Anyaman dari pita adalah sebuah bentuk seni kerajinan tangan yang memadukan keindahan tekstur dan warna pita menjadi sebuah permukaan atau objek baru yang fungsional maupun dekoratif. Berbeda dengan anyaman tradisional yang menggunakan serat alam seperti bambu atau rotan, anyaman pita menawarkan dimensi kelembutan dan kilau yang khas, menjadikannya pilihan populer dalam dekorasi modern dan aksesori fesyen.
Secara historis, teknik melipat dan menyilangkan material untuk membentuk struktur bukanlah hal baru. Namun, penggunaan pita—material yang terbuat dari kain, plastik, atau bahkan kertas yang sangat fleksibel—memunculkan variasi tekstur yang tak terbatas. Pita memberikan efek dimensi yang lebih ringan dan sering kali memiliki pinggiran yang rapi (selvedge) yang sangat membantu dalam menciptakan hasil akhir yang presisi.
Keberhasilan suatu karya anyaman pita sangat bergantung pada pemilihan material pita itu sendiri. Ada beberapa jenis pita utama yang sering digunakan dalam kerajinan ini:
Pita dari bahan kain adalah yang paling umum. Pita satin memberikan kilau elegan, cocok untuk hiasan hadiah premium atau bagian dalam tas. Sementara itu, pita grosgrain yang memiliki tekstur bergaris memberikan daya cengkeram lebih baik saat dianyam, sehingga pola lebih kokoh. Pita organza, karena sifatnya yang tembus pandang, sering digunakan untuk menciptakan efek berlapis yang unik dan memberikan kesan ringan.
Pita berbahan dasar plastik sangat populer untuk kerajinan yang membutuhkan ketahanan terhadap air atau kelembaban, seperti membuat keranjang penyimpanan atau alas piring. Pita jenis ini juga seringkali tersedia dalam warna-warna neon atau metalik yang cerah, membuka peluang desain yang lebih berani dan kontemporer.
Meskipun terkesan rapuh, pita kertas, terutama washi tape Jepang yang memiliki perekat dan mudah disobek, sering digunakan untuk proyek-proyek kecil seperti dekorasi jurnal, kartu ucapan, atau pembatas buku. Teknik anyaman pada kertas memberikan tekstur matting yang hangat dan alami.
Dasar dari semua karya anyaman adalah prinsip saling silang, namun variasinya menentukan pola akhir. Teknik yang paling sering ditemui adalah pola dasar 1x1 (satu di atas, satu di bawah), yang menghasilkan pola papan catur (checkerboard). Untuk menambah kompleksitas, para perajin sering beralih ke pola 2x2 atau pola diagonal.
Membuat pola 2x2 memerlukan lebih banyak pita dan ketelitian ekstra. Pita pertama akan dianyam dua kali di atas dan dua kali di bawah pita berikutnya. Hasilnya adalah efek jalinan yang lebih padat dan visual yang lebih kaya. Kunci keberhasilan terletak pada ketegangan (tension) yang konsisten. Jika tegangan terlalu longgar, objek akan menjadi lembek; jika terlalu kencang, pita bisa berkerut atau robek.
Penggunaan bingkai atau base adalah langkah krusial. Untuk membuat alas piring atau keranjang, seringkali diperlukan kerangka dasar yang kaku (bisa berupa kardus tebal atau bingkai kayu) tempat pita pertama (pita radial) dipasang sebelum pita penganyam (pita transversal) mulai bekerja. Proses ini mengubah bidang datar menjadi objek tiga dimensi dengan mengikuti kontur kerangka.
Anyaman dari pita memiliki nilai estetika yang tinggi karena kemampuannya menggabungkan kilap material sintetis dengan kehangatan teknik kerajinan tangan tradisional. Karya-karya ini sangat diminati sebagai barang dekorasi rumah kontemporer, mulai dari tatakan gelas unik, pembatas ruangan (room divider), hingga hiasan dinding artistik. Selain itu, di dunia fesyen, anyaman pita sering diaplikasikan pada ikat pinggang, detail pada sepatu, atau bahkan diaplikasikan pada dompet untuk memberikan aksen tekstur yang berbeda.
Menguasai seni anyaman pita tidak hanya membuka pintu pada ekspresi kreatif tetapi juga potensi ekonomi. Dengan permintaan yang terus meningkat terhadap produk kerajinan tangan yang unik dan berkelanjutan (jika menggunakan pita daur ulang), teknik ini menawarkan peluang bagi perajin lokal untuk menciptakan produk bernilai jual tinggi dengan bahan baku yang relatif mudah didapatkan.