BAB Keluar Darah dan Perut Mulas: Memahami Gejala, Penyebab, dan Penanganannya
Mengalami buang air besar (BAB) yang bercampur darah dan disertai nyeri atau mulas pada perut merupakan kondisi yang dapat menimbulkan kekhawatiran serius. Gejala ini sering kali menjadi indikator adanya masalah pada saluran pencernaan, mulai dari kondisi ringan hingga yang memerlukan penanganan medis segera. Penting untuk tidak mengabaikan tanda-tanda ini, karena diagnosis dan intervensi dini dapat mencegah komplikasi yang lebih parah. Artikel ini akan mengulas secara mendalam mengenai berbagai aspek terkait BAB keluar darah dan perut mulas, termasuk jenis-jenis gejala, penyebab yang mungkin, metode diagnosis, pilihan pengobatan, serta langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan.
Fenomena BAB berdarah bisa bervariasi dari tetesan darah segar pada tisu setelah buang air besar, darah yang menetes ke kloset, hingga feses yang bercampur darah berwarna gelap atau hitam. Sementara itu, nyeri perut atau mulas dapat dirasakan dalam berbagai intensitas, mulai dari kram ringan hingga nyeri tajam yang hebat, dan dapat terlokalisasi di satu area atau menyebar ke seluruh perut. Kombinasi kedua gejala ini menunjukkan perlunya perhatian medis profesional untuk menentukan penyebab pasti dan mendapatkan penanganan yang tepat.
Memahami Gejala BAB Keluar Darah
Darah dalam feses, dikenal juga sebagai hematochezia (darah segar) atau melena (darah hitam), adalah tanda yang tidak boleh diabaikan. Warna, jumlah, dan konsistensi darah dapat memberikan petunjuk awal mengenai sumber pendarahan.
Jenis dan Warna Darah
Darah Merah Cerah: Darah merah segar atau cerah biasanya menunjukkan pendarahan yang berasal dari bagian bawah saluran pencernaan, seperti usus besar bagian bawah, rektum, atau anus. Kondisi ini sering dikaitkan dengan wasir atau fisura ani. Pendarahan dari rektum atau anus sering terlihat pada tisu toilet atau menetes ke kloset setelah buang air besar. Darah ini belum sempat mengalami proses pencernaan, sehingga warnanya masih terang.
Darah Merah Tua atau Marun: Darah dengan warna merah tua atau marun bisa berasal dari pendarahan di usus besar bagian atas atau usus halus bagian bawah. Darah ini telah sedikit mengalami kontak dengan enzim pencernaan, tetapi belum cukup lama untuk berubah menjadi hitam. Kondisi seperti divertikulosis, polip usus besar, atau kolitis sering menjadi penyebabnya.
Feses Hitam Pekat (Melena): Feses yang berwarna hitam pekat, lengket, dan berbau sangat tidak sedap (seperti tar) disebut melena. Ini adalah tanda pendarahan dari saluran pencernaan bagian atas, seperti lambung, duodenum (usus dua belas jari), atau esofagus. Darah yang berasal dari area ini telah melalui proses pencernaan yang panjang, sehingga zat besi di dalamnya bereaksi dan mengubah warna feses menjadi hitam. Ulkus lambung, varises esofagus, atau gastritis erosif adalah contoh penyebab melena.
Darah Samar (Okult): Darah samar adalah pendarahan yang tidak terlihat secara kasat mata, hanya bisa dideteksi melalui tes laboratorium pada sampel feses (tes darah samar feses atau fecal occult blood test/FOBT). Pendarahan ini bisa berasal dari mana saja di saluran pencernaan dan sering kali menjadi tanda awal polip atau kanker kolorektal. Karena tidak terlihat, penderita mungkin tidak menyadari adanya pendarahan, dan gejala lain seperti anemia defisiensi besi mungkin menjadi petunjuk.
Memahami perbedaan jenis dan warna darah ini sangat penting karena dapat mengarahkan dokter pada bagian saluran pencernaan mana yang menjadi sumber masalah. Namun, diagnosis yang akurat tetap memerlukan pemeriksaan medis lebih lanjut.
Jumlah Darah
Jumlah darah yang keluar saat buang air besar juga bervariasi, mulai dari sedikit hingga banyak. Darah yang hanya berupa garis tipis pada feses atau sedikit noda pada tisu toilet mungkin menunjukkan masalah minor seperti wasir atau fisura ani. Namun, pendarahan yang banyak, seperti darah yang menggenang di kloset, dapat menjadi tanda kondisi yang lebih serius dan memerlukan perhatian medis darurat. Pendarahan hebat dapat menyebabkan gejala kehilangan darah seperti pusing, lemas, pucat, hingga syok.
Gejala Lain yang Menyertai
BAB keluar darah sering kali disertai dengan gejala lain, dan kombinasi gejala ini dapat membantu dalam menentukan diagnosis. Gejala-gejala penyerta yang umum meliputi:
Nyeri Perut atau Mulas: Gejala utama yang kita bahas, dapat berkisar dari kram ringan hingga nyeri hebat.
Perubahan Pola Buang Air Besar: Sembelit atau diare, atau pergantian antara keduanya, yang tidak biasa dan menetap.
Penurunan Berat Badan yang Tidak Jelas: Sering menjadi tanda adanya penyakit kronis atau keganasan.
Kelelahan dan Lemas: Akibat anemia akibat kehilangan darah kronis.
