram, biasanya di sisi kiri.
- Urgensi BAB.
- Diare berdarah atau darah merah terang pada feses, seringkali diawali dengan darah yang bercampur dengan lendir.
- Mual.
Diagnosis dan Pengobatan:
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, CT scan, dan kolonoskopi. Pengobatan umumnya suportif, meliputi istirahat usus (diet cair), terapi cairan, dan antibiotik jika ada tanda infeksi. Dalam kasus yang parah, operasi mungkin diperlukan untuk mengangkat bagian usus yang rusak.
10. Proktitis
Proktitis adalah peradangan pada lapisan rektum. Ini bisa disebabkan oleh IBD (seperti kolitis ulseratif), infeksi menular seksual (IMS), terapi radiasi ke panggul (proktitis radiasi), atau penggunaan antibiotik tertentu.
Gejala:
- Rasa sakit atau tidak nyaman di rektum.
- Perdarahan rektum (darah merah terang).
- Perasaan ingin BAB terus-menerus (tenesmus).
- Keluarnya lendir dari rektum.
- Diare.
Diagnosis dan Pengobatan:
Diagnosis dilakukan melalui sigmoidoskopi atau kolonoskopi dengan biopsi. Pengobatan tergantung pada penyebabnya, misalnya antibiotik untuk infeksi bakteri, obat anti-inflamasi untuk IBD, atau supositoria steroid untuk proktitis radiasi.
11. Perdarahan Saluran Cerna Atas (Menyebabkan Melena)
Jika darah yang keluar berwarna hitam, lengket, dan seperti tar (melena), ini biasanya menunjukkan perdarahan dari saluran pencernaan bagian atas. Darah ini telah dicerna oleh asam lambung dan enzim.
a. Tukak Lambung atau Usus Dua Belas Jari (Peptic Ulcer):
Luka terbuka pada lapisan lambung atau usus dua belas jari (duodenum). Penyebab umum adalah infeksi bakteri Helicobacter pylori atau penggunaan jangka panjang obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS).
- Gejala: Nyeri ulu hati yang membakar, mual, kembung, melena.
- Pengobatan: Antibiotik untuk H. pylori, obat penurun asam lambung (PPI), menghindari OAINS.
b. Varises Esofagus:
Pembuluh darah yang membesar dan rapuh di kerongkongan, sering terjadi pada penderita penyakit hati kronis (sirosis). Varises ini dapat pecah dan menyebabkan perdarahan hebat.
- Gejala: Muntah darah merah terang, melena, pusing, syok.
- Pengobatan: Gawat darurat medis, meliputi ligasi varises endoskopi, skleroterapi, obat-obatan untuk menurunkan tekanan darah portal.
c. Gastritis:
Peradangan pada lapisan lambung. Dapat disebabkan oleh infeksi, alkohol, stres, atau OAINS. Perdarahan bisa berupa darah samar, atau dalam kasus parah, melena.
d. Mallory-Weiss Tear:
Robekan pada lapisan kerongkongan yang disebabkan oleh muntah yang parah atau batuk berlebihan. Biasanya menyebabkan muntah darah merah terang, tetapi jika perdarahan kecil dan lambat, bisa muncul sebagai melena.
Kapan Harus ke Dokter?
Melihat darah saat BAB selalu menjadi alasan untuk berkonsultasi dengan dokter. Meskipun banyak penyebabnya tidak serius, hanya profesional medis yang dapat memberikan diagnosis yang akurat. Beberapa situasi memerlukan perhatian medis segera:
- Darah dalam jumlah besar: Jika Anda melihat darah dalam jumlah banyak yang mengisi mangkuk toilet atau membuat Anda merasa pusing dan lemah.
- Feses hitam, lengket, seperti tar (melena): Ini adalah tanda perdarahan saluran pencernaan atas yang serius.
- Perubahan kebiasaan BAB yang drastis dan persisten: Terutama jika disertai penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan atau nyeri perut.
- Darah bercampur dengan diare parah: Ini bisa menjadi tanda infeksi serius atau kondisi radang usus.
- Nyeri perut yang hebat: Jika BAB berdarah disertai nyeri perut yang sangat parah, demam tinggi, atau kembung yang signifikan.
- Pusing, lemas, pingsan: Ini adalah tanda-tanda anemia atau kehilangan darah yang signifikan.
- Riwayat keluarga kanker kolorektal: Jika Anda memiliki riwayat keluarga kanker kolorektal, deteksi dini sangat penting.
- Usia di atas 50 tahun: Risiko untuk kondisi serius seperti kanker kolorektal meningkat seiring bertambahnya usia, sehingga evaluasi medis sangat dianjurkan.
