Asam lambung naik, atau yang dikenal dengan penyakit refluks gastroesofageal (GERD), merupakan kondisi yang umum dialami banyak orang. Sensasi terbakar di dada atau ulu hati (heartburn) seringkali menjadi gejala utamanya. Meskipun seringkali dianggap sebagai keluhan biasa, dalam kasus tertentu, asam lambung naik bisa menjadi indikasi masalah kesehatan yang lebih serius dan berpotensi berbahaya jika tidak ditangani dengan tepat. Memahami lebih dalam tentang kondisi ini penting agar kita bisa mengambil langkah pencegahan dan penanganan yang efektif.
Lambung kita memproduksi asam lambung yang berfungsi untuk membantu mencerna makanan dan membunuh bakteri berbahaya. Normalnya, asam lambung akan tetap berada di dalam lambung karena adanya katup otot yang disebut sfingter esofagus bagian bawah (LES). LES ini berfungsi seperti pintu gerbang yang hanya membuka saat kita menelan makanan dan menutup kembali setelah makanan masuk ke lambung.
Namun, pada penderita asam lambung naik, katup LES ini melemah atau seringkali terbuka secara tidak normal. Akibatnya, isi lambung, termasuk asam lambung, dapat naik kembali ke kerongkongan (esofagus). Karena dinding kerongkongan tidak dilapisi oleh zat pelindung seperti dinding lambung, paparan asam lambung secara terus-menerus dapat menyebabkan iritasi, peradangan, dan berbagai gejala yang tidak nyaman.
Gejala asam lambung naik bisa bervariasi pada setiap individu, namun beberapa gejala yang paling umum meliputi:
Meskipun sebagian besar kasus asam lambung naik dapat dikelola dengan perubahan gaya hidup dan obat-obatan, ada kalanya kondisi ini bisa berkembang menjadi lebih serius dan menimbulkan bahaya. Ini terutama terjadi jika asam lambung naik terjadi secara kronis dan tidak mendapatkan penanganan yang memadai. Beberapa komplikasi yang berpotensi berbahaya antara lain:
Paparan asam lambung yang terus-menerus dapat menyebabkan peradangan pada kerongkongan. Esofagitis dapat menimbulkan rasa sakit saat menelan, kesulitan menelan, dan bahkan perdarahan di kerongkongan.
Peradangan kronis dapat menyebabkan pembentukan jaringan parut di kerongkongan. Jaringan parut ini dapat mempersempit saluran kerongkongan, yang dikenal sebagai striktur esofagus. Kondisi ini akan membuat makanan sulit lewat, menyebabkan rasa tersedak, nyeri, dan penurunan berat badan.
Ini adalah kondisi serius di mana sel-sel di lapisan kerongkongan berubah menjadi sel yang mirip dengan sel-sel di lapisan usus. Perubahan ini terjadi sebagai respons terhadap paparan asam lambung yang berulang. Esofagus Barrett sendiri tidak menimbulkan gejala, tetapi meningkatkan risiko terjadinya kanker kerongkongan.
Individu dengan esofagus Barrett memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan kanker kerongkongan, khususnya jenis adenokarsinoma. Oleh karena itu, pemantauan secara berkala sangat penting bagi penderita esofagus Barrett.
Dalam beberapa kasus, asam lambung yang naik hingga ke tenggorokan atau saluran udara dapat mengiritasi paru-paru, menyebabkan gejala seperti asma yang memburuk, pneumonia, atau bahkan bronkitis kronis.
Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami asam lambung naik atau memperburuk gejalanya, antara lain:
Jika Anda sering mengalami gejala asam lambung naik, penting untuk tidak mengabaikannya.
Asam lambung naik memang bisa sangat mengganggu aktivitas sehari-hari. Namun, dengan pemahaman yang baik mengenai gejalanya, faktor pemicunya, dan potensi bahayanya, serta dengan penanganan medis yang tepat, kondisi ini dapat dikelola dengan baik dan risiko komplikasi serius dapat diminimalkan. Jangan ragu untuk mencari bantuan profesional jika Anda merasa khawatir.