Visualisasi tema utama: beragamnya pilihan bahasa.
Bagaimana Bahasa yang Digunakan pada Hasil Wawancara?
Dalam dunia penelitian, jurnalisme, dan pengumpulan informasi, wawancara adalah alat yang sangat krusial. Namun, seberapa dalam kita menganalisis tidak hanya konten dari jawaban narasumber, tetapi juga bagaimana bahasa itu diartikulasikan? Bahasa yang digunakan pada hasil wawancara bukan sekadar media penyampaian informasi; ia adalah cerminan dari kepribadian, latar belakang, tingkat pemahaman, dan bahkan niat dari narasumber itu sendiri. Memahami nuansa bahasa ini dapat membuka lapisan makna yang lebih dalam dan memberikan gambaran yang lebih akurat.
Analisis Tingkat Kebahasaan
Setiap narasumber memiliki tingkat literasi dan kebiasaan berbahasa yang berbeda. Hasil wawancara dapat mencerminkan hal ini melalui:
Kosakata yang Digunakan: Apakah narasumber menggunakan kata-kata sederhana dan umum, ataukah ia cenderung memakai istilah teknis, formal, atau bahkan gaul? Penggunaan kosakata yang spesifik dapat mengindikasikan bidang keahlian atau lingkungan sosial narasumber. Misalnya, seorang akademisi mungkin menggunakan terminologi ilmiah, sementara seorang remaja mungkin menggunakan bahasa gaul yang populer di kalangan seusianya.
Struktur Kalimat: Apakah kalimat yang dibangun pendek dan lugas, atau panjang dan kompleks? Struktur kalimat yang rumit terkadang bisa mencerminkan cara berpikir yang terstruktur, namun bisa juga menjadi tanda kesulitan dalam mengartikulasikan ide. Sebaliknya, kalimat pendek yang berulang-ulang mungkin menandakan kegugupan atau ketidakmampuan untuk merangkai gagasan yang lebih besar.
Tata Bahasa dan Ejaan: Meskipun terkadang dianggap sepele, kesalahan tata bahasa atau ejaan yang konsisten bisa menjadi indikator tingkat pendidikan formal atau kebiasaan berbahasa sehari-hari. Namun, perlu diingat bahwa ini bukan satu-satunya penentu; banyak orang yang sangat cerdas memiliki kebiasaan berbahasa yang kurang formal dalam percakapan santai.
Gaya Bahasa dan Nada Bicara
Di luar struktur dan kosa kata, gaya bahasa dan nada bicara adalah elemen penting yang membentuk persepsi kita terhadap narasumber.
Formal vs. Informal: Tingkat formalitas bahasa sangat bergantung pada konteks wawancara, hubungan antara pewawancara dan narasumber, serta sifat topik yang dibahas. Wawancara untuk keperluan penelitian akademik biasanya menuntut bahasa yang lebih formal, sementara wawancara dengan teman atau kenalan bisa lebih santai.
Bahasa Kiasan dan Idiom: Penggunaan metafora, simile, atau idiom dapat membuat jawaban narasumber lebih hidup dan ekspresif. Ini juga bisa menunjukkan tingkat kreativitas atau kedekatan narasumber dengan budaya tertentu. Namun, penting untuk memastikan bahwa kiasan tersebut dipahami oleh audiens yang dituju, terutama jika hasil wawancara akan dipublikasikan.
Nada Emosional: Apakah narasumber terdengar antusias, skeptis, marah, sedih, atau netral? Nada suara yang tersirat dalam tulisan atau transkrip wawancara dapat memberikan petunjuk berharga tentang keadaan emosional narasumber. Kata-kata seperti "sangat," "benar-benar," "tentu saja," atau sebaliknya, ungkapan keraguan seperti "mungkin," "kurasa," "entahlah," semuanya berkontribusi pada nada keseluruhan.
Faktor Latar Belakang dan Budaya
Bahasa tidak pernah terlepas dari akar budaya dan latar belakang seseorang. Hasil wawancara dapat mengungkapkan:
Dialek dan Aksen: Jika wawancara dilakukan secara langsung atau direkam, dialek dan aksen regional dapat menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas narasumber. Saat mentranskrip, pewawancara seringkali harus memutuskan apakah akan mempertahankan ciri khas bahasa daerah atau mengkonversikannya ke bahasa standar.
Pengaruh Budaya: Beberapa budaya memiliki cara berkomunikasi yang lebih tidak langsung atau menggunakan bentuk-bentuk kesopanan tertentu yang tercermin dalam pilihan kata. Memahami konteks budaya ini penting agar tidak salah menafsirkan jawaban narasumber.
Penggunaan Kata Sapaan dan Pronomina: Cara narasumber memanggil orang lain (misalnya, dengan nama depan, nama keluarga, atau gelar) dan penggunaan kata ganti orang (saya, Anda, kita) dapat mencerminkan hierarki sosial atau kedekatan hubungan yang dirasakan.
Dalam menganalisis hasil wawancara, penting untuk bersikap objektif. Jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan berdasarkan satu atau dua ciri bahasa saja. Sebaliknya, perhatikan pola yang muncul, bandingkan dengan konteks wawancara secara keseluruhan, dan pertimbangkan kemungkinan adanya faktor lain yang mempengaruhi cara narasumber berkomunikasi. Bahasa dalam hasil wawancara adalah jendela menuju pemahaman yang lebih kaya, namun analisisnya memerlukan kepekaan dan ketelitian.