Demam: Menunjukkan adanya infeksi atau peradangan serius.
Mual dan Muntah: Terutama jika pendarahan berasal dari saluran cerna bagian atas.
Merasa Tidak Tuntas Setelah BAB: Disebut tenesmus, sering terkait dengan peradangan rektum.
Memahami Gejala Perut Mulas (Nyeri Perut)
Nyeri perut atau mulas adalah gejala yang sangat umum dan dapat disebabkan oleh berbagai kondisi. Ketika dikombinasikan dengan BAB berdarah, nyeri perut menjadi lebih spesifik sebagai indikator masalah pencernaan. Karakteristik nyeri dapat memberikan petunjuk penting bagi dokter.
Jenis dan Karakteristik Nyeri
Nyeri Kram (Colicky Pain): Ini adalah jenis nyeri yang datang dan pergi, sering kali bergelombang, dan dapat terasa seperti kejang atau kontraksi. Nyeri kram sering dikaitkan dengan pergerakan usus atau obstruksi parsial. Kondisi seperti sindrom iritasi usus (IBS), kolitis, atau divertikulitis sering menyebabkan nyeri kram.
Nyeri Tajam atau Menusuk: Nyeri yang terasa tajam dan menusuk dapat menunjukkan peradangan atau iritasi pada lapisan perut atau organ tertentu. Misalnya, nyeri tajam saat buang air besar seringkali merupakan gejala fisura ani.
Nyeri Tumpul atau Konstan: Nyeri yang terus-menerus dan terasa tumpul mungkin menandakan peradangan yang lebih luas atau masalah yang lebih kronis. Ini bisa terkait dengan kolitis ulseratif, penyakit Crohn, atau bahkan tumor.
Nyeri Terkait Makanan: Beberapa nyeri perut mungkin memburuk atau membaik setelah makan. Nyeri yang memburuk setelah makan bisa menandakan masalah lambung atau kantung empedu, sementara nyeri yang membaik setelah makan mungkin terkait dengan ulkus duodenal.
Nyeri Terkait BAB: Nyeri yang muncul sebelum, selama, atau setelah buang air besar sangat relevan ketika dikombinasikan dengan BAB berdarah. Nyeri saat atau setelah BAB seringkali menjadi petunjuk wasir, fisura ani, atau kolitis.
Lokasi Nyeri
Lokasi nyeri perut juga sangat penting dalam diagnosis. Dokter akan sering menanyakan di mana letak nyeri paling parah. Misalnya:
Perut Kanan Bawah: Bisa dikaitkan dengan apendisitis (radang usus buntu), penyakit Crohn, atau masalah ovarium pada wanita.
Perut Kiri Bawah: Sering dikaitkan dengan divertikulitis, kolitis ulseratif, atau sindrom iritasi usus.
Perut Kanan Atas: Bisa berhubungan dengan masalah hati, kantung empedu, atau pankreas.
Perut Kiri Atas: Bisa berhubungan dengan lambung, limpa, atau pankreas.
Nyeri Menyebar ke Seluruh Perut: Dapat menunjukkan peradangan luas seperti peritonitis atau obstruksi usus.
Nyeri di Sekitar Anus/Rektum: Sering dikaitkan dengan wasir, fisura ani, atau abses perianal.
Faktor yang Mempengaruhi Nyeri
Selain lokasi dan karakteristik, dokter juga akan menanyakan faktor-faktor yang memperburuk atau meringankan nyeri, seperti makanan tertentu, stres, aktivitas fisik, atau posisi tubuh. Informasi ini sangat krusial untuk membantu dokter mempersempit kemungkinan diagnosis.
Penyebab Umum BAB Keluar Darah dan Perut Mulas
Kombinasi BAB keluar darah dan perut mulas bisa disebabkan oleh berbagai kondisi yang memengaruhi saluran pencernaan. Beberapa penyebab yang paling umum dan serius meliputi:
1. Wasir (Hemoroid)
Wasir adalah pembengkakan pembuluh darah di dalam atau di sekitar anus dan rektum bawah. Ini adalah penyebab paling umum dari BAB berdarah yang berwarna merah cerah dan sering disertai rasa sakit atau gatal di area anus.
Penyebab: Mengejan berlebihan saat buang air besar, sembelit kronis, diare kronis, kehamilan, dan kurangnya serat dalam diet.
Gejala: Darah merah cerah pada tisu toilet atau menetes ke kloset, gatal atau iritasi di area anus, nyeri saat atau setelah BAB, benjolan sensitif di dekat anus (wasir eksternal), atau benjolan yang prolaps (wasir internal yang keluar dari anus). Rasa mulas biasanya tidak dominan kecuali jika wasir sangat meradang atau terjadi trombosis (bekuan darah).
Kapan Terjadi Nyeri Perut: Meskipun wasir lebih sering menyebabkan nyeri lokal pada anus, beberapa orang mungkin merasakan ketidaknyamanan atau mulas ringan di perut bagian bawah, terutama jika wasir menyebabkan sembelit parah dan mengejan terus-menerus.
Pengobatan: Peningkatan asupan serat, minum banyak air, mandi rendam air hangat, obat pereda nyeri, dan salep topikal. Untuk kasus yang lebih parah, prosedur seperti ligasi pita karet, skleroterapi, atau operasi pengangkatan wasir (hemoroiddektomi) mungkin diperlukan.
