BAB Keluar Darah: Gejala Apa dan Kapan Harus Khawatir?

Penting! Darah dalam tinja bukanlah hal yang normal. Meskipun seringkali disebabkan oleh kondisi ringan, gejala ini harus selalu dievaluasi oleh profesional medis untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab serius.

Munculnya darah saat buang air besar (BAB) adalah gejala yang sering menimbulkan kecemasan. Fenomena ini, yang secara medis dikenal sebagai pendarahan saluran cerna bawah (Lower Gastrointestinal Bleeding), dapat bervariasi dari bercak merah muda terang yang hanya terlihat sesekali, hingga aliran darah merah gelap yang signifikan dan bercampur dengan tinja.

Memahami karakteristik darah — seperti warna, jumlah, dan apakah ia bercampur dengan tinja — adalah langkah awal yang sangat penting dalam membantu diagnosis. Warna darah dapat memberikan petunjuk kasar mengenai lokasi pendarahan:

Penyebab Paling Umum: Kondisi Anorektal Ringan

Dalam banyak kasus, pendarahan saat BAB disebabkan oleh masalah di sekitar anus dan rektum yang relatif mudah ditangani. Namun, pengabaian gejala ini dapat memperburuk kondisi atau menunda diagnosis penyakit yang lebih serius.

1. Wasir (Hemoroid)

Wasir adalah penyebab paling umum dari BAB berdarah merah terang. Kondisi ini terjadi ketika pembuluh darah di anus dan rektum bawah membengkak atau meradang. Pembengkakan ini dapat terjadi di dalam (wasir internal) atau di luar (wasir eksternal).

Klasifikasi dan Gejala Wasir Internal:

Wasir internal sering kali tidak terasa sakit karena sedikitnya saraf perasa nyeri di area tersebut, namun dapat menyebabkan pendarahan. Klasifikasi didasarkan pada tingkat keparahan prolaps (penonjolan keluar):

Diagnosis dan Pengobatan Wasir

Diagnosis wasir biasanya dilakukan melalui pemeriksaan fisik, termasuk colok dubur. Pilihan pengobatan bervariasi tergantung tingkat keparahan:

  1. Modifikasi Gaya Hidup: Peningkatan asupan serat (minimal 25-30 gram per hari), minum banyak air, dan menghindari mengejan saat BAB.
  2. Obat-obatan Topikal: Krim atau supositoria yang mengandung hidrokortison atau zat mati rasa untuk meredakan nyeri dan bengkak (untuk wasir tingkat I dan II).
  3. Prosedur Minimal Invasif:
    • Ligasi Pita Karet (Rubber Band Ligation): Pita karet kecil diletakkan di sekitar dasar wasir internal untuk memotong suplai darah, menyebabkannya layu dan lepas (efektif untuk Tingkat II dan III).
    • Skleroterapi: Menyuntikkan larutan kimia ke dalam wasir yang menyebabkan pembuluh darah mengecil.
  4. Pembedahan (Hemorrhoidectomy): Pengangkatan wasir secara bedah, biasanya untuk Tingkat III atau IV yang parah atau yang tidak merespons pengobatan lain.

2. Fisura Ani (Anal Fissure)

Fisura ani adalah robekan kecil pada lapisan tipis dan lembap yang melapisi anus. Robekan ini seringkali disebabkan oleh tinja yang keras, trauma saat melahirkan, atau diare kronis. Meskipun ukurannya kecil, fisura ani dapat menyebabkan rasa sakit yang luar biasa dan pendarahan.

Gejala Khas Fisura Ani:

Penanganan Fisura Ani

Fisura ani akut (baru terjadi) biasanya sembuh dalam beberapa minggu dengan perawatan konservatif, termasuk pelembut tinja, sitz bath (mandi rendam air hangat), dan peningkatan serat. Jika kondisi menjadi kronis (berlangsung lebih dari 8-12 minggu), dokter mungkin meresepkan:

Ilustrasi Sumber Pendarahan Saluran Cerna Usus Besar Rektum Darah (Merah Terang)

Ilustrasi Sumber Pendarahan Saluran Cerna Bagian Bawah

Penyebab Lebih Serius: Penyakit Radang dan Struktural

Ketika pendarahan tidak disebabkan oleh wasir atau fisura, atau jika disertai dengan gejala sistemik seperti penurunan berat badan, demam, atau perubahan kebiasaan BAB yang drastis, dokter akan mencari penyebab yang lebih kompleks.

