Panduan Lengkap Cara Ziarah Kubur Sesuai Sunnah dan Adab Islami
Ziarah kubur adalah salah satu praktik yang telah mengakar kuat dalam tradisi masyarakat Muslim di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Lebih dari sekadar kunjungan fisik, ziarah kubur menyimpan makna spiritual yang mendalam, mengingatkan kita pada hakikat kehidupan, kematian, dan persiapan menuju akhirat. Namun, dalam pelaksanaannya, seringkali muncul berbagai pemahaman dan praktik yang bervariasi, bahkan terkadang menyimpang dari ajaran Islam yang murni. Oleh karena itu, penting bagi setiap Muslim untuk memahami cara ziarah kubur yang benar sesuai tuntunan syariat, agar kunjungan ke makam bukan hanya menjadi tradisi semata, melainkan ibadah yang diterima Allah SWT dan membawa keberkahan.
Artikel ini akan membahas secara komprehensif mengenai tata cara ziarah kubur yang sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW dan adab-adab Islam. Kita akan mengupas tuntas mulai dari hukumnya dalam Islam, persiapan yang harus dilakukan, adab saat berada di pemakaman, doa-doa yang dianjurkan, hingga kesalahan-kesalahan umum yang harus dihindari. Dengan pemahaman yang benar, diharapkan setiap Muslim dapat melaksanakan ziarah kubur dengan penuh kekhusyukan, mendapatkan hikmahnya, dan terhindar dari praktik-praktik yang bertentangan dengan akidah.
1. Memahami Hakikat dan Hukum Ziarah Kubur dalam Islam
Sebelum membahas tata cara, adalah fundamental untuk memahami esensi dan kedudukan ziarah kubur dalam syariat Islam. Ziarah kubur bukanlah sekadar kunjungan biasa, melainkan sebuah bentuk ibadah yang memiliki tujuan dan batasan tertentu.
1.1. Sejarah dan Perkembangan Hukum Ziarah Kubur
Pada awal masa Islam, Rasulullah SAW pernah melarang umatnya untuk berziarah kubur. Larangan ini bertujuan untuk membendung praktik-praktik kesyirikan yang masih kental pada masa Jahiliyah, di mana masyarakat seringkali mengkultuskan kuburan, meminta pertolongan kepada penghuni kubur, atau melakukan ritual-ritual yang bertentangan dengan tauhid. Kekhawatiran Rasulullah SAW sangat beralasan, mengingat masyarakat baru saja meninggalkan kemusyrikan dan masih rentan kembali pada kepercayaan-kepercayaan lama.
"Dulu aku melarang kalian berziarah kubur. Sekarang ziarahlah! Karena ziarah kubur itu dapat mengingatkan pada akhirat." (HR. Muslim)
Setelah akidah tauhid umat Islam semakin kuat dan pemahaman tentang Islam semakin meresap, Rasulullah SAW kemudian membolehkan, bahkan menganjurkan ziarah kubur. Hadis di atas menunjukkan bahwa tujuan utama dibolehkannya ziarah kubur adalah untuk mengingatkan pada kematian dan kehidupan akhirat, bukan untuk tujuan yang lain. Ini adalah titik balik penting dalam sejarah Islam yang menunjukkan kebijaksanaan syariat dalam menyesuaikan hukum dengan kondisi dan kematangan iman umat.
Dari masa ke masa, praktik ziarah kubur ini terus berlangsung di kalangan Muslim. Namun, seiring berjalannya waktu dan masuknya pengaruh budaya serta keyakinan lokal yang beragam, terkadang muncul berbagai bentuk penyimpangan. Oleh karena itu, selalu kembali kepada tuntunan Al-Qur'an dan Sunnah adalah keharusan agar ziarah kubur tetap menjadi ibadah yang murni.
1.2. Tujuan Syar'i Ziarah Kubur
Dari hadis dan berbagai riwayat, kita dapat menyimpulkan beberapa tujuan syar'i (sesuai syariat) ziarah kubur. Memahami tujuan-tujuan ini adalah kunci untuk menjaga kemurnian ibadah ziarah kubur dan menghindari praktik-praktik yang menyimpang.
- Mengingat Kematian dan Akhirat: Ini adalah tujuan paling utama dan mendasar dari ziarah kubur. Dengan mengunjungi kuburan, seseorang akan teringat bahwa setiap jiwa pasti akan merasakan kematian, sebagaimana firman Allah SWT: "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati." (QS. Ali Imran: 185). Realitas ini mendorong untuk mempersiapkan diri menghadapi akhirat dengan memperbanyak amal saleh, bertaubat dari dosa, dan menjauhi maksiat. Kuburan menjadi pengingat konkret akan akhir perjalanan hidup di dunia, mendorong kita untuk tidak terlena dengan gemerlap dunia fana.
- Mendoakan Mayit: Ziarah kubur adalah kesempatan emas bagi yang hidup untuk mendoakan ampunan dan rahmat bagi saudara, kerabat, orang tua, guru, atau sesama Muslim yang telah meninggal dunia. Doa orang yang hidup insya Allah bermanfaat bagi mayit, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: "Apabila seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya." (HR. Muslim). Doa ini menunjukkan kasih sayang dan kepedulian kita terhadap mereka yang telah pergi, sebagai bentuk silaturahmi spiritual.
- Melembutkan Hati: Melihat kondisi kuburan, merenungkan kefanaan dunia, dan membayangkan diri kita kelak berada di posisi mereka dapat melembutkan hati yang keras karena terlalu sibuk dengan urusan dunia. Ia menumbuhkan rasa rendah diri, kekhusyukan, dan kesadaran akan kelemahan diri di hadapan Allah. Hati yang lembut akan lebih mudah menerima kebenaran dan lebih peka terhadap perintah Allah.
- Mengambil Ibrah (Pelajaran): Setiap kuburan adalah pelajaran berharga. Ia mengingatkan kita bahwa semua yang hidup akan kembali kepada Allah dan bahwa dunia ini hanyalah persinggahan sementara. Kekayaan, pangkat, ketampanan, atau kecantikan tidak akan dibawa serta ke liang lahat, melainkan hanya amal perbuatan. Ibrah ini mendorong kita untuk memanfaatkan sisa umur sebaik mungkin dalam ketaatan.
- Menghilangkan Rasa Takut Berlebihan Terhadap Kematian: Dengan sering mengunjungi kuburan dan merenungkan maknanya, seseorang dapat mengurangi rasa takut yang berlebihan dan tidak sehat terhadap kematian. Kematian adalah sebuah keniscayaan dan gerbang menuju akhirat. Memahaminya secara syar'i akan membantu kita menghadapinya dengan lebih tenang dan siap.
Penting untuk digarisbawahi, ziarah kubur bukanlah untuk meminta sesuatu kepada mayit, mengkultuskan kuburan, mencari keberkahan dari tanah kuburan, atau melakukan ritual-ritual bid'ah lainnya yang dapat mengarah pada kesyirikan. Tujuan-tujuan seperti ini bertentangan dengan ajaran tauhid, yaitu mengesakan Allah SWT dalam segala bentuk ibadah dan permohonan. Setiap amalan yang tidak bersumber dari Al-Qur'an dan Sunnah yang shahih harus dihindari.