2. Fisura Ani (Robekan Anus)
Fisura ani adalah luka kecil atau robekan pada lapisan kulit di sekitar anus. Kondisi ini sangat nyeri dan seringkali merupakan penyebab utama dari BAB berdarah merah cerah disertai nyeri tajam.
Penyebab: Lewatnya feses yang keras dan besar, sembelit kronis, diare kronis, persalinan, atau kondisi peradangan usus.
Gejala: Nyeri tajam dan menyakitkan saat buang air besar yang dapat berlangsung selama beberapa jam setelahnya, pendarahan merah cerah yang sedikit pada feses atau tisu toilet, dan rasa terbakar atau gatal di area anus. Nyeri perut atau mulas seringkali minimal atau tidak ada, kecuali jika pasien menahan BAB karena takut nyeri, yang dapat menyebabkan kram akibat penumpukan feses.
Pengobatan: Pelunak tinja, diet tinggi serat, banyak minum air, salep yang mengandung nitrogliserin atau anestesi lokal, suntikan Botox untuk merelaksasi sfingter anal, atau operasi (sfingterotomi lateral internal) jika kasusnya kronis dan tidak responsif terhadap pengobatan lain.
3. Divertikulosis dan Divertikulitis
Divertikulosis adalah kondisi di mana kantung-kantung kecil (divertikula) terbentuk di dinding usus besar. Kondisi ini seringkali tidak menimbulkan gejala.
Divertikulitis terjadi ketika satu atau lebih divertikula ini meradang atau terinfeksi.
Penyebab: Diet rendah serat, usia lanjut, genetik, dan obesitas.
Gejala Divertikulosis: Umumnya tanpa gejala. Namun, pendarahan divertikular bisa terjadi, menyebabkan BAB berdarah merah terang atau marun yang mendadak dan tanpa rasa sakit, terkadang cukup banyak.
Gejala Divertikulitis: Nyeri perut yang hebat, seringkali di sisi kiri bawah perut (walaupun bisa di mana saja), demam, mual, muntah, sembelit, atau diare. Pendarahan biasanya tidak masif seperti pada divertikulosis murni, tetapi bisa saja terjadi pendarahan sedikit atau darah samar. Kombinasi BAB keluar darah dan perut mulas sangat mungkin terjadi pada kondisi ini.
Pengobatan: Diet tinggi serat untuk divertikulosis. Untuk divertikulitis, pengobatan meliputi istirahat usus (diet cair), antibiotik, dan pereda nyeri. Dalam kasus yang parah dengan komplikasi (abses, perforasi), pembedahan (reseksi usus) mungkin diperlukan.
4. Kolitis (Peradangan Usus Besar)
Kolitis adalah peradangan pada usus besar. Ada beberapa jenis kolitis, dan hampir semuanya dapat menyebabkan BAB keluar darah dan perut mulas.
Kolitis Ulseratif:
Merupakan jenis penyakit radang usus (IBD) kronis yang menyebabkan peradangan dan ulkus (luka) pada lapisan dalam usus besar dan rektum. Peradangan ini biasanya dimulai di rektum dan menyebar ke atas.
Penyebab: Autoimun, genetik, faktor lingkungan.
Gejala: Diare berdarah (sering disertai nanah atau lendir), nyeri perut kram, tenesmus (rasa ingin BAB terus-menerus), penurunan berat badan, kelelahan, demam. Nyeri perut seringkali terasa di bagian bawah perut.
Pengobatan: Obat anti-inflamasi (aminosalisilat), kortikosteroid, imunosupresan, dan agen biologis. Dalam kasus parah, pembedahan (kolektomi) mungkin diperlukan.
Penyakit Crohn:
Juga merupakan jenis IBD kronis, tetapi dapat memengaruhi bagian mana pun dari saluran pencernaan, dari mulut hingga anus. Peradangan dapat terjadi pada seluruh lapisan dinding usus dan seringkali bersifat "patchy" (tersebar).
Penyebab: Autoimun, genetik, faktor lingkungan.
Gejala: Nyeri perut kram (seringkali di perut kanan bawah), diare (bisa berdarah, tapi tidak sesering kolitis ulseratif), penurunan berat badan, kelelahan, demam, sariawan, fisura perianal, atau fistula. BAB keluar darah dan perut mulas adalah gejala yang sangat umum pada penyakit Crohn yang melibatkan usus besar atau rektum.
Pengobatan: Mirip dengan kolitis ulseratif, termasuk anti-inflamasi, imunosupresan, agen biologis. Pembedahan sering diperlukan untuk mengatasi komplikasi seperti striktur atau fistula.
Kolitis Infeksius:
Disebabkan oleh infeksi bakteri (misalnya E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Clostridioides difficile), virus, atau parasit. Bakteri dapat menyebabkan peradangan akut pada usus besar.
Penyebab: Konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi, kontak dengan orang yang terinfeksi.
Gejala: Diare parah (seringkali berdarah), kram perut yang hebat (perut mulas), demam, mual, muntah. Gejala ini biasanya muncul tiba-tiba.
Pengobatan: Terapi cairan untuk mencegah dehidrasi. Antibiotik untuk infeksi bakteri tertentu, anti-parasit untuk infeksi parasit.
Kolitis Iskemik:
Terjadi ketika aliran darah ke usus besar berkurang, menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan. Biasanya terjadi pada orang lanjut usia dengan aterosklerosis atau kondisi medis lain yang memengaruhi pembuluh darah.