Jangan pernah mendiagnosis diri sendiri. Segera hubungi dokter Anda untuk evaluasi jika Anda mengalami salah satu gejala di atas.
Proses Diagnosis
Untuk mengetahui penyebab BAB berdarah, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan:
- Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik: Dokter akan menanyakan riwayat kesehatan Anda, gejala yang dialami (warna darah, jumlah, frekuensi, gejala penyerta seperti nyeri, perubahan BAB), riwayat pengobatan, dan riwayat keluarga. Pemeriksaan fisik akan meliputi pemeriksaan perut dan pemeriksaan rektal digital (DRE) untuk merasakan adanya kelainan di rektum dan anus, seperti wasir atau massa.
- Tes Laboratorium:
- Tes Darah Lengkap (CBC): Untuk memeriksa anemia (kekurangan sel darah merah) yang dapat disebabkan oleh perdarahan kronis.
- Tes Feses (Stool Test): Untuk mendeteksi darah samar (fecal occult blood test/FOBT) atau untuk mencari keberadaan bakteri, virus, atau parasit (kultur feses).
- Prosedur Endoskopi:
- Anoskopi: Menggunakan tabung pendek berlampu untuk melihat bagian dalam anus dan rektum bawah.
- Sigmoidoskopi: Menggunakan tabung fleksibel berlampu untuk memeriksa rektum dan bagian bawah usus besar (sigmoid).
- Kolonoskopi: Ini adalah prosedur paling komprehensif untuk memeriksa seluruh usus besar. Sebuah tabung fleksibel panjang dengan kamera dimasukkan melalui anus. Prosedur ini memungkinkan dokter untuk melihat lapisan usus, mengidentifikasi sumber perdarahan, mengambil sampel jaringan (biopsi), dan bahkan mengangkat polip.
- Endoskopi Atas (Esophagogastroduodenoscopy/EGD): Jika dicurigai perdarahan berasal dari saluran cerna atas (melena), tabung fleksibel dimasukkan melalui mulut untuk memeriksa kerongkongan, lambung, dan usus dua belas jari.
- Kapsul Endoskopi: Pasien menelan kapsul kecil yang berisi kamera. Kamera ini mengambil ribuan gambar saat melewati saluran pencernaan, yang kemudian dianalisis. Ini berguna untuk menemukan sumber perdarahan di usus kecil yang sulit dijangkau dengan endoskopi lain.
- Studi Pencitraan:
- Angiografi: Prosedur radiologi di mana pewarna disuntikkan ke pembuluh darah dan X-ray diambil untuk menemukan pembuluh darah yang berdarah.
- CT Angiografi: Menggunakan CT scan dengan kontras untuk melihat pembuluh darah.
- CT Scan: Dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi usus besar dan sekitarnya, terutama pada kasus divertikulitis.
Penanganan dan Pengobatan
Pengobatan untuk BAB berdarah sangat bergantung pada penyebab yang mendasarinya. Berikut adalah beberapa contoh penanganan umum:
- Perubahan Gaya Hidup: Untuk wasir, fisura ani, dan divertikulosis, meningkatkan asupan serat (melalui makanan atau suplemen), minum banyak cairan, dan menghindari mengejan saat BAB sangat penting. Aktivitas fisik teratur juga membantu menjaga kesehatan pencernaan.
- Obat-obatan:
- Pelembut feses atau laksatif: Untuk mengatasi sembelit dan mencegah trauma saat BAB.
- Krim atau supositoria: Untuk wasir atau fisura ani, dapat mengandung kortikosteroid untuk mengurangi peradangan atau anestesi lokal untuk meredakan nyeri.
- Antibiotik: Untuk kolitis infeksi atau divertikulitis.
- Obat anti-inflamasi dan imunosupresan: Untuk mengelola IBD (Kolitis Ulseratif dan Penyakit Crohn).
- Penghambat pompa proton (PPI): Untuk tukak lambung atau gastritis.
- Prosedur Non-Bedah:
- Ligasi Pita Karet (Rubber Band Ligation): Untuk wasir internal derajat I-III, pita karet kecil ditempatkan di sekitar pangkal wasir untuk memotong suplai darahnya, sehingga wasir menyusut dan rontok.
- Skleroterapi: Menyuntikkan larutan kimia ke wasir untuk membuatnya menyusut.
- Koagulasi Inframerah atau Laser: Menggunakan panas untuk mengerutkan jaringan wasir.
- Injeksi Epinefrin: Untuk menghentikan perdarahan aktif pada tukak atau angiodisplasia selama endoskopi.
