Antasida adalah golongan obat yang paling umum digunakan untuk meredakan gejala gangguan pencernaan akibat kelebihan asam lambung, seperti mulas (heartburn), gangguan pencernaan, dan refluks asam. Fungsi utama antasida adalah menetralkan asam klorida (HCl) yang diproduksi oleh sel-sel parietal di dinding lambung.
Secara kimiawi, antasida adalah basa lemah yang bereaksi dengan asam kuat (HCl) dalam lambung. Reaksi ini menghasilkan garam dan air, yang secara efektif mengurangi tingkat keasaman (pH) di dalam lambung. Karena cara kerjanya yang langsung dan cepat, antasida sering disebut sebagai obat "penghilang gejala" yang bekerja cepat, berbeda dengan obat yang menekan produksi asam seperti PPI (Proton Pump Inhibitor) atau H2 Blocker yang memerlukan waktu lebih lama untuk memberikan efek penuh.
Antasida biasanya mengandung senyawa mineral yang bertindak sebagai basa. Beberapa bahan aktif yang paling sering ditemukan dalam formulasi antasida meliputi:
Banyak produk antasida modern menggabungkan setidaknya dua jenis senyawa (misalnya Aluminium dan Magnesium) untuk menyeimbangkan efek samping, misalnya, aluminium yang menyebabkan sembelit dikombinasikan dengan magnesium yang menyebabkan diare, sehingga hasilnya lebih seimbang bagi pengguna.
Bayangkan lambung Anda memiliki lingkungan yang sangat asam, dengan pH normal berkisar antara 1.5 hingga 3.5, yang diperlukan untuk mencerna makanan dan membunuh bakteri. Ketika terjadi kondisi seperti penyakit refluks gastroesofageal (GERD) atau dispepsia, asam ini dapat naik ke kerongkongan (esofagus) atau terlalu banyak diproduksi, menyebabkan rasa perih atau terbakar.
Ketika Anda mengonsumsi antasida, misalnya yang mengandung magnesium hidroksida (Mg(OH)₂ mg), zat ini akan segera larut dalam cairan lambung dan bereaksi dengan asam klorida (HCl). Reaksi kimianya adalah: Mg(OH)₂ + 2HCl → MgCl₂ + 2H₂O. Hasilnya adalah magnesium klorida (garam yang larut) dan air, yang keduanya bersifat netral atau jauh lebih tidak asam daripada HCl semula. Peningkatan pH ini mengurangi iritasi pada lapisan lambung dan esofagus, memberikan kelegaan dalam hitungan menit.
Meskipun antasida mudah didapatkan tanpa resep, penting untuk menggunakannya dengan bijak. Konsumsi antasida tidak boleh menggantikan diagnosis medis untuk masalah pencernaan kronis. Jika mulas terjadi terlalu sering (lebih dari dua kali seminggu), ini mungkin menandakan kondisi yang lebih serius yang memerlukan pengobatan jangka panjang oleh dokter.
Salah satu perhatian utama adalah interaksi obat. Karena antasida bekerja dengan menaikkan pH lambung, ia dapat memengaruhi penyerapan obat lain yang memerlukan lingkungan asam untuk larut dan diserap secara efektif. Contohnya termasuk beberapa antibiotik (seperti tetrasiklin) dan obat-obatan tiroid. Selalu beri jeda waktu minimal 1 hingga 2 jam antara mengonsumsi antasida dengan obat-obatan resep lainnya.
Khusus untuk antasida yang mengandung magnesium, perlu diperhatikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal. Ginjal bertanggung jawab membersihkan kelebihan magnesium dari darah. Jika ginjal tidak berfungsi optimal, penumpukan magnesium dapat menyebabkan keracunan magnesium yang berbahaya. Oleh karena itu, pasien dengan masalah ginjal harus selalu berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi antasida yang mengandung magnesium.
Antasida adalah solusi jangka pendek. Ia tidak menyembuhkan penyebab utama produksi asam berlebih atau kerusakan pada lapisan esofagus. Jika Anda mengalami gejala berat seperti nyeri dada yang menjalar ke lengan (yang bisa jadi tanda serangan jantung), kesulitan menelan, atau penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan bersamaan dengan gangguan pencernaan, segera cari bantuan medis darurat.
Bagi banyak orang, mengelola pola makan—menghindari makanan pemicu seperti pedas, asam, atau berlemak tinggi, serta berhenti merokok dan membatasi alkohol—adalah kunci utama dalam pencegahan. Antasida hanyalah alat bantu untuk meredakan ketidaknyamanan yang timbul sesekali.