Penyebab: Penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah ke usus besar, tekanan darah rendah yang signifikan.
Gejala: Nyeri perut yang mendadak dan parah (seringkali di sisi kiri), diikuti oleh BAB berdarah (merah terang atau marun) dalam waktu 24 jam. Mual dan demam juga dapat terjadi.
Pengobatan: Terapi suportif dengan istirahat usus, cairan intravena, dan antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder. Dalam beberapa kasus, pembedahan diperlukan untuk mengangkat bagian usus yang rusak.
Kolitis Radiasi:
Peradangan usus besar yang terjadi sebagai efek samping dari terapi radiasi, terutama yang menargetkan area panggul untuk pengobatan kanker (misalnya kanker prostat, kanker serviks).
Penyebab: Kerusakan jaringan usus akibat paparan radiasi.
Gejala: Diare kronis, BAB berdarah (seringkali darah segar), tenesmus, nyeri perut kram, dan urgensi buang air besar. Gejala dapat muncul selama atau setelah terapi radiasi.
Pengobatan: Obat anti-diare, supositoria kortikosteroid, atau terapi enema. Dalam kasus yang parah, pembedahan untuk mengangkat bagian usus yang rusak dapat dipertimbangkan.
5. Polip Usus Besar
Polip adalah pertumbuhan jaringan kecil yang menonjol dari lapisan dalam usus besar. Sebagian besar polip tidak berbahaya, tetapi beberapa (terutama polip adenomatosa) dapat berkembang menjadi kanker kolorektal seiring waktu.
Penyebab: Genetik, diet tinggi lemak dan rendah serat, obesitas, merokok, konsumsi alkohol.
Gejala: Polip seringkali tidak menimbulkan gejala, terutama jika ukurannya kecil. Namun, polip yang lebih besar dapat menyebabkan BAB berdarah (biasanya darah samar atau sedikit darah merah cerah), perubahan pola buang air besar (sembelit atau diare), dan kadang-kadang nyeri perut mulas jika polip sangat besar atau menyebabkan obstruksi parsial. Pendarahan dari polip biasanya bersifat intermiten.
Pengobatan: Polip biasanya diangkat melalui kolonoskopi (polipektomi) untuk pemeriksaan patologi dan pencegahan kanker.
6. Kanker Kolorektal
Kanker kolorektal adalah pertumbuhan sel kanker yang dimulai di usus besar atau rektum. Ini adalah kondisi serius yang dapat menyebabkan BAB keluar darah dan perut mulas, terutama pada stadium lanjut.
Penyebab: Genetik, riwayat keluarga, usia lanjut, riwayat polip usus besar, penyakit radang usus kronis, diet tidak sehat, obesitas, merokok, konsumsi alkohol.
Gejala: Gejala seringkali tidak muncul pada stadium awal. Pada stadium lanjut, gejala meliputi BAB berdarah (merah terang atau gelap, atau darah samar), perubahan kebiasaan BAB (diare atau sembelit yang menetap), nyeri perut atau kram yang persisten, penurunan berat badan yang tidak jelas, kelelahan akibat anemia, dan rasa tidak tuntas setelah BAB (tenesmus). Nyeri perut bisa terasa mulas hingga nyeri hebat, tergantung lokasi dan ukuran tumor.
Pengobatan: Pembedahan untuk mengangkat tumor, kemoterapi, terapi radiasi, dan terapi target atau imunoterapi.
7. Angiodisplasia
Angiodisplasia adalah kelainan pembuluh darah kecil yang rapuh di lapisan saluran pencernaan, seringkali di usus besar. Pembuluh darah ini rentan pecah dan menyebabkan pendarahan.
Penyebab: Proses penuaan, kondisi medis tertentu seperti penyakit ginjal kronis atau kelainan jantung.
Gejala: BAB berdarah yang biasanya berwarna merah terang atau marun, seringkali tanpa rasa sakit (pendarahan gastrointestinal yang tidak nyeri). Pendarahan bisa ringan dan kronis, menyebabkan anemia, atau masif dan tiba-tiba. Nyeri perut atau mulas jarang menjadi gejala utama kecuali jika ada komplikasi lain.
Pengobatan: Seringkali pendarahan berhenti dengan sendirinya. Jika tidak, pengobatan dapat meliputi koagulasi endoskopik (menggunakan panas atau laser untuk menutup pembuluh darah), atau dalam kasus yang parah, pembedahan.
8. Infeksi Saluran Pencernaan (Gastroenteritis Infeksius)
Berbagai infeksi bakteri, virus, atau parasit dapat menyebabkan peradangan akut pada saluran pencernaan.
Penyebab: Konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi (keracunan makanan), penularan dari orang ke orang.
Gejala: Diare (bisa berdarah), kram perut hebat (perut mulas), mual, muntah, demam, dan nyeri kepala. Gejala ini sering muncul mendadak dan dapat sangat mengganggu.
Pengobatan: Rehidrasi dengan cairan dan elektrolit adalah kunci. Antibiotik mungkin diperlukan untuk infeksi bakteri tertentu, sementara infeksi virus biasanya sembuh sendiri.
9. Efek Samping Obat-obatan
Beberapa obat dapat mengiritasi saluran pencernaan dan menyebabkan pendarahan atau nyeri.