2. Persiapan Sebelum Berziarah Kubur
Pelaksanaan ziarah kubur yang sesuai sunnah dimulai jauh sebelum seseorang melangkah menuju pemakaman. Persiapan yang matang, baik secara fisik maupun spiritual, akan memastikan ziarah berjalan lancar dan memberikan manfaat maksimal. Persiapan ini mencerminkan keseriusan dan penghormatan kita terhadap ibadah ini.
2.1. Niat yang Lurus dan Benar
Niat adalah fondasi setiap ibadah. Sebelum berangkat, luruskan niat bahwa ziarah kubur dilakukan semata-mata karena Allah SWT, mengikuti sunnah Rasulullah SAW, untuk mengingat mati, mendoakan ahli kubur, dan mengambil pelajaran dari kehidupan dan kematian. Ini adalah niat yang paling utama dan harus menjadi pondasi dari setiap langkah ziarah kita.
Hindari niat-niat yang tidak syar'i seperti meminta berkah kepada mayit, meminta nomor togel, mencari kesaktian, meminta jodoh, meminta kesembuhan, atau tujuan duniawi lainnya. Niat-niat seperti ini tidak hanya tidak bermanfaat, tetapi juga dapat merusak akidah dan mengarah pada perbuatan syirik. Ingatlah bahwa mayit sudah tidak memiliki daya dan upaya di alam kubur, sehingga tidak mungkin dapat mengabulkan permintaan kita. Hanya Allah SWT yang Maha Mengabulkan doa.
2.2. Bersuci (Wudhu)
Meskipun tidak ada kewajiban mutlak untuk berwudhu saat berziarah kubur, namun sangat dianjurkan untuk melakukannya. Berwudhu adalah bentuk thaharah (bersuci) yang dapat meningkatkan kekhusyukan dan kesiapan spiritual saat akan berdoa dan mengingat Allah. Ini adalah adab yang baik saat mengunjungi tempat suci dan berdoa, meskipun kuburan bukanlah masjid. Wudhu membantu menciptakan suasana hati yang lebih bersih dan tenang, yang sangat kondusif untuk merenung dan berdoa.
Jika dalam perjalanan menuju kuburan batal wudhunya dan tidak ada fasilitas untuk berwudhu, maka ziarah tetap sah. Namun, jika memungkinkan, upayakan untuk selalu dalam keadaan suci.
2.3. Berpakaian Sopan dan Menutup Aurat
Pilihlah pakaian yang sopan, bersih, dan menutupi aurat dengan sempurna. Bagi wanita, kenakan pakaian yang longgar, tidak transparan, dan berhijab syar'i. Hindari pakaian yang mencolok, ketat, atau menyerupai pakaian orang yang berduka secara berlebihan (misalnya, hitam-hitam total untuk menarik perhatian). Ziarah kubur adalah ibadah dan tempat untuk merenung, oleh karena itu, penampilan harus mencerminkan penghormatan terhadap tempat tersebut dan syariat Islam.
Pakaian yang rapi dan bersih juga menunjukkan rasa hormat kita terhadap diri sendiri dan lingkungan. Hindari memakai perhiasan yang berlebihan atau parfum yang menyengat, terutama bagi wanita, untuk menghindari fitnah dan menjaga fokus pada tujuan ziarah.
2.4. Menjaga Kebersihan Diri dan Lingkungan
Pastikan tubuh bersih dan tidak berbau. Jika memungkinkan, gunakan wewangian non-alkohol yang ringan. Selain itu, siapkan diri untuk tidak mengotori lingkungan pemakaman. Jika membawa sesuatu (misalnya alat kebersihan, air, atau bunga), pastikan untuk tidak meninggalkan sampah. Beberapa orang membawa alat kebersihan sederhana (misalnya sapu lidi atau serok) untuk membersihkan makam keluarga mereka, dan ini adalah tindakan yang baik selama tidak berlebihan atau menjadi ritual wajib. Membersihkan makam adalah bentuk penghormatan dan menjaga kebersihan lingkungan secara umum.
2.5. Persiapan Mental dan Kejiwaan
Selain persiapan fisik, persiapan mental dan kejiwaan juga sangat penting. Datanglah ke kuburan dengan hati yang tenang, bukan dengan emosi yang meledak-ledak. Hadirkan kesadaran penuh akan kematian dan kehidupan akhirat. Renungkan bahwa orang-orang yang bersemayam di kuburan tersebut pernah hidup seperti kita, memiliki ambisi, harapan, dan juga pernah merasakan suka dan duka. Kini, mereka hanya menunggu balasan amal. Renungan ini akan membantu kita menumbuhkan kekhusyukan dan mengambil pelajaran sejati dari ziarah kubur.
3. Adab dan Tata Cara Saat Berada di Pemakaman
Ketika tiba di area pemakaman, ada serangkaian adab dan tata cara yang harus diperhatikan agar ziarah kubur tetap berada dalam koridor syariat dan nilai-nilai etika Islam. Mengabaikan adab ini dapat mengurangi makna ziarah atau bahkan menjadikannya perbuatan yang tidak diterima.
3.1. Mengucapkan Salam Saat Memasuki Area Pemakaman
Begitu memasuki area pemakaman, dianjurkan untuk mengucapkan salam kepada ahli kubur. Salam ini ditujukan kepada seluruh penghuni kubur, baik yang dikenal maupun yang tidak dikenal, baik Muslim laki-laki maupun perempuan. Ini adalah sunnah Rasulullah SAW dan merupakan bentuk penghormatan serta pengakuan akan keberadaan mereka.
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُسْلِمِينَ، وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ بِكُمْ لَاحِقُونَ، نَسْأَلُ اللَّهَ لَنَا وَلَكُمُ الْعَافِيَةَ.
"Assalamualaikum ahlad diyaari minal mu’miniina wal muslimiin, wa inna insya Allah bikum laahiquun. Nas’alullah lanaa walakumul ‘aafiyah."
"Keselamatan atasmu wahai penghuni kubur dari kalangan mukminin dan muslimin, dan sesungguhnya kami insya Allah akan menyusul kalian. Kami memohon kepada Allah bagi kami dan bagi kalian keselamatan."
Salam ini mengandung pengakuan akan keberadaan mereka dan harapan untuk bertemu di akhirat kelak, serta doa keselamatan untuk semua. Rasulullah SAW mengajarkan doa ini kepada Aisyah ketika ia bertanya tentang apa yang harus diucapkan saat berziarah kubur. Ini adalah doa yang komprehensif, mencakup salam, pengingat kematian, dan permohonan keselamatan universal.