3. Penyakit Radang Usus (IBD)

IBD adalah istilah umum untuk kondisi peradangan kronis yang memengaruhi saluran pencernaan. Dua bentuk utama IBD adalah Kolitis Ulseratif dan Penyakit Crohn.

a. Kolitis Ulseratif (UC)

UC menyebabkan peradangan jangka panjang dan ulkus (luka) pada lapisan terdalam usus besar (kolon) dan rektum. Pendarahan rektal adalah gejala umum, sering kali bercampur dengan diare dan lendir.

b. Penyakit Crohn

Penyakit Crohn dapat menyerang bagian mana pun dari saluran pencernaan, dari mulut hingga anus, dan memengaruhi seluruh lapisan dinding usus. Meskipun pendarahan rektal tidak seumum pada UC, ini bisa terjadi jika usus besar atau rektum yang meradang.

Diagnosis dan Pengobatan IBD

Diagnosis IBD memerlukan kombinasi pemeriksaan, termasuk endoskopi (kolonoskopi) dengan biopsi, tes darah (mencari penanda peradangan seperti CRP), dan pencitraan. Pengobatan IBD bertujuan untuk mencapai dan mempertahankan remisi, seringkali melibatkan obat-obatan anti-inflamasi (5-ASA), kortikosteroid, imunosupresan, dan terapi biologis (obat berbasis antibodi monoklonal).

4. Divertikulosis dan Divertikulitis

Diverticulosis adalah kondisi umum di mana kantung-kantung kecil (divertikula) terbentuk di dinding usus besar. Divertikulosis biasanya tanpa gejala, tetapi dapat menjadi sumber pendarahan yang signifikan.

5. Angiodisplasia

Angiodisplasia adalah kondisi di mana terjadi malformasi pembuluh darah kecil (kapiler) di lapisan usus besar. Pembuluh darah ini rapuh dan rentan robek, menyebabkan pendarahan berulang atau kronis. Ini sering terjadi pada lansia dan pasien dengan penyakit ginjal atau jantung tertentu.

Pendarahan akibat angiodisplasia bisa intermiten, sulit ditemukan, dan sering menyebabkan anemia defisiensi besi kronis karena kehilangan darah yang lambat namun terus-menerus. Diagnosis biasanya memerlukan kolonoskopi atau, jika pembuluh darah berada terlalu jauh ke atas, endoskopi kapsul.

6. Kolitis Iskemik

Kolitis iskemik terjadi ketika aliran darah ke bagian usus besar terhambat atau berkurang, seringkali karena penyempitan pembuluh darah (aterosklerosis) atau tekanan darah rendah (syok). Kekurangan oksigen ini menyebabkan peradangan, ulserasi, dan pendarahan.

Penyebab Paling Dikhawatirkan: Polip dan Kanker Kolorektal

Meskipun kurang umum dibandingkan wasir, setiap kasus BAB berdarah harus diselidiki untuk menyingkirkan kemungkinan kanker kolorektal. Pendarahan yang disebabkan oleh kanker atau polip prakanker seringkali lambat, tersembunyi, dan tidak selalu terlihat mata (darah samar).

7. Polip Kolon

Polip adalah pertumbuhan jaringan non-kanker yang muncul di lapisan usus besar. Ada beberapa jenis polip, tetapi polip adenoma berpotensi menjadi ganas dari waktu ke waktu. Saat polip tumbuh, permukaannya dapat menjadi rapuh, menyebabkan pendarahan kecil yang intermiten.

8. Kanker Kolorektal (CRC)

Kanker kolorektal adalah tumor ganas yang terbentuk di usus besar atau rektum. Pendarahan adalah gejala umum, tetapi sering kali gejala lain yang menyertainya lebih menonjol.

Gejala Kanker Kolorektal yang Patut Diperhatikan:

Jika pendarahan disertai oleh salah satu gejala berikut, konsultasi medis harus segera dilakukan:

Diagnosis dan Penatalaksanaan Kanker

Diagnosis CRC ditegakkan melalui kolonoskopi dengan biopsi, diikuti oleh pemindaian CT atau MRI untuk menentukan stadium. Pengobatan dapat melibatkan pembedahan (pengangkatan tumor), kemoterapi, dan/atau terapi radiasi, tergantung stadium kanker saat ditemukan.