Penyebab:
Obat Anti-inflamasi Non-Steroid (OAINS/NSAID): Seperti ibuprofen, naproxen, aspirin. Penggunaan jangka panjang atau dosis tinggi dapat menyebabkan iritasi, peradangan, ulkus lambung, dan pendarahan pada saluran cerna bagian atas (yang bisa bermanifestasi sebagai melena) atau bawah.
Antikoagulan (Pengencer Darah): Seperti warfarin, heparin, obat antiplatelet seperti clopidogrel. Obat ini meningkatkan risiko pendarahan di seluruh tubuh, termasuk saluran pencernaan.
Gejala: Nyeri ulu hati, mual, melena (feses hitam) atau hematochezia (darah merah), dan nyeri perut.
Pengobatan: Menghentikan atau mengganti obat yang bermasalah, obat pelindung lambung (PPI), dan penanganan pendarahan jika parah.
10. Meckel's Diverticulum
Ini adalah kelainan bawaan berupa sisa saluran kuning telur yang tidak menutup sempurna di usus halus. Meskipun lebih sering terjadi pada anak-anak, bisa juga ditemukan pada orang dewasa.
Penyebab: Anomali perkembangan janin.
Gejala: Paling sering menyebabkan pendarahan rektal tanpa nyeri (darah merah cerah atau marun), terutama pada anak-anak. Jika meradang (divertikulitis Meckel), dapat menyebabkan nyeri perut yang mirip apendisitis, mual, dan muntah, serta bisa juga terjadi pendarahan.
Pengobatan: Pembedahan untuk mengangkat divertikulum.
11. Malformasi Arteriovenosa (AVM)
AVM adalah kondisi langka di mana terjadi koneksi abnormal antara arteri dan vena, biasanya di usus kecil atau besar. Pembuluh darah ini rapuh dan mudah berdarah.
Penyebab: Bawaan atau didapat, seringkali terkait dengan penyakit jantung atau ginjal.
Gejala: Pendarahan gastrointestinal yang berulang dan seringkali tanpa nyeri, bisa berupa darah merah cerah, marun, atau melena, tergantung lokasi AVM. Jika pendarahan bersifat kronis, dapat menyebabkan anemia. Nyeri perut tidak umum kecuali ada komplikasi.
Pengobatan: Endoskopi dengan koagulasi atau embolisasi, dalam kasus yang parah, pembedahan.
12. Endometriosis pada Usus
Endometriosis adalah kondisi di mana jaringan yang mirip dengan lapisan rahim (endometrium) tumbuh di luar rahim. Jika jaringan ini tumbuh pada usus, dapat menyebabkan gejala pencernaan.
Penyebab: Pertumbuhan jaringan endometrium ektopik.
Gejala: Nyeri perut kram yang memburuk saat menstruasi, perubahan pola BAB (sembelit atau diare), nyeri saat BAB, dan terkadang BAB berdarah, terutama selama periode menstruasi. Nyeri perut bisa sangat parah dan terasa seperti mulas yang menusuk.
Pengobatan: Terapi hormonal, obat pereda nyeri, atau pembedahan untuk mengangkat jaringan endometriosis.
Proses Diagnosis untuk BAB Keluar Darah dan Perut Mulas
Mengingat beragamnya penyebab BAB keluar darah dan perut mulas, diagnosis yang akurat sangat penting. Dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan untuk menentukan penyebab yang mendasari.
1. Anamnesis (Wawancara Medis)
Dokter akan menanyakan riwayat kesehatan secara rinci, termasuk:
Karakteristik Gejala: Kapan gejala dimulai, seberapa sering terjadi, warna dan jumlah darah, karakteristik nyeri perut (lokasi, intensitas, faktor pemicu/peredanya), serta apakah ada gejala penyerta lain seperti demam, penurunan berat badan, atau perubahan pola BAB.
Riwayat Medis: Adanya riwayat penyakit pencernaan sebelumnya (misalnya IBD, polip), operasi perut, atau kondisi medis lain.
Obat-obatan: Penggunaan obat-obatan tertentu, terutama OAINS atau antikoagulan.
Diet dan Gaya Hidup: Kebiasaan makan, asupan serat, tingkat aktivitas fisik, merokok, dan konsumsi alkohol.
Riwayat Keluarga: Apakah ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit pencernaan, polip, atau kanker kolorektal.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik akan meliputi:
Pemeriksaan Umum: Evaluasi tanda vital (tekanan darah, denyut nadi, suhu) untuk mendeteksi tanda-tanda kehilangan darah (anemia) atau infeksi (demam).
Pemeriksaan Perut: Palpasi (perabaan) perut untuk mencari adanya nyeri tekan, massa, pembengkakan, atau tanda-tanda peradangan.
Pemeriksaan Rektum (Digital Rectal Exam/DRE): Dokter akan memasukkan jari yang bersarung dan dilumasi ke dalam rektum untuk memeriksa adanya wasir, fisura, massa, atau darah.
3. Tes Laboratorium
Beberapa tes darah dan feses dapat memberikan informasi penting:
Pemeriksaan Darah Lengkap (PDL): Untuk mendeteksi anemia (kurang darah) akibat pendarahan kronis atau infeksi (peningkatan sel darah putih).
Analisis Feses:
Tes Darah Samar Feses (FOBT): Untuk mendeteksi adanya darah yang tidak terlihat secara kasat mata.
Kultur Feses: Untuk mengidentifikasi bakteri atau parasit penyebab infeksi.