- Prosedur Bedah:
- Hemoroidektomi: Pengangkatan wasir secara bedah untuk kasus wasir parah.
- Sfingterotomi Lateral Internal: Prosedur bedah untuk fisura ani kronis yang tidak merespons pengobatan konservatif, dengan memotong sebagian kecil otot sfingter anus untuk mengurangi ketegangan.
- Pengangkatan Polip (Polipektomi): Dilakukan selama kolonoskopi untuk mengangkat polip yang berpotensi kanker.
- Reseksi Usus: Pengangkatan bagian usus besar yang terkena kanker, divertikulitis yang parah, atau komplikasi IBD.
- Kolektomi: Pengangkatan sebagian atau seluruh usus besar, seringkali untuk kasus kolitis ulseratif yang parah atau kanker kolorektal.
Pencegahan
Meskipun tidak semua penyebab BAB berdarah dapat dicegah, ada beberapa langkah yang dapat Anda ambil untuk mengurangi risiko kondisi umum seperti wasir, fisura ani, dan divertikulosis, serta untuk menjaga kesehatan saluran pencernaan secara keseluruhan:
- Konsumsi Diet Tinggi Serat: Sertakan banyak buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian utuh dalam diet Anda. Serat membantu melunakkan feses dan melancarkan BAB, mengurangi risiko sembelit dan mengejan.
- Minum Air yang Cukup: Hidrasi yang baik sangat penting untuk menjaga feses tetap lembut dan mudah dilewati. Targetkan 8-10 gelas air per hari.
- Jangan Menunda BAB: Segera pergi ke toilet ketika Anda merasa perlu BAB. Menunda dapat menyebabkan feses menjadi lebih keras dan sulit dikeluarkan.
- Hindari Mengejan Berlebihan: Jangan mengejan saat BAB. Jika Anda mengalami sembelit, berikan waktu atau gunakan pelembut feses ringan setelah berkonsultasi dengan dokter.
- Berolahraga Secara Teratur: Aktivitas fisik membantu menjaga pergerakan usus tetap teratur dan mengurangi risiko sembelit.
- Batasi Daging Merah dan Olahan: Konsumsi daging merah dan olahan berlebihan dapat meningkatkan risiko kanker kolorektal.
- Hindari Duduk Terlalu Lama di Toilet: Terlalu lama duduk di toilet dapat meningkatkan tekanan pada pembuluh darah di anus.
- Perhatikan Kebersihan Anus: Bersihkan area anus dengan lembut setelah BAB. Penggunaan tisu basah tanpa pewangi atau air dapat lebih baik daripada tisu kering kasar.
- Skrining Kolorektal Teratur: Jika Anda berusia di atas 50 tahun atau memiliki faktor risiko, ikuti rekomendasi dokter untuk skrining kanker kolorektal seperti kolonoskopi. Deteksi dini polip dan kanker sangat penting untuk hasil yang lebih baik.
- Hindari Penggunaan OAINS Berlebihan: Jika memungkinkan, batasi penggunaan obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS) seperti ibuprofen atau naproxen, karena dapat meningkatkan risiko tukak lambung dan perdarahan.
- Kelola Kondisi Kronis: Jika Anda memiliki kondisi seperti IBD atau diabetes, patuhi rencana pengobatan yang direkomendasikan dokter untuk mengelola penyakit tersebut dan mencegah komplikasi.
Kesimpulan
Melihat darah saat BAB adalah kondisi yang tidak boleh dianggap remeh. Meskipun seringkali penyebabnya adalah wasir atau fisura ani yang relatif jinak, perdarahan juga bisa menjadi tanda dari kondisi yang lebih serius seperti penyakit radang usus, polip pra-kanker, atau kanker kolorektal. Karakteristik darah (merah terang, gelap, atau hitam seperti tar) dan gejala penyerta lainnya dapat memberikan petunjuk penting mengenai lokasi dan sifat perdarahan.
Penting untuk selalu berkonsultasi dengan dokter segera setelah Anda melihat darah saat BAB, terutama jika disertai dengan gejala mengkhawatirkan seperti nyeri hebat, pusing, penurunan berat badan, atau perubahan drastis pada kebiasaan BAB. Dokter akan melakukan pemeriksaan menyeluruh dan mungkin merekomendasikan prosedur diagnostik seperti kolonoskopi untuk menentukan penyebab pasti dan memulai pengobatan yang sesuai.
Deteksi dini dan penanganan yang tepat sangat krusial untuk mencegah komplikasi serius dan menjaga kesehatan saluran pencernaan Anda. Jangan biarkan rasa malu atau takut menghalangi Anda untuk mencari bantuan medis. Kesehatan Anda adalah prioritas utama.