Langkah Diagnosis: Bagaimana Dokter Menentukan Penyebabnya

Ketika pasien datang dengan keluhan BAB berdarah, dokter akan menjalani serangkaian langkah diagnostik yang sistematis untuk menentukan lokasi dan penyebab pendarahan. Proses ini sangat penting karena pengobatan yang efektif bergantung pada identifikasi sumber pendarahan yang tepat.

1. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

Langkah pertama adalah mendapatkan riwayat medis lengkap (anamnesis). Dokter akan menanyakan secara rinci mengenai:

Pemeriksaan fisik mencakup Pemeriksaan Dubur Digital (DRE), di mana dokter menggunakan jari bersarung tangan untuk merasakan adanya massa, wasir, atau robekan (fisura) di rektum bagian bawah.

2. Tes Laboratorium

3. Prosedur Endoskopi (The Gold Standard)

Endoskopi memungkinkan dokter melihat secara langsung bagian dalam saluran pencernaan dan mengambil sampel jaringan (biopsi).

a. Kolonoskopi

Kolonoskopi adalah prosedur diagnostik definitif untuk sebagian besar kasus pendarahan saluran cerna bawah. Menggunakan tabung fleksibel dengan kamera (kolonoskop), dokter dapat memeriksa seluruh usus besar dan bagian akhir usus halus (ileum terminal).

b. Sigmoidoskopi Fleksibel

Ini mirip dengan kolonoskopi tetapi hanya memeriksa bagian bawah usus besar (sigmoid) dan rektum. Prosedur ini lebih cepat dan memerlukan persiapan usus yang kurang ekstensif, sering digunakan untuk pendarahan yang dicurigai berasal dari area anorektal (seperti wasir atau fisura).

4. Prosedur Lanjut untuk Pendarahan yang Sulit Ditemukan

Jika endoskopi gagal menemukan sumber pendarahan (terutama jika pendarahan berasal dari usus halus):

Peralatan Endoskopi Kolonoskopi Layar Monitor Usus Besar

Ilustrasi Prosedur Kolonoskopi

Penatalaksanaan Klinis Berdasarkan Etiologi

Pengobatan ditentukan setelah penyebab pendarahan teridentifikasi. Dalam banyak kasus, pengobatan diarahkan pada penyebab spesifik, meskipun penanganan awal selalu berfokus pada stabilisasi pasien, terutama jika kehilangan darahnya signifikan.

1. Penanganan Pendarahan Akut dan Masif

Jika pasien menunjukkan tanda-tanda syok (tekanan darah rendah, denyut nadi cepat, pucat) karena kehilangan darah yang cepat, penanganan darurat meliputi:

2. Terapi Wasir dan Fisura (Non-Bedah dan Bedah)

Seperti dijelaskan di atas, pengobatan dimulai dengan intervensi diet dan obat-obatan. Namun, jika wasir mencapai Tingkat III atau IV, atau jika fisura kronis tidak merespons terapi konservatif, prosedur definitif menjadi pilihan:

3. Penanganan Penyakit Radang Usus (IBD)

Manajemen IBD adalah jangka panjang dan bertujuan untuk mencegah kerusakan usus lebih lanjut.

4. Pengobatan Divertikulosis dan Angiodisplasia

5. Strategi Pengelolaan Kanker Kolorektal

Penatalaksanaan CRC didasarkan pada stadium tumor:

Pencegahan dan Perawatan Jangka Panjang

Mencegah kondisi yang menyebabkan BAB berdarah seringkali berpusat pada diet dan gaya hidup yang mendukung kesehatan pencernaan secara keseluruhan. Meskipun kanker dan IBD memiliki komponen genetik, faktor risiko tertentu dapat dimodifikasi.

1. Pola Makan Kaya Serat

Serat, baik yang larut maupun yang tidak larut, sangat penting. Serat membantu melunakkan tinja dan meningkatkan volumenya, mencegah konstipasi dan mengurangi tekanan saat BAB. Pengejan yang berlebihan adalah pemicu utama wasir dan fisura.

2. Hidrasi yang Cukup

Minum air yang cukup adalah kunci agar serat bekerja efektif. Tanpa cairan yang cukup, serat dapat memperparah konstipasi.