Tes Calprotectin Feses: Penanda peradangan usus yang berguna untuk membedakan IBD dari IBS.
Penanda Inflamasi: Seperti C-reactive protein (CRP) atau laju endap darah (LED) untuk mengukur tingkat peradangan dalam tubuh.
4. Prosedur Endoskopi
Prosedur ini memungkinkan dokter untuk melihat langsung bagian dalam saluran pencernaan:
Kolonoskopi: Ini adalah prosedur diagnostik standar untuk mengevaluasi usus besar dan rektum. Sebuah selang tipis dan fleksibel dengan kamera (kolonoskop) dimasukkan melalui anus. Dokter dapat melihat adanya polip, tumor, area peradangan, pendarahan, dan mengambil sampel jaringan (biopsi) jika diperlukan. Kolonoskopi sangat penting untuk mendiagnosis penyebab BAB keluar darah dan perut mulas yang berasal dari usus besar.
Sigmoidoskopi: Mirip dengan kolonoskopi, tetapi hanya memeriksa bagian bawah usus besar (kolon sigmoid) dan rektum. Prosedur ini lebih singkat dan tidak selalu memerlukan sedasi penuh.
Endoskopi Saluran Cerna Atas (Gastroskopi/EGD): Jika dicurigai pendarahan dari saluran cerna atas (menyebabkan melena), gastroskopi dilakukan dengan memasukkan endoskop melalui mulut untuk memeriksa esofagus, lambung, dan duodenum.
Kapsul Endoskopi: Pasien menelan kapsul kecil berisi kamera yang merekam gambar saat bergerak melalui saluran pencernaan. Berguna untuk mengevaluasi usus halus, area yang sulit dijangkau dengan kolonoskopi atau gastroskopi standar. Namun, tidak bisa digunakan untuk biopsi atau intervensi.
Endoskopi Balon Ganda: Prosedur khusus untuk memeriksa usus halus secara lebih detail, menggunakan dua balon untuk membantu memajukan endoskop. Memungkinkan biopsi dan terapi.
5. Pencitraan (Imaging)
Tes pencitraan dapat memberikan gambaran struktural organ dalam:
CT Scan Abdomen: Dapat membantu mengidentifikasi peradangan (seperti divertikulitis atau kolitis), abses, tumor, atau obstruksi pada usus.
MRI Enterografi: Tes yang lebih sensitif untuk mengevaluasi usus halus, sering digunakan untuk mendiagnosis dan memantau penyakit Crohn.
Angiografi: Jika pendarahan aktif dan lokasinya sulit ditentukan, angiografi dapat digunakan untuk menemukan pembuluh darah yang berdarah dengan menyuntikkan kontras dan mengambil gambar X-ray. Prosedur ini juga bisa digunakan untuk menghentikan pendarahan melalui embolisasi.
Barium Enema: Meskipun kurang umum saat ini dibandingkan kolonoskopi, tes ini melibatkan pengisian usus besar dengan cairan barium dan mengambil gambar X-ray untuk melihat kelainan pada struktur usus.
Pilihan Pengobatan Berdasarkan Penyebab
Pengobatan untuk BAB keluar darah dan perut mulas sangat bergantung pada diagnosis penyebabnya. Setelah dokter menentukan akar masalah, rencana pengobatan akan disesuaikan secara individual.
1. Perubahan Gaya Hidup dan Diet
Banyak kondisi pencernaan dapat diringankan dengan modifikasi gaya hidup:
Diet Tinggi Serat: Meningkatkan asupan serat (dari buah-buahan, sayuran, biji-bijian) dapat melunakkan feses, mengurangi mengejan, dan mencegah sembelit, yang sangat membantu untuk wasir, fisura ani, dan divertikulosis.
Hidrasi Optimal: Minum banyak air membantu menjaga feses tetap lunak dan mencegah dehidrasi, terutama jika ada diare.
Hindari Makanan Pemicu: Beberapa makanan dapat memperburuk gejala, seperti makanan pedas, berlemak, atau produk susu bagi sebagian orang.
Olahraga Teratur: Aktivitas fisik membantu meningkatkan pergerakan usus dan mengurangi sembelit.
2. Pengobatan Medis (Farmakoterapi)
Berbagai obat dapat diresepkan untuk mengatasi gejala dan penyebab:
Untuk Wasir dan Fisura Ani:
Pelunak Tinja: Untuk mengurangi mengejan dan nyeri saat BAB.
Salep atau Supositoria Topikal: Mengandung kortikosteroid atau anestesi lokal untuk mengurangi nyeri, gatal, dan peradangan.
Obat Relaksan Sfingter Anal: Seperti salep nitrogliserin atau suntikan Botox untuk fisura ani, membantu relaksasi otot dan penyembuhan.
Untuk Penyakit Peradangan Usus (IBD - Kolitis Ulseratif & Crohn):
Aminosalisilat (5-ASA): Seperti mesalamine, mengurangi peradangan ringan hingga sedang.
Kortikosteroid: Seperti prednison, untuk mengurangi peradangan akut yang parah.
Imunosupresan: Seperti azathioprine, methotrexate, untuk menekan sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif.
Agen Biologis: Obat-obatan canggih yang menargetkan jalur inflamasi spesifik, sering digunakan untuk kasus IBD yang parah.
Untuk Infeksi:
Antibiotik: Untuk infeksi bakteri (misalnya, ciprofloxacin, metronidazole) setelah kultur feses mengidentifikasi patogen yang bertanggung jawab.
