Ilustrasi: Ombak yang menyimpan banyak cerita (dan garam).
Pernahkah kamu bertanya-tanya, kenapa ya air laut itu rasanya asin? Padahal kalau air sumur atau air keran rasanya tawar. Apakah para ikan pelaut punya kelenjar keringat khusus yang mengeluarkan garam? Atau mungkin paus-paus sedang membuat festival garam bawah laut?
Tentu saja tidak! Mari kita kesampingkan dulu imajinasi liar itu dan selami alasan ilmiah di balik keasinan air laut, tapi dengan sentuhan yang lebih menghibur. Siap-siap untuk jawaban kocak yang mungkin tidak akan kamu temukan di buku pelajaran!
Begini ceritanya. Air hujan, yang rasanya tawar, ternyata adalah "pencuci" alami bagi daratan. Saat hujan turun, air mengalir ke sungai, lalu ke laut. Selama perjalanannya itu, air hujan mengambil sedikit mineral dan garam dari batuan dan tanah yang dilewatinya. Ibaratnya, Bumi itu punya banyak kepingan puzzle mineral dan garam yang tersebar, dan air hujan bertugas mengumpulkannya.
Bayangkan ini: Bumi seperti dapur raksasa yang setiap hari terus menerus membuat "sup" mineral. Aliran sungai adalah "pipa pembuangan" yang membawa sup itu ke laut. Nah, garam ini adalah "bumbu rahasia" yang terus ditambahkan tanpa pernah dikeluarkan. Makanya, lama-lama air laut jadi kental dan asin!
Selain dari erosi batuan, ada lagi sumber garam yang tak kalah penting: aktivitas gunung berapi bawah laut. Ketika gunung berapi meletus di dasar laut, mereka melepaskan gas dan mineral ke dalam air. Gas-gas ini, seperti belerang dioksida dan klorida, ketika bereaksi dengan air, akan menghasilkan zat-zat yang kita kenal sebagai garam. Seru kan? Laut kita ternyata punya "koki" bawah laut yang jago masak!
Jadi begini, ketika gunung berapi bawah laut "bersendawa", dia tidak hanya mengeluarkan asap, tapi juga sekalian "taburan garam" gratis untuk lautan. Para ikan mungkin terbiasa dengan rasa pedas-pedas gurih ini, makanya mereka tidak pernah mengeluh!
Nah, ini dia bagian yang paling "kocak" tapi sangat penting. Setiap hari, matahari terus menerus memanaskan permukaan laut. Akibatnya, air laut menguap menjadi uap air dan naik ke atmosfer. Tapi, tahukah kamu apa yang tertinggal? Garam dan mineral! Proses penguapan ini hanya mengambil airnya saja, meninggalkan segala "oleh-oleh" yang dibawa dari daratan dan dari aktivitas vulkanik.
Anggap saja laut itu seperti anak kos yang sedang beres-beres kamar. Dia hanya mau membawa "barang-barang penting" (air tawar) ke langit, sementara buku pelajaran yang berantakan dan bungkus jajan (garam dan mineral) ditinggalkan begitu saja di bawah. Semakin banyak air yang menguap, semakin pekat larutan garam yang tertinggal. Makanya, lama-lama laut jadi makin asin, sementara awan-awan itu isinya "air mata" Bumi yang tawar.
Semua proses ini terjadi terus menerus, siklus demi siklus. Air tawar terus membawa mineral dan garam ke laut, gunung berapi terus menambahkannya, dan penguapan terus memekatkannya. Lautan kita telah melakukan ini selama jutaan, bahkan miliaran tahun. Jadi, wajar saja kalau akhirnya rasanya jadi seasin ini. Bayangkan kalau kita harus menunggu jutaan tahun untuk merasakan asinnya keripik kentang, pasti sudah tidak sabar!
Faktanya, tingkat keasinan laut sebenarnya bervariasi tergantung lokasi. Laut mati, misalnya, memiliki tingkat keasinan yang jauh lebih tinggi karena penguapan yang sangat intens dan minim aliran air tawar yang masuk. Di sana, kamu bisa mengapung tanpa usaha!
Jadi, lain kali kamu mencicipi air laut (dengan sengaja atau tidak sengaja saat berenang), ingatlah cerita para "tukang garam" Bumi: air hujan yang rajin mengumpulkan mineral, gunung berapi bawah laut yang suka menabur bumbu, dan matahari yang rajin menyisakan garam saat menguap. Semua bekerja sama menciptakan lautan yang asin, yang bagi sebagian orang justru menjadi daya tarik tersendiri. Dan yang terpenting, jangan lupa untuk minum air tawar setelah bermain di laut, agar tubuhmu tidak ikut menjadi "asin"!
Sekarang kamu sudah tahu jawaban kocak kenapa air laut asin. Mungkin ikan-ikan di sana sudah terbiasa, atau mungkin mereka sedang mencoba resep baru minuman laut rasa gurih!