3.2. Tidak Duduk atau Berjalan di Atas Kuburan
Salah satu adab terpenting adalah menghormati mayit dengan tidak duduk atau berjalan di atas kuburan. Rasulullah SAW bersabda:
"Sungguh, jika salah seorang dari kalian duduk di atas bara api hingga pakaiannya terbakar dan sampai pada kulitnya, itu lebih baik baginya daripada duduk di atas kubur." (HR. Muslim)
Hadis ini menunjukkan betapa besar larangan dan pengharaman duduk di atas kubur, apalagi menginjaknya. Hal ini adalah bentuk penghormatan terhadap jenazah dan tempat peristirahatan terakhir mereka. Kuburan adalah tempat yang harus dimuliakan, bukan dijadikan tempat duduk atau pijakan. Jika terpaksa harus melintasi kuburan untuk sampai ke makam yang dituju, usahakan untuk tidak menginjak bagian yang tepat di atas jenazah dan berjalanlah dengan perlahan serta hati-hati di sela-sela kuburan, atau di jalur yang disediakan jika ada. Berhati-hatilah agar tidak melangkahi nisan.
3.3. Tidak Mengambil Apapun dari Kuburan
Dilarang mengambil tanah, batu, atau benda apapun dari kuburan dengan keyakinan bahwa benda tersebut memiliki keberkahan atau kekuatan magis. Keyakinan semacam ini termasuk dalam kategori syirik kecil atau bahkan syirik besar jika diyakini memiliki kekuatan mandiri selain Allah. Keberkahan hanya datang dari Allah, bukan dari benda mati atau tempat tertentu. Mengambil benda-benda dari kuburan dengan niat ini adalah perbuatan bid'ah yang bertentangan dengan ajaran tauhid. Jika ada bunga atau tanaman yang tumbuh di sekitar kuburan, memetiknya untuk dibawa pulang juga tidak dianjurkan, kecuali jika itu adalah tanaman pribadi yang memang ditanam dan dirawat oleh keluarga.
3.4. Tidak Melakukan Ritual yang Bid'ah atau Syirik
Hindari segala bentuk ritual yang tidak diajarkan dalam Islam, seperti mengusap-usap nisan, mencium kuburan, menabur bunga (kecuali sekadar sebagai tanda penghormatan dan bukan bagian dari ritual wajib), menyalakan lilin, menabur kemenyan, membakar dupa, mengikatkan kain di nisan, atau menyembelih hewan di kuburan. Praktik-praktik semacam ini tidak memiliki dasar dalam sunnah dan bahkan dapat mengarah pada kesyirikan.
Menabur bunga, meskipun tidak ada perintah khusus, hukumnya mubah (boleh) jika tujuannya adalah memperindah atau menunjukkan kasih sayang, bukan untuk mencari berkah dari bunga itu sendiri atau menganggapnya ritual wajib. Namun, jauh lebih utama adalah mendoakan mayit. Jika penaburan bunga dilakukan dengan keyakinan bahwa ia dapat meringankan siksa kubur atau membawa kebaikan bagi mayit secara supranatural, maka hal itu sudah menjadi bid'ah yang tercela.
3.5. Menjaga Kesucian dan Kebersihan
Jagalah kebersihan lingkungan kuburan. Jika ada sampah atau kotoran di sekitar makam yang akan diziarahi, membersihkannya adalah tindakan yang baik dan berpahala. Hindari membuang sampah sembarangan di area pemakaman. Lingkungan yang bersih akan menciptakan suasana yang lebih tenang dan kondusif untuk beribadah dan merenung. Membuang sampah sembarangan adalah perbuatan yang tidak beradab dan merusak lingkungan, bahkan di area pemakaman.
3.6. Tidak Berbicara Keras, Tertawa Berlebihan, atau Berbuat Gaduh
Area pemakaman adalah tempat untuk merenung, berdoa, dan mengingat akhirat. Oleh karena itu, jagalah ketenangan. Hindari berbicara keras, tertawa berlebihan, bercanda ria, atau berbuat gaduh yang dapat mengganggu kekhusyukan peziarah lain dan tidak menghormati penghuni kubur. Bicaralah dengan suara rendah dan penuh adab, seolah-olah Anda sedang berada di sebuah tempat yang sakral. Suasana yang tenang akan membantu dalam introspeksi diri dan konsentrasi saat berdoa.
3.7. Menjaga Pandangan dan Perilaku
Tundukkan pandangan dan hindari melihat-lihat hal yang tidak perlu. Terutama bagi laki-laki dan perempuan yang bukan mahram, hindari berinteraksi secara berlebihan atau bercampur baur tanpa menjaga batasan syar'i. Ingatlah bahwa tujuan ziarah adalah untuk ibadah, bukan untuk hal-hal lain yang dapat menimbulkan dosa atau fitnah.
4. Doa-doa dan Bacaan Saat Ziarah Kubur
Inti dari ziarah kubur adalah mendoakan ahli kubur dan mengambil pelajaran dari kematian. Oleh karena itu, memperbanyak doa dan zikir adalah amalan yang sangat dianjurkan. Doa adalah senjata utama seorang mukmin dan bentuk komunikasi langsung dengan Allah SWT.
4.1. Doa Umum Saat Memasuki Pemakaman (Diulang dari atas untuk kelengkapan)
Seperti yang telah disebutkan, saat memasuki area pemakaman, ucapkan salam dan doa berikut. Doa ini adalah doa yang diajarkan langsung oleh Rasulullah SAW, sehingga memiliki keutamaan tersendiri. Mengucapkannya dengan penghayatan akan menambah kekhusyukan.
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُسْلِمِينَ، وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ بِكُمْ لَاحِقُونَ، نَسْأَلُ اللَّهَ لَنَا وَلَكُمُ الْعَافِيَةَ.
"Assalamualaikum ahlad diyaari minal mu’miniina wal muslimiin, wa inna insya Allah bikum laahiquun. Nas’alullah lanaa walakumul ‘aafiyah."
"Keselamatan atasmu wahai penghuni kubur dari kalangan mukminin dan muslimin, dan sesungguhnya kami insya Allah akan menyusul kalian. Kami memohon kepada Allah bagi kami dan bagi kalian keselamatan."
Doa ini diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu anha, ketika ia bertanya kepada Rasulullah SAW tentang apa yang harus diucapkan saat berziarah kubur. Doa ini adalah doa yang sangat komprehensif, mencakup salam, pengakuan tentang kematian, dan permohonan keselamatan universal. Ia juga mengingatkan kita bahwa kita adalah makhluk fana yang suatu saat akan menyusul mereka.
4.2. Doa Khusus untuk Mayit yang Dikenal
Ketika telah sampai di makam kerabat, orang tua, guru, atau orang yang dikenal, selain doa umum di atas, kita bisa menambahkan doa khusus untuknya. Doa-doa ini berisikan permohonan ampunan, rahmat, dan kebaikan di alam kubur serta di akhirat. Memanjatkan doa ini dengan menyebut nama mayit secara spesifik dapat meningkatkan rasa kedekatan dan kekhusyukan.
4.2.1. Doa Mohon Ampunan dan Rahmat yang Lengkap
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ وَوَسِّعْ مُدْخَلَهُ وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ.
"Allahummaghfir lahu warhamhu wa 'aafihi wa'fu 'anhu wa akrim nuzulahu wa wassi' madkhalahu waghsilhu bil-ma'i wats-tsalji wal-baradi wa naqqihi minal khathaayaa kamaa yunaqqats tsaubul abyadhu minad danasi wa abdilhu daaran khairan min daarihi wa ahlan khairan min ahlihi wa zaujan khairan min zaujihi wa adkhilhul jannata wa a'idzhu min 'adzabil qabri wa min 'adzabin naar."