Antiparasit: Untuk infeksi parasit.
Untuk Divertikulitis:
Antibiotik: Untuk mengatasi infeksi pada divertikula yang meradang.
Pereda Nyeri: Untuk mengelola rasa sakit.
Diet Cair: Untuk mengistirahatkan usus selama fase akut.
Untuk Kanker Kolorektal:
Kemoterapi: Penggunaan obat-obatan untuk membunuh sel kanker.
Terapi Radiasi: Menggunakan sinar energi tinggi untuk menghancurkan sel kanker.
Terapi Target dan Imunoterapi: Pengobatan yang lebih baru yang menargetkan karakteristik spesifik sel kanker atau meningkatkan respons imun tubuh.
3. Prosedur Non-Bedah
Beberapa kondisi dapat diatasi dengan prosedur minimal invasif:
Ligasi Pita Karet (Rubber Band Ligation): Untuk wasir internal. Sebuah pita karet kecil diikat di sekitar pangkal wasir, memutus suplai darah sehingga wasir mengering dan lepas dalam beberapa hari.
Skleroterapi: Suntikan bahan kimia ke dalam wasir internal atau angiodisplasia untuk mengeraskan dan mengecilkannya.
Koagulasi Endoskopik: Menggunakan panas (elektrokoagulasi, argon plasma coagulation) atau cahaya (laser) melalui endoskop untuk menghentikan pendarahan dari ulkus, polip, atau angiodisplasia.
Embolisasi: Melalui angiografi, bahan-bahan kecil disuntikkan ke pembuluh darah yang berdarah untuk menyumbatnya dan menghentikan pendarahan, terutama untuk pendarahan gastrointestinal yang parah atau sulit ditemukan.
4. Pembedahan
Pembedahan mungkin diperlukan untuk kondisi yang parah, tidak responsif terhadap pengobatan lain, atau untuk menghilangkan lesi ganas:
Hemoroiddektomi dan Fissurotomi: Operasi untuk mengangkat wasir yang besar atau fisura ani kronis yang tidak sembuh dengan pengobatan konservatif.
Reseksi Usus: Pengangkatan sebagian usus yang terkena dampak, seperti pada kasus divertikulitis yang parah, penyakit Crohn, atau polip/tumor yang besar.
Kolektomi: Pengangkatan seluruh atau sebagian besar usus besar, seringkali dilakukan pada kasus kolitis ulseratif yang parah, kanker kolorektal yang luas, atau poliposis familial.
Ostomi (Kolostomi/Ileostomi): Pembuatan lubang buatan (stoma) di dinding perut untuk mengalihkan feses ke kantung di luar tubuh. Bisa bersifat sementara untuk memberi waktu usus sembuh, atau permanen dalam kasus tertentu.
Langkah Pencegahan untuk Menjaga Kesehatan Pencernaan
Meskipun tidak semua kondisi yang menyebabkan BAB keluar darah dan perut mulas dapat dicegah, banyak langkah yang bisa diambil untuk mengurangi risiko dan menjaga kesehatan saluran pencernaan secara keseluruhan. Pencegahan adalah kunci untuk menghindari masalah pencernaan yang serius.
1. Konsumsi Serat yang Cukup
Asupan serat yang memadai sangat penting untuk kesehatan pencernaan. Serat membantu melunakkan feses dan meningkatkan volume feses, sehingga lebih mudah untuk dikeluarkan. Ini mengurangi risiko sembelit, wasir, fisura ani, dan bahkan divertikulosis. Sumber serat yang baik meliputi buah-buahan, sayuran, biji-bijian utuh (roti gandum, beras merah), kacang-kacangan, dan polong-polongan. Usahakan mengonsumsi setidaknya 25-30 gram serat setiap hari.
2. Hidrasi Optimal
Minum air yang cukup setiap hari (sekitar 8 gelas atau 2 liter) adalah krusial untuk menjaga feses tetap lunak dan mencegah dehidrasi. Air membantu serat berfungsi dengan baik dalam melancarkan pencernaan. Kekurangan cairan dapat menyebabkan feses menjadi keras, yang kemudian dapat memperburuk kondisi seperti wasir atau fisura ani dan meningkatkan risiko terjadinya BAB keluar darah dan perut mulas.
3. Aktivitas Fisik Teratur
Olahraga teratur tidak hanya baik untuk kesehatan jantung dan berat badan, tetapi juga untuk sistem pencernaan. Aktivitas fisik membantu merangsang kontraksi otot usus, yang penting untuk pergerakan feses yang lancar melalui saluran pencernaan. Ini dapat mencegah sembelit dan mengurangi risiko pembentukan divertikula. Usahakan berolahraga setidaknya 30 menit setiap hari, seperti berjalan kaki, jogging, atau bersepeda.
4. Hindari Mengejan Berlebihan
Mengejan terlalu kuat saat buang air besar dapat meningkatkan tekanan pada pembuluh darah di rektum dan anus, menyebabkan wasir atau memperparah fisura ani. Jika Anda merasa perlu mengejan, itu adalah tanda bahwa feses terlalu keras atau Anda tidak cukup serat dan cairan. Beri waktu yang cukup untuk BAB dan jangan terburu-buru. Jika masalah sembelit persisten, konsultasikan dengan dokter.