3. Menjaga Kebiasaan BAB yang Sehat

4. Skrining Kanker Kolorektal

Skrining sangat penting untuk deteksi dini polip dan kanker, terutama jika ada riwayat keluarga atau faktor risiko lain. Pedoman umum merekomendasikan skrining (biasanya dengan Kolonoskopi) dimulai pada usia 45 tahun untuk populasi berisiko rata-rata, dan lebih awal bagi mereka yang berisiko tinggi.

Kapan Harus Segera Mencari Pertolongan Medis?

Meskipun darah merah terang akibat wasir mungkin bisa diobati di rumah, ada beberapa gejala yang mengindikasikan perlunya perhatian medis darurat:

  1. Pendarahan Masif: Pendarahan yang tiba-tiba, deras, atau tidak berhenti, menyebabkan air di toilet berwarna merah pekat.
  2. Tanda-tanda Syok: Pusing, pingsan, kelelahan ekstrem, kulit dingin dan pucat, atau denyut nadi yang cepat.
  3. Melena: Tinja hitam seperti tar yang sangat bau (menandakan pendarahan GI atas yang serius).
  4. Gejala Sistemik: Pendarahan disertai dengan demam tinggi, muntah darah, atau nyeri perut yang sangat parah.
  5. Pendarahan yang Disertai Perubahan Kebiasaan BAB Persisten: Terutama jika disertai penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan.

Kesimpulan

BAB keluar darah adalah gejala klinis yang kompleks dengan spektrum penyebab yang luas, mulai dari masalah anorektal yang relatif jinak hingga keganasan. Mengabaikan pendarahan, sekecil apapun, adalah tindakan yang berbahaya karena dapat menunda diagnosis penyakit kronis seperti IBD atau, yang paling penting, kanker kolorektal.

Deteksi dini melalui evaluasi medis yang tepat, yang biasanya melibatkan kolonoskopi, adalah kunci untuk hasil pengobatan yang sukses dan prognosis yang baik, memastikan bahwa kondisi serius ditangani segera, dan kondisi ringan dapat dikelola secara efektif.



Detail Mendalam Mengenai Manajemen Komplikasi dan Kasus Khusus

Komplikasi Anemia Akibat Pendarahan Kronis

Banyak kasus pendarahan saluran cerna bawah, terutama yang disebabkan oleh polip kecil, angiodisplasia, atau IBD ringan, tidak menunjukkan darah yang terlihat jelas. Sebaliknya, kehilangan darah yang lambat dan kronis ini menyebabkan anemia defisiensi besi.

Diagnosis Anemia Terkait GI Bleeding

Anemia didiagnosis melalui tes darah (CBC) yang menunjukkan rendahnya hemoglobin dan hematokrit. Tes tambahan (feritin, saturasi transferin) akan mengkonfirmasi defisiensi besi. Jika defisiensi besi ditemukan, terutama pada pria atau wanita pasca-menopause, sumber pendarahan GI harus dicari secara agresif, karena ini bisa menjadi satu-satunya petunjuk adanya polip atau kanker.

Penanganan Anemia

  1. Suplementasi Besi: Diberikan secara oral atau intravena. Besi oral sering menyebabkan konstipasi, yang harus dihindari pada pasien dengan wasir atau fisura.
  2. Pengobatan Sumber Pendarahan: Langkah yang paling penting adalah mengobati akar penyebab (misalnya, kauterisasi angiodisplasia atau pengangkatan polip).

Pendekatan pada Pendarahan Saluran Cerna Atas (Melena)

Meskipun fokus utama artikel ini adalah hematochezia (darah merah terang), penampilan melena (tinja hitam, lengket) memerlukan protokol penanganan yang berbeda karena sumber pendarahan berada di lambung, duodenum, atau esofagus.

Penyebab Utama Melena:

Intervensi untuk Melena:

Kasus melena membutuhkan Endoskopi Saluran Cerna Atas (EGD). Dokter dapat melakukan ligasi varises, injeksi epinefrin, atau kliping pada ulkus yang berdarah. Pengobatan juga melibatkan penghambat pompa proton (PPI) dosis tinggi untuk mengurangi asam lambung dan memungkinkan ulkus sembuh.