"Ya Allah, ampunilah dia (laki-laki), rahmatilah dia, sejahterakanlah dia, dan maafkanlah dia. Muliakanlah tempat tinggalnya dan luaskanlah kuburannya. Mandikanlah dia dengan air, salju, dan embun. Sucikanlah dia dari segala kesalahan sebagaimana kain putih disucikan dari kotoran. Gantilah rumahnya dengan rumah yang lebih baik, keluarganya dengan keluarga yang lebih baik, dan pasangannya dengan pasangan yang lebih baik. Masukkanlah dia ke surga dan lindungilah dia dari siksa kubur dan siksa api neraka."
Doa ini adalah doa yang sangat komprehensif, mencakup permohonan ampunan, rahmat, keselamatan di kubur dan akhirat, serta penggantian yang lebih baik di sisi Allah. Jika mayit adalah wanita, ganti 'lahu' menjadi 'laha' pada kata ganti pertama, dan kata ganti lainnya disesuaikan (misalnya, 'nuzulaha', 'madkhalaha', 'ghasilha', 'naqqiha', 'abdilha', 'adkhilha', 'a'idzha'). Mengucapkan doa ini dengan sepenuh hati diharapkan dapat memberikan manfaat besar bagi mayit.
4.2.2. Doa Singkat
Jika kesulitan menghafal doa panjang, doa singkat ini sudah mencukupi dan tetap bermakna:
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ.
"Allahummaghfir lahu warhamhu."
"Ya Allah, ampunilah dia (laki-laki) dan rahmatilah dia."
Sama seperti doa panjang, jika mayit adalah wanita, ganti 'lahu' menjadi 'laha'. Kesederhanaan doa ini tidak mengurangi bobot maknanya di hadapan Allah SWT.
4.3. Bacaan Al-Qur'an
Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum membaca Al-Qur'an di kuburan dan apakah pahalanya sampai kepada mayit. Namun, mayoritas ulama Ahlus Sunnah wal Jama'ah membolehkan dan menganjurkan membaca Al-Qur'an untuk mayit, baik di kuburan maupun di tempat lain, dengan niat menghadiahkan pahalanya. Berikut beberapa surah yang sering dibaca:
- Surah Al-Fatihah: Dibaca satu kali. Surah ini adalah Ummul Kitab dan merupakan pembuka setiap doa.
- Surah Al-Ikhlas: Dibaca tiga kali. Membacanya tiga kali setara dengan mengkhatamkan Al-Qur'an.
- Surah Al-Falaq: Dibaca satu kali, sebagai permohonan perlindungan.
- Surah An-Nas: Dibaca satu kali, juga sebagai permohonan perlindungan.
- Surah Yasin: Beberapa ulama menganjurkan membaca Surah Yasin karena dianggap memiliki keutamaan khusus bagi mayit, meskipun hadis-hadis mengenainya sebagian diperselisihkan keshahihannya. Namun, secara umum, membaca Al-Qur'an di mana saja dan menghadiahkan pahalanya kepada mayit adalah hal yang baik, selama tidak diyakini sebagai ritual wajib atau bid'ah yang harus dilakukan di kuburan.
- Ayat Kursi (QS. Al-Baqarah: 255): Ayat agung ini juga sering dibaca karena keutamaannya.
Intinya, membaca ayat-ayat Al-Qur'an di kuburan adalah bagian dari dzikir dan doa, yang mana pahalanya diharapkan dapat sampai kepada mayit dengan izin Allah SWT. Yang terpenting adalah membaca dengan tadabbur (perenungan) dan ikhlas, bukan sekadar menggugurkan kewajiban tanpa makna.
4.4. Zikir dan Tahlil
Selain Al-Qur'an, memperbanyak zikir dan tahlil juga sangat dianjurkan. Zikir adalah pengingat akan kebesaran Allah dan dapat menenangkan hati. Beberapa zikir yang bisa dibaca:
- La ilaha illallah: Kalimat tauhid ini adalah zikir paling utama. Mengulanginya berkali-kali adalah bentuk pengesaan Allah dan pengingat akan tujuan hidup.
- Subhanallah walhamdulillah wala ilaha illallah wallahu akbar: Tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir. Kalimat-kalimat ini merupakan inti pujian dan pengagungan kepada Allah.
- Istighfar: Memohon ampun kepada Allah untuk diri sendiri dan mayit. Contoh: "Astaghfirullahal 'adzim li waliwalidayya walil mu'minina wal mu'minat wal muslimina wal muslimat al-ahya'i minhum wal amwat." (Aku memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung untukku, kedua orang tuaku, kaum mukminin dan mukminat, kaum muslimin dan muslimat, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal.) Ini adalah doa yang sangat inklusif.
- Shalawat kepada Nabi Muhammad SAW: Membaca shalawat juga dianjurkan, seperti "Allahumma shalli 'ala Muhammad wa 'ala aali Muhammad."
Setelah membaca Al-Qur'an dan zikir, akhiri dengan doa penutup yang memohon kepada Allah agar semua pahala bacaan tersebut disampaikan kepada mayit yang kita ziarahi dan seluruh ahli kubur. Doa ini adalah jembatan spiritual yang menghubungkan kita dengan mereka yang telah tiada.
5. Kesalahan Umum yang Harus Dihindari Saat Ziarah Kubur
Meskipun ziarah kubur adalah amalan yang dianjurkan dan memiliki banyak hikmah, namun ada banyak praktik keliru yang seringkali terjadi dan harus dihindari karena dapat merusak akidah atau mengurangi pahala ibadah. Kesalahan-kesalahan ini umumnya berasal dari ketidaktahuan atau pengaruh tradisi yang bertentangan dengan syariat.
5.1. Meminta Sesuatu kepada Mayit
Ini adalah kesalahan paling fatal dan dapat jatuh pada perbuatan syirik besar. Meminta pertolongan, rezeki, jodoh, kesembuhan, keselamatan, atau hal-hal lain kepada mayit adalah tindakan yang sangat dilarang dalam Islam. Hanya Allah SWT sajalah yang berhak dimintai pertolongan dan yang memiliki kuasa atas segala sesuatu. Mayit, setelah meninggal, sudah terputus amalnya dan tidak dapat mendengar permintaan kita, apalagi mengabulkannya. Tujuan ziarah adalah mendoakan mayit, bukan meminta kepada mayit.
"Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan." (QS. Al-Fatihah: 5)
Ayat ini dengan jelas menegaskan bahwa segala bentuk ibadah dan permohonan hanya ditujukan kepada Allah SWT semata. Syirik adalah dosa terbesar yang tidak diampuni Allah jika meninggal dalam keadaan belum bertaubat.