5. Pemeriksaan Kesehatan Rutin
Untuk orang di atas usia 50 tahun (atau lebih muda jika memiliki riwayat keluarga atau faktor risiko), skrining kanker kolorektal seperti kolonoskopi secara teratur sangat dianjurkan. Skrining ini dapat mendeteksi polip sebelum menjadi kanker atau menemukan kanker pada tahap awal ketika lebih mudah diobati. Deteksi dini adalah kunci untuk keberhasilan pengobatan, terutama jika Anda sering mengalami masalah pencernaan seperti BAB keluar darah dan perut mulas.
6. Manajemen Stres
Stres dapat memengaruhi sistem pencernaan dan memperburuk kondisi seperti sindrom iritasi usus (IBS) atau penyakit radang usus (IBD). Pelajari teknik manajemen stres seperti meditasi, yoga, pernapasan dalam, atau hobi yang menenangkan. Mengelola stres dapat membantu mengurangi gejala nyeri perut dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.
7. Batasi Penggunaan Obat-obatan Tertentu
Waspadai penggunaan obat-obatan yang dapat mengiritasi saluran pencernaan atau meningkatkan risiko pendarahan, terutama OAINS (ibuprofen, aspirin, naproxen) dan antikoagulan. Jika Anda perlu menggunakan obat-obatan ini secara teratur, konsultasikan dengan dokter mengenai dosis yang tepat dan apakah ada langkah-langkah pelindung yang diperlukan untuk perut Anda. Jangan pernah mengonsumsi obat-obatan ini melebihi dosis yang direkomendasikan.
8. Perhatikan Kebersihan Makanan
Untuk mencegah kolitis infeksius dan gastroenteritis, pastikan makanan dimasak dengan benar, hindari makanan mentah atau setengah matang yang tidak aman, dan cuci tangan sebelum makan serta setelah menggunakan toilet. Hindari mengonsumsi air yang tidak terjamin kebersihannya. Kebersihan yang baik dapat mengurangi risiko infeksi yang menyebabkan diare berdarah dan perut mulas yang parah.
Kapan Harus Segera Mencari Bantuan Medis?
Meskipun beberapa penyebab BAB keluar darah dan perut mulas mungkin ringan, gejala-gejala tertentu memerlukan perhatian medis segera. Jangan menunda untuk mencari bantuan profesional jika Anda mengalami salah satu dari kondisi berikut:
Pendarahan Hebat: Jika Anda mengalami pendarahan rektal yang banyak, darah yang mengucur deras, atau feses hitam pekat seperti tar yang sangat banyak.
Nyeri Perut yang Sangat Parah: Nyeri yang tiba-tiba, menusuk, atau konstan yang tidak membaik, terutama jika disertai dengan demam atau muntah.
Tanda-tanda Syok: Pusing, pingsan, kelemahan ekstrem, kulit pucat, napas cepat, atau detak jantung cepat – ini bisa menjadi tanda kehilangan darah yang signifikan.
Demam Tinggi dan Menggigil: Bersamaan dengan nyeri perut dan BAB berdarah, ini bisa menunjukkan infeksi serius atau peradangan.
Perubahan Pola BAB yang Drastis dan Menetap: Terutama jika disertai penurunan berat badan yang tidak disengaja atau kelelahan kronis.
Muntah Berdarah: Jika Anda muntah darah merah terang atau seperti ampas kopi, ini menandakan pendarahan saluran cerna atas yang serius.
Perut Membengkak dan Keras: Ini bisa menjadi tanda obstruksi atau peradangan parah.
Gejala BAB Berdarah dan Perut Mulas yang Persisten: Jika gejala tidak membaik atau bahkan memburuk setelah beberapa hari, meskipun pendarahannya tidak hebat.
Ingatlah bahwa diagnosis diri dapat berbahaya. Hanya profesional medis yang dapat menentukan penyebab pasti dari BAB keluar darah dan perut mulas dan merekomendasikan penanganan yang tepat. Jangan ragu untuk mencari bantuan medis karena penanganan dini seringkali menghasilkan prognosis yang lebih baik.
Kesimpulan
BAB keluar darah dan perut mulas adalah gejala yang tidak boleh diabaikan. Meskipun beberapa penyebab mungkin relatif ringan seperti wasir atau fisura ani, gejala ini juga bisa menjadi tanda kondisi yang lebih serius seperti penyakit radang usus, divertikulitis, atau bahkan kanker kolorektal. Penting untuk mencari evaluasi medis yang komprehensif untuk mendapatkan diagnosis yang akurat dan penanganan yang sesuai.
Proses diagnosis melibatkan anamnesis yang cermat, pemeriksaan fisik, tes laboratorium, serta prosedur endoskopi atau pencitraan. Setelah penyebab teridentifikasi, pilihan pengobatan dapat bervariasi dari perubahan gaya hidup dan diet, terapi obat-obatan, prosedur non-bedah, hingga pembedahan. Pencegahan melalui diet tinggi serat, hidrasi cukup, aktivitas fisik teratur, dan pemeriksaan kesehatan rutin juga memainkan peran krusial dalam menjaga kesehatan pencernaan.
Jangan pernah menunda mencari bantuan medis jika Anda mengalami BAB keluar darah dan perut mulas, terutama jika disertai dengan gejala serius lainnya. Penanganan dini adalah kunci untuk mencegah komplikasi, mempercepat pemulihan, dan memastikan kesehatan pencernaan jangka panjang Anda.