Peran Obat-obatan dalam Memicu Pendarahan

Banyak obat yang umum diresepkan dapat meningkatkan risiko pendarahan GI, dan hal ini harus dipertimbangkan dalam setiap diagnosis:

  1. NSAID (Ibuprofen, Naproxen): Merusak lapisan mukosa lambung dan usus, sering menyebabkan ulkus yang berdarah (lebih sering menyebabkan melena, tetapi juga bisa menyebabkan pendarahan di usus besar).
  2. Antikoagulan (Warfarin) dan Antiplatelet (Aspirin, Clopidogrel): Obat ini tidak menyebabkan lesi pendarahan, tetapi memperparah pendarahan dari lesi yang sudah ada (misalnya, wasir kecil dapat berdarah hebat).
  3. Obat Golongan SSRI (Antidepresan): Beberapa penelitian menunjukkan peningkatan risiko pendarahan GI, terutama bila dikombinasikan dengan NSAID.

Manajemen yang tepat seringkali melibatkan penyesuaian dosis atau penggantian obat-obatan ini setelah berkonsultasi dengan dokter yang merawat.

Protokol Detail Skrining Kanker Kolorektal

Karena pentingnya deteksi dini, rincian mengenai prosedur skrining perlu ditekankan, terutama Kolonoskopi, yang merupakan prosedur pencegahan dan diagnostik sekaligus.

Persiapan Kolonoskopi: Kunci Keberhasilan

Kualitas persiapan usus adalah faktor tunggal terpenting yang menentukan keberhasilan kolonoskopi. Persiapan yang buruk (sisa tinja yang menutupi dinding usus) dapat menyebabkan dokter melewatkan polip kecil atau lesi kanker.

Protokol persiapan meliputi:

  1. Pembatasan Diet: Biasanya dimulai 3 hari sebelum prosedur, melarang makanan berserat tinggi, biji-bijian, dan kacang-kacangan. Sehari sebelum prosedur, pasien hanya diperbolehkan mengonsumsi cairan jernih (kaldu, teh, air putih).
  2. Agen Pembersih Usus: Pasien meminum larutan osmotik dosis tinggi (seperti polietilen glikol atau kombinasi natrium fosfat) yang memicu diare parah untuk membersihkan kolon.
  3. Waktu Minum: Larutan sering dibagi menjadi dua dosis (split-dose), dengan dosis kedua diminum beberapa jam sebelum prosedur, yang terbukti meningkatkan kualitas pembersihan.

Alternatif Skrining Non-Invasif

Bagi mereka yang menolak atau tidak dapat menjalani kolonoskopi, tersedia alternatif skrining (meskipun kolonoskopi tetap menjadi standar emas):

Manajemen Kondisi Kronis: Wasir dan IBD

Manajemen Wasir Kronis dan Pencegahan Kekambuhan

Bagi pasien yang mengalami kekambuhan wasir, fokus harus dialihkan ke manajemen jangka panjang sfingter anal dan kebiasaan buang air besar.

Komplikasi Jangka Panjang IBD

Pasien IBD berdarah berisiko lebih tinggi terhadap komplikasi usus dan ekstra-usus. Perawatan yang ketat sangat penting.

Kasus yang Jarang Terjadi: Endometriosis dan Infeksi

Infeksi Usus (Kolitis Infeksius)

Diare berdarah bisa menjadi gejala infeksi usus yang akut, sering dikenal sebagai disentri, yang biasanya disebabkan oleh bakteri (seperti E. coli O157:H7, Shigella, Salmonella, atau Campylobacter) atau parasit (seperti Entamoeba histolytica).

Endometriosis pada Usus

Pada wanita, pendarahan rektal yang terjadi bersamaan dengan siklus menstruasi (siklus) dapat mengindikasikan endometriosis yang telah menyebar ke usus besar atau rektum. Jaringan endometrium yang tumbuh di luar rahim ini berdarah setiap bulan, menyebabkan iritasi usus dan pendarahan siklis.

Memastikan diagnosis yang akurat mengenai penyebab BAB berdarah memerlukan kerja sama erat antara pasien, dokter umum, dan spesialis gastroenterologi. Tidak ada satu pun gejala yang dapat mendefinisikan diagnosis, melainkan pola gejala, riwayat medis, dan hasil prosedur diagnostik yang digabungkan untuk mencapai kesimpulan klinis yang tepat dan merumuskan rencana perawatan yang paling efektif.

🏠 Homepage