5.2. Mengusap-usap Nisan atau Batu Nisan untuk Mencari Keberkahan
Praktik ini juga tidak memiliki dasar dalam Islam dan termasuk bid'ah yang dapat mengarah pada kesyirikan. Keberkahan datang dari Allah melalui ibadah yang sesuai syariat, bukan dari benda mati seperti nisan atau tanah kuburan. Rasulullah SAW dan para sahabat tidak pernah melakukan atau mengajarkan praktik ini. Mengusap-usap kuburan dengan harapan mendapatkan berkah atau penyembuhan adalah bentuk pengkultusan yang dilarang dan merupakan langkah menuju syirik. Kuburan bukanlah tempat keramat yang dapat memberikan manfaat fisik atau spiritual secara langsung.
5.3. Mengadakan Kenduri, Sesajen, atau Kurban di Kuburan
Mengadakan acara makan-makan (kenduri) di kuburan, meletakkan sesajen, membakar kemenyan, atau menyembelih hewan kurban di area kuburan adalah perbuatan bid'ah yang menyerupai tradisi Jahiliyah dan berpotensi syirik. Kurban hanya disembelih atas nama Allah dan diperuntukkan bagi-Nya, bukan untuk arwah atau penunggu kubur. Sesajen dan persembahan adalah bentuk ibadah kepada selain Allah, yang jelas-jelas dilarang dalam Islam. Makanan yang dibawa ke kuburan sebaiknya dibagikan kepada fakir miskin atau mereka yang membutuhkan di luar area kuburan, dengan niat bersedekah dan pahalanya dihadiahkan kepada mayit.
5.4. Menyiram Air Kembang atau Air Mawar Secara Berlebihan dengan Keyakinan Tertentu
Menyiram air atau menabur bunga sesekali sebagai bentuk penghormatan dan kebersihan mungkin diperbolehkan jika tidak ada keyakinan tertentu di baliknya. Namun, jika dilakukan secara berlebihan dengan keyakinan bahwa air kembang tersebut dapat menyucikan dosa mayit, mendinginkan kubur secara fisik, atau mendatangkan keberkahan khusus, maka hal itu sudah menyimpang. Islam tidak mengajarkan praktik semacam ini. Tujuan utama dari membersihkan kuburan adalah menjaga kebersihan dan kerapian, bukan ritual penyucian supranatural.
5.5. Berduka Cita Secara Berlebihan (Meratap)
Merasakan kesedihan atas wafatnya seseorang adalah hal yang manusiawi dan diperbolehkan. Menangis tanpa suara atau dengan suara lirih adalah fitrah manusiawi. Namun, meratap, menangis meraung-raung dengan suara keras, merobek pakaian, menampar pipi, mencabik rambut, atau mengucapkan perkataan yang tidak ridha terhadap takdir Allah adalah perbuatan yang dilarang dan bertentangan dengan kesabaran. Rasulullah SAW bersabda:
"Bukan dari golongan kami orang yang menampar pipi, merobek saku baju, dan menyeru dengan seruan jahiliyah." (HR. Bukhari dan Muslim)
Muslim diajarkan untuk bersabar dan menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT, seraya mengucapkan Innalillahi wa inna ilaihi raji'un.
5.6. Membangun Kuburan Secara Berlebihan atau Memberi Ornamen Mewah
Rasulullah SAW melarang meninggikan kuburan secara berlebihan, membuat bangunan di atasnya (seperti kubah, tembok tinggi, atau makam permanen yang mewah), atau menulis di atasnya secara berlebihan. Tujuan larangan ini adalah untuk menghindari pengkultusan kuburan dan pemborosan harta. Kuburan seharusnya sederhana, sebagai tanda pengingat kematian, bukan sebagai monumen kemegahan. Ornamen mewah dapat menarik perhatian yang tidak semestinya, mengarah pada penyalahgunaan fungsi kuburan, dan bertentangan dengan prinsip kesederhanaan dalam Islam.
Jabir bin Abdullah berkata: "Rasulullah SAW melarang menyemen kubur, membangun di atasnya, dan menulis di atasnya." (HR. Muslim)
Meskipun penulisan nama dan tanggal wafat pada nisan kecil diperbolehkan untuk identifikasi, penulisan berlebihan atau ukiran mewah adalah yang dilarang.
5.7. Mengkhususkan Waktu Tertentu untuk Ziarah yang Tidak Ada Dasar Syar'inya
Meskipun ziarah kubur di hari Jumat, menjelang Ramadhan, atau Hari Raya adalah praktik yang umum di sebagian masyarakat, tidak ada dalil shahih yang mengkhususkan keutamaan ziarah kubur pada hari-hari tertentu melebihi hari-hari lainnya. Ziarah kubur dapat dilakukan kapan saja, tanpa pengkhususan waktu yang tidak berdasar syariat, kecuali dalam konteks Idul Fitri/Adha yang biasanya digunakan untuk berkunjung ke sanak keluarga, dan sebagian tradisi juga memasukkan ziarah kubur dalam rangkaian tersebut. Yang penting adalah niat dan adabnya, bukan mengkhususkan waktu tanpa dalil yang kuat. Jika memilih hari tertentu karena alasan praktis (misal: libur kerja), itu tidak masalah, selama tidak disertai keyakinan keutamaan yang tidak ada dalilnya.
5.8. Bercampur Baur Antara Laki-laki dan Perempuan Tanpa Menjaga Batasan Syar'i
Di area pemakaman, terutama saat suasana emosional dan banyak kerabat berkumpul, seringkali terjadi bercampurnya laki-laki dan perempuan yang bukan mahram tanpa menjaga batasan syar'i. Hal ini harus dihindari untuk menjaga kehormatan dan menghindari fitnah. Hendaknya masing-masing menjaga pandangan dan adab pergaulan sesuai syariat Islam. Wanita dan pria harus menjaga jarak dan tidak berinteraksi yang tidak perlu.
5.9. Mengambil Foto atau Selfie di Kuburan untuk Tujuan yang Tidak Sesuai
Meskipun fotografi adalah hal yang mubah, namun mengambil foto selfie atau berfoto dengan pose-pose yang tidak pantas di area kuburan adalah perbuatan yang kurang beradab. Kuburan adalah tempat untuk merenung, berdoa, dan mengingat akhirat, bukan tempat untuk bersenang-senang, pamer di media sosial, atau berkreasi seni yang tidak relevan. Jika ada kebutuhan untuk mendokumentasikan (misalnya makam yang baru direnovasi atau untuk keperluan keluarga), lakukanlah dengan niat yang baik, cepat, dan cara yang sopan tanpa mengganggu kekhusyukan atau mengambil fokus dari tujuan ziarah yang sebenarnya.
6. Hikmah dan Manfaat Ziarah Kubur yang Benar
Apabila dilaksanakan sesuai dengan tuntunan syariat dan adab-adab Islami, ziarah kubur akan mendatangkan banyak hikmah dan manfaat, baik bagi peziarah maupun bagi mayit. Hikmah ini bukan sekadar janji kosong, melainkan buah dari perenungan dan ibadah yang tulus.
6.1. Mengingat Mati dan Kehidupan Akhirat
Ini adalah hikmah terbesar. Kunjungan ke kuburan menjadi pengingat konkret bahwa kehidupan dunia ini fana, bersifat sementara, dan setiap makhluk hidup pasti akan merasakan kematian. Allah SWT berfirman: "Setiap yang bernyawa akan merasakan mati." (QS. Ali Imran: 185). Realitas ini seharusnya memotivasi kita untuk beramal saleh, menjauhi maksiat, dan mempersiapkan bekal untuk kehidupan abadi di akhirat.
Setiap nisan adalah cerminan dari diri kita di masa depan. Kita akan berakhir di tempat yang sama, dengan amal perbuatan sebagai satu-satunya bekal. Renungan ini menumbuhkan kesadaran diri, menekan hawa nafsu duniawi, dan membuat kita lebih fokus pada tujuan hakiki penciptaan.
6.2. Melembutkan Hati dan Menambah Kekhusyukan
Melihat kesunyian kuburan, merenungkan nasib orang-orang yang telah mendahului, dan membayangkan diri kita di posisi mereka dapat melembutkan hati yang mungkin keras karena terlalu sibuk dengan urusan dunia. Ia menumbuhkan rasa rendah diri di hadapan Allah dan meningkatkan kekhusyukan dalam beribadah, karena menyadari betapa singkatnya waktu yang diberikan dan betapa dahsyatnya pertanggungjawaban di akhirat. Hati yang lembut lebih mudah menerima hidayah dan nasihat.
6.3. Memperkuat Tauhid dan Menjauhkan dari Kesyirikan
Dengan memahami tujuan ziarah kubur yang benar (mendoakan, bukan meminta), seorang Muslim akan semakin teguh dalam tauhidnya. Ia menyadari bahwa segala daya dan upaya hanyalah milik Allah, dan hanya kepada-Nya lah permohonan ditujukan. Ini adalah benteng kuat yang menjauhkan dari segala bentuk kesyirikan, baik yang terang-terangan maupun yang terselubung. Ziarah kubur yang benar menegaskan bahwa tidak ada perantara antara hamba dengan Rabb-nya dalam berdoa dan memohon.
6.4. Mengajarkan Kesabaran dan Keridhaan
Bagi mereka yang kehilangan orang terkasih, ziarah kubur dapat menjadi sarana untuk melatih kesabaran dan keridhaan atas takdir Allah. Melihat kuburan dapat mengingatkan bahwa kematian adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan, dan bahwa kita harus menerima ketetapan-Nya dengan ikhlas. Ini membantu proses penyembuhan emosional secara Islami, menenangkan jiwa yang berduka dengan mengingatkan pada janji Allah dan kehidupan akhirat.
6.5. Menjaga Silaturahmi dan Hak Sesama Muslim
Mendoakan mayit, terutama kerabat dan sesama Muslim, adalah bagian dari hak mereka atas kita. Ini adalah bentuk silaturahmi yang terus terjalin antara yang hidup dan yang telah wafat. Doa dari yang hidup insya Allah dapat meringankan beban ahli kubur di alam barzakh. Rasulullah SAW bersabda: "Doa seorang Muslim untuk saudaranya (Muslim lainnya) tanpa sepengetahuannya adalah mustajab." (HR. Muslim). Maka, doa untuk mayit juga diharapkan mustajab.
Bagi keluarga yang masih hidup, ziarah kubur bersama juga bisa menjadi momen untuk mempererat tali silaturahmi antaranggota keluarga, saling mengingatkan akan kematian, dan memperkuat ikatan kekeluargaan serta rasa persaudaraan sesama Muslim.
6.6. Menumbuhkan Rasa Zuhud Terhadap Dunia
Zuhud bukan berarti meninggalkan dunia sama sekali, melainkan tidak menjadikan dunia sebagai tujuan utama dan tidak bergantung padanya. Ziarah kubur secara efektif mengingatkan bahwa segala kemewahan, jabatan, dan harta benda di dunia ini akan ditinggalkan. Yang tersisa hanyalah amal saleh. Renungan ini mendorong untuk menggunakan harta dan waktu di dunia untuk bekal akhirat, menginvestasikan hidup pada hal-hal yang kekal, dan tidak terpikat oleh fana-nya dunia.
6.7. Meningkatkan Kualitas Ibadah
Pengingat akan kematian yang didapatkan dari ziarah kubur dapat meningkatkan kualitas ibadah kita. Seseorang akan lebih bersungguh-sungguh dalam shalat, lebih ikhlas dalam beramal, dan lebih giat dalam mencari ilmu, karena menyadari bahwa waktu yang tersisa sangat terbatas dan setiap kesempatan harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk mengumpulkan pahala.
7. Ziarah Kubur Bagi Wanita
Pada awalnya, ada larangan bagi wanita untuk berziarah kubur, yang sebagian ulama memahami sebagai larangan mutlak. Namun, mayoritas ulama berpendapat bahwa larangan tersebut telah dimansukh (dihapus) dan diganti dengan kebolehan, sama seperti laki-laki, dengan syarat tetap menjaga adab dan batasan syar'i. Pemahaman ini penting untuk menghilangkan keraguan dan memberikan kejelasan hukum bagi Muslimah.
7.1. Hadis Mengenai Kebolehan Wanita Berziarah
Salah satu dalil yang menunjukkan kebolehan wanita berziarah adalah hadis Rasulullah SAW yang melewati seorang wanita yang sedang menangis di samping kuburan anaknya. Rasulullah SAW tidak melarang wanita itu berziarah, tetapi menasihatinya untuk bersabar dan bertakwa. Ini mengisyaratkan bahwa keberadaan wanita di kuburan bukanlah masalah, asalkan adabnya terjaga dan tidak disertai ratapan yang berlebihan. Hadis lain juga menunjukkan kebolehan secara umum ketika Rasulullah SAW bersabda: "Dulu aku melarang kalian berziarah kubur. Sekarang ziarahlah!" (HR. Muslim), di mana seruan ini mencakup laki-laki dan perempuan.
Ulama seperti Imam An-Nawawi menjelaskan bahwa larangan ziarah kubur bagi wanita pada masa awal Islam mungkin karena kekhawatiran akan emosi yang berlebihan, berhias secara mencolok, atau perilaku yang tidak pantas yang masih melekat dari kebiasaan Jahiliyah. Namun, jika tujuannya adalah untuk mengingat akhirat, mendoakan mayit, dan dilakukan dengan adab yang benar, maka diperbolehkan dan bahkan dianjurkan.
7.2. Adab Khusus Bagi Wanita
Meskipun diperbolehkan, wanita memiliki adab tambahan yang harus dijaga agar ziarahnya tetap sesuai syariat dan terhindar dari fitnah:
- Menutup Aurat Sempurna: Ini adalah kewajiban umum bagi Muslimah di tempat umum, dan lebih ditekankan saat berada di tempat yang penuh renungan seperti pemakaman. Pakaian harus longgar, tidak transparan, dan hijab menutupi seluruh rambut serta dada.
- Tidak Berhias dan Tidak Memakai Parfum Mencolok: Wanita dilarang menarik perhatian lawan jenis dengan perhiasan yang berlebihan, riasan wajah yang tebal, atau parfum yang menyengat saat berada di luar rumah, termasuk di kuburan. Tujuannya adalah untuk menghindari fitnah dan menjaga kesucian suasana.
- Menjaga Diri dari Ratapan dan Tangisan Berlebihan: Wanita cenderung lebih emosional, sehingga penting untuk menahan diri dari meratap, menangis meraung-raung, atau menunjukkan kesedihan yang berlebihan yang dilarang syariat. Kesedihan yang wajar diperbolehkan, namun harus disertai dengan kesabaran dan keridhaan terhadap takdir Allah.
- Tidak Khalwat (Berdua-duaan dengan non-mahram): Jika berziarah, pastikan didampingi mahram (suami, ayah, saudara laki-laki, dll.) atau pergi dalam kelompok yang aman dan tidak menimbulkan fitnah. Hindari situasi di mana seorang wanita hanya berdua dengan pria non-mahram di tempat sepi.
- Tidak Mengganggu Kekhusyukan Orang Lain: Hindari berbicara keras, tertawa, atau melakukan hal-hal yang dapat mengganggu suasana khusyuk di pemakaman. Jagalah ketenangan dan kesopanan.
- Menjaga Jarak dan Tidak Bercampur Baur: Sebisa mungkin, wanita dan pria dianjurkan untuk menjaga jarak dan tidak bercampur baur secara bebas, terutama saat suasana emosional yang dapat memicu pelanggaran batasan syar'i.
- Tidak Sering Berziarah (Bagi Sebagian Pendapat): Beberapa ulama menasihati wanita agar tidak terlalu sering berziarah karena khawatir akan emosi yang berlebihan atau kesulitan menjaga batasan syariat, yang pada akhirnya dapat mengurangi hikmah ziarah itu sendiri. Namun, ini bukan larangan mutlak, lebih kepada nasihat untuk menjaga diri. Jika seorang wanita mampu menjaga adab dan emosinya, maka ziarah yang sering pun diperbolehkan.
8. Ziarah Kubur di Waktu Tertentu (Jumat, Hari Raya, Ramadhan)
Secara umum, ziarah kubur tidak memiliki waktu khusus yang diwajibkan atau disunnahkan secara mutlak dalam dalil shahih. Seorang Muslim dapat berziarah kapan saja selama ia memiliki niat yang benar dan menjaga adab-adabnya.
8.1. Ziarah Kubur di Hari Jumat
Banyak masyarakat Muslim, khususnya di Indonesia, memiliki tradisi ziarah kubur pada hari Jumat. Meskipun ada hadis dhaif (lemah) yang menyebutkan keutamaan ziarah di hari Jumat, tidak ada dalil shahih yang secara eksplisit mengkhususkan hari Jumat untuk ziarah kubur sebagai amalan sunnah khusus yang lebih utama dari hari lain. Para ulama tidak menemukan dasar yang kuat dari Nabi SAW atau para sahabat yang mengkhususkan hari Jumat untuk ziarah kubur secara rutin.
Namun, jika seseorang memilih hari Jumat karena mudah mendapatkan waktu luang (hari libur kerja/sekolah) atau karena kebiasaan baik masyarakat yang tidak bertentangan dengan syariat, maka hal itu diperbolehkan, selama tidak diyakini sebagai ibadah yang hanya sah dilakukan pada hari itu atau memiliki keutamaan khusus yang tidak ada dalilnya. Yang terpenting adalah niat dan adabnya, bukan hari pelaksanaannya.
8.2. Ziarah Kubur Jelang Ramadhan atau Hari Raya
Tradisi ziarah kubur menjelang Ramadhan atau Hari Raya Idul Fitri/Adha juga sangat populer di banyak komunitas Muslim. Sama seperti hari Jumat, tidak ada dalil khusus yang menguatkan keutamaan ziarah pada waktu-waktu tersebut di atas hari-hari biasa. Rasulullah SAW dan para sahabat tidak pernah mengkhususkan ziarah kubur di waktu-waktu ini sebagai sunnah yang ditekankan.
Namun, jika dilakukan dengan niat baik untuk mendoakan ahli kubur dan mengingat mati, serta tidak dibarengi dengan praktik bid'ah atau syirik, maka diperbolehkan. Terkadang, ziarah menjelang Ramadhan menjadi momen untuk membersihkan makam, yang merupakan tindakan yang baik dan terpuji dari segi kebersihan. Sementara ziarah di hari raya seringkali menjadi bagian dari silaturahmi keluarga yang lebih luas, di mana ziarah ke makam leluhur menjadi salah satu rangkaian kunjungan. Selama tujuan utamanya adalah mengingat akhirat dan mendoakan mayit, bukan ritual bid'ah atau kepercayaan takhayul, maka tidak masalah.
Penting untuk selalu memisahkan antara tradisi atau adat istiadat masyarakat dengan ajaran syariat Islam yang murni. Jika tradisi tersebut tidak bertentangan dengan syariat, tidak masalah untuk melaksanakannya. Namun, jika ia bertentangan, maka syariat harus didahulukan.
9. Panduan Langkah demi Langkah Melaksanakan Cara Ziarah Kubur
Untuk memudahkan pemahaman dan penerapan, berikut adalah rangkuman panduan langkah demi langkah mengenai cara ziarah kubur yang sesuai sunnah dan adab Islami. Ikuti setiap langkah dengan penuh kesadaran dan kekhusyukan.
- Luruskan Niat: Ini adalah langkah pertama dan terpenting. Sebelum berangkat dari rumah, niatkan ziarah kubur hanya karena Allah SWT, untuk mengingat mati, mengambil pelajaran dari kefanaan dunia, dan mendoakan ahli kubur. Jauhkan niat-niat yang menyimpang dari akidah tauhid.
- Persiapan Diri: Pastikan Anda dalam keadaan suci (berwudhu sangat dianjurkan meskipun tidak wajib). Kenakan pakaian yang sopan, bersih, dan menutup aurat dengan sempurna. Hindari pakaian atau perhiasan yang mencolok dan parfum yang menyengat.
- Perjalanan Menuju Pemakaman: Selama perjalanan, perbanyaklah dzikir, istighfar, dan renungkan tentang kematian serta kehidupan akhirat. Ini akan membantu Anda membangun suasana hati yang khusyuk.
- Saat Memasuki Area Pemakaman: Begitu memasuki gerbang atau area pemakaman, berhentilah sejenak dan ucapkan salam umum kepada seluruh ahli kubur. Berdiri menghadap kuburan secara umum, lalu ucapkan:
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُسْلِمِينَ، وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ بِكُمْ لَاحِقُونَ، نَسْأَلُ اللَّهَ لَنَا وَلَكُمُ الْعَافِيَةَ.
"Assalamualaikum ahlad diyaari minal mu’miniina wal muslimiin, wa inna insya Allah bikum laahiquun. Nas’alullah lanaa walakumul ‘aafiyah."
"Keselamatan atasmu wahai penghuni kubur dari kalangan mukminin dan muslimin, dan sesungguhnya kami insya Allah akan menyusul kalian. Kami memohon kepada Allah bagi kami dan bagi kalian keselamatan."
- Menuju Makam yang Dituju: Berjalanlah dengan tenang, perlahan, dan penuh hormat. Hindari menginjak atau duduk di atas kuburan. Jika ada kotoran atau sampah di sekitar makam yang akan diziarahi, bersihkanlah dengan ikhlas sebagai bentuk penghormatan dan menjaga kebersihan.
- Berdoa di Samping Makam: Berdirilah di samping makam yang Anda tuju, dianjurkan di bagian kepala mayit jika memungkinkan, atau di tempat yang nyaman tanpa mengganggu makam lain.
- Baca Al-Fatihah: Satu kali.
- Baca Surah Al-Ikhlas: Tiga kali.
- Baca Surah Al-Falaq: Satu kali.
- Baca Surah An-Nas: Satu kali.
- Jika ingin, bisa dilanjutkan dengan membaca Surah Yasin, Ayat Kursi, atau ayat-ayat Al-Qur'an lainnya.
- Kemudian, panjatkan doa khusus untuk mayit. Anda bisa menggunakan doa panjang atau doa singkat yang telah disebutkan sebelumnya. Misalnya:
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ...
Atau doa singkat:اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ.
- Berdoalah dengan penuh khusyuk, menghadirkan hati, dan memohon kepada Allah agar mayit diampuni dosa-dosanya, dilapangkan kuburnya, diterangi, dan diterima di sisi-Nya. Ingat, jangan meminta apapun kepada mayit, melainkan mintalah hanya kepada Allah SWT.
- Renungkan Kematian: Setelah berdoa dan membaca Al-Qur'an, luangkan waktu sejenak untuk merenung tentang kematian, akhirat, dan nasib diri sendiri. Jadikan momen ini sebagai muhasabah (introspeksi diri), mempertanyakan bekal apa yang sudah Anda siapkan untuk menghadapi hari perhitungan.
- Mengakhiri Ziarah: Setelah selesai, ucapkan salam perpisahan dan berpamitan kepada ahli kubur. Kembalilah dengan hati yang lebih lembut, jiwa yang lebih tawadhu (rendah hati), dan tekad untuk senantiasa memperbaiki diri.
- Menjaga Adab Saat Meninggalkan Pemakaman: Jangan berlari atau tergesa-gesa saat meninggalkan area pemakaman. Jagalah kebersihan dan ketenangan hingga Anda keluar dari seluruh area pemakaman.
10. Pentingnya Konsistensi dan Keistiqamahan dalam Adab Ziarah
Memahami teori adalah satu hal, namun mengamalkannya dengan konsisten adalah tantangan lain. Keistiqamahan dalam menjaga adab dan tata cara ziarah kubur yang benar adalah kunci utama untuk mendapatkan manfaat maksimal dari ibadah ini. Seringkali, godaan untuk mengikuti kebiasaan yang keliru atau terjebak dalam emosi sesaat dapat mengaburkan tujuan syar'i dari ziarah kubur. Konsistensi menunjukkan kesungguhan iman dan ketaatan.
10.1. Menjadi Contoh Bagi Keluarga dan Masyarakat
Ketika seseorang secara konsisten menjalankan ziarah kubur sesuai sunnah, ia tidak hanya mendapatkan pahala dan hikmah bagi dirinya sendiri, tetapi juga menjadi contoh teladan bagi keluarga, anak-anak, dan masyarakat sekitarnya. Ini adalah bentuk dakwah bil hal (dakwah melalui perbuatan) yang sangat efektif. Anak-anak yang melihat orang tuanya berziarah dengan adab yang benar akan tumbuh dengan pemahaman yang lurus tentang praktik ini, menjauhi bid'ah dan syirik sejak dini. Lingkungan sekitar juga akan teredukasi.
10.2. Melestarikan Ajaran Tauhid
Ziarah kubur yang benar adalah benteng pelindung dari kesyirikan. Dengan terus menerus menekankan bahwa doa hanya kepada Allah dan mayit tidak dapat memberi manfaat atau mudarat, kita secara tidak langsung turut melestarikan kemurnian ajaran tauhid di tengah masyarakat yang terkadang masih diwarnai oleh praktik-praktik mistis atau animisme. Setiap ziarah yang benar adalah penegasan kembali keesaan Allah dan penolakan terhadap segala bentuk pengkultusan selain-Nya.
10.3. Memperkuat Ikatan Iman
Setiap ziarah kubur yang dilakukan dengan niat dan adab yang benar akan memperkuat ikatan iman seseorang. Ia akan semakin yakin akan adanya hari kebangkitan, adanya balasan atas amal perbuatan, dan urgensi untuk mempersiapkan diri menghadapi akhirat. Keyakinan ini akan termanifestasi dalam kehidupan sehari-hari melalui peningkatan kualitas ibadah, akhlak mulia, menjauhi kemaksiatan, dan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Iman yang kuat adalah pondasi hidup yang kokoh.
10.4. Menghindarkan Diri dari Bid'ah dan Khurafat
Dengan berpegang teguh pada tuntunan sunnah dalam berziarah, kita akan secara otomatis terhindar dari berbagai praktik bid'ah (perkara baru dalam agama yang tidak ada contohnya dari Nabi SAW) dan khurafat (kepercayaan takhayul) yang seringkali menyertai ziarah kubur di sebagian tempat. Membedakan antara tradisi lokal yang mubah (boleh) dengan amalan yang menyimpang dari syariat adalah hal krusial yang membutuhkan ilmu dan keistiqamahan. Ilmu adalah cahaya yang membimbing kita dari kegelapan kebatilan.
Contohnya, tradisi bersih-bersih makam sebelum Ramadhan adalah hal yang baik selama niatnya untuk kebersihan. Namun, jika dibarengi dengan ritual sesajen atau permohonan kepada mayit, maka itu sudah melenceng. Ilmu dan konsistensi akan memandu kita pada jalur yang benar, menjaga ibadah kita tetap murni dan diterima di sisi Allah.
Penutup
Ziarah kubur adalah praktik mulia dalam Islam yang sarat akan hikmah dan pelajaran. Dengan memahami hukum, tujuan syar'i, adab yang benar, doa-doa yang dianjurkan, serta menghindari kesalahan-kesalahan yang umum terjadi, kita dapat menjadikan ziarah kubur sebagai ibadah yang bernilai di sisi Allah SWT.
Marilah kita luruskan niat, persiapkan diri dengan sebaik-baiknya, dan patuhi setiap adab yang telah diajarkan Rasulullah SAW. Semoga setiap langkah kaki kita menuju pemakaman, setiap doa yang terucap, dan setiap renungan tentang kematian, menjadi bekal yang menguatkan iman kita, melembutkan hati, dan mendorong kita untuk senantiasa memperbaiki diri demi meraih ridha Allah SWT di dunia dan akhirat. Ziarah kubur adalah cermin kehidupan; ia mengingatkan kita bahwa pada akhirnya, setiap dari kita akan kembali kepada-Nya, membawa bekal terbaik yang telah kita kumpulkan.
Semoga panduan lengkap mengenai cara ziarah kubur ini bermanfaat bagi seluruh umat Muslim dalam melaksanakan ibadah ziarah dengan cara yang diridhai Allah SWT, menjauhkan dari segala bentuk kesesatan, dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan akidah yang lurus dan amalan yang benar